Bola.com, Jakarta - Fenway Sports Group (FSG) dikabarkan bakal segera melepas saham mayoritasnya di Liverpool. Saat ini, FSG tengah mencari investor yang siap membeli saham The Reds dengan harga yang fantastis.
Fenway Sports Group yang dipimpin John W Henry membeli saham mayoritas Liverpool pada 2010. FSG mengucurkan dana hingga 300 juta poundsterling atau setara Rp 5,3 triliun untuk menjadi pemilik The Reds.
Baca Juga
Advertisement
Di bawah kendali perusahaan investasi olahraga asal Amerika Serikat itu kondisi keuangan Liverpool terbilang stabil. Mereka juga mampu membeli pemain bintang dan menorehkan prestasi.
Selama 12 tahun dipimpin Fenway Sports Group, The Reds berhasil meraih delapan trofi juara. Beberapa di antaranya adalah satu gelar Premier League, Liga Champions, dan Piala Dunia Antarklub.
Tetapi kini, FSG ingin menjual seluruh sahamnya di Liverpool. Dikabarkan Mirror, Fenway Sports Group akan melego saham mayoritas di The Reds dengan harga 4 miliar poundsterling (Rp 71 triliun).
Hingga kini, belum ada perusahaan tajir yang bersedia membeli Liverpool. Namun jika proses itu berjalan lancar, The Reds bakal menjadi klub Premier League yang dibeli dengan harga fantastis.
Tetapi saat ini, status tersebut belum dipegang Liverpool. Lantas, klub Premier League mana yang menyandang status dibeli dengan banderol selangit? Berikut ini lima di antaranya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Sheikh Mansour Membeli Manchester City
Pada Agustus 2008, Sheikh Mansour dengan perusahaannya Abu Dhabi United Group membeli saham mayoritas Manchester City. Sheikh Mansour menggelontorkan dana 210 juta poundsterling untuk menebus saham Man City dari mantan perdana menteri Thailand, Thaksin Shinawatra.
Mendapat suntikan dana tak terbatas dari Sheikh Mansour, The Citizens yang sebelumnya tim medioker, bertransformasi menjadi klub elite di Inggris dan Eropa. Sejak 2010, Manchester City berhasil merengkuh 17 titel juara.
Hingga kini, Man City masih belum akan berhenti meraih gelar juara. Diasuh Pep Guardiola dan diperkuat pemain-pemain bintang seperti Erling Haaland hingga Kevin De Bruyne, The Citizens diyakini bakal merengkuh trofi pada musim ini.
Advertisement
PIF Membeli Newcastle United
Public Investment Fund (PIF) merupakan sebuah perusahaan konsorsium asal Arab Saudi. Perusahaan tersebut dimiliki oleh Pangeran Arab Saudi, Muhammad bin Salman.
PIF sempat menyatakan keseriusannya membeli saham mayoritas Newcastle United pada April 2020. Namun, PIF mengurungkan niat tersebut karena ada pengujian calon pemilik klub yang dilakukan Premier League.
Setelah sempat gagal, Public Investment Fund akhirnya resmi membeli 80 persen saham Newcastle United dari taipan asal Inggris, Mike Ashley. PIF mengeluarkan dana hingga 300 juta poundsterling untuk menjadi pemilik mayoritas Newcastle.
Setelah dimiliki PIF, Newcastle United melakukan pembenahan. Mereka menunjuk Eddie Howe sebagai manajer, dan mendatangkan sejumlah pemain bintang pada musim panas 2022, satu di antaranya adalah Alexander Isak.
Meski tak banyak dihuni pemain top, Newcastle United tampil moncer pada musim ini. Mereka berhasil menghuni peringkat ketiga klasemen sementara Premier League dengan nilai 27.
Stan Kroenke Membeli Arsenal
Pengusaha asal Amerika Serikat, Stan Kroenke, membeli saham Arsenal pada 2008. Namun, Kroenke hanya membeli 29,9 persen saham Tim Meriam London.
Perlahan, dia mengakuisisi saham Arsenal dan menjadi pemilik mayoritas. Total, Stan Kroenke mengucurkan dana hingga 731 juta poundsterling untuk membeli saham Arsenal di angka 90 persen lebih.
Selama berada di bawah kendali Kroenke, prestasi Arsenal naik turun. Mereka tak pernah lagi menjuarai Premier League setelah terakhir kali terjadi pada musim 2003/2004.
Selain itu, pencapaian terbaik The Gunners sejak 2008 hanya meraih empat gelar Piala FA dan empat trofi Community Shield.
Namun pada musim ini, Arsenal berpeluang meraih gelar juara Premier League. Saat ini, Tim Meriam London berada di puncak klasemen liga dengan koleksi 34 poin.
Advertisement
Keluarga Glazer Membeli Manchester United
Keluarga asal Amerika Serikat tersebut membeli saham Manchester United sebesar 3,17 persen pada 2003. Dua tahun berselang, Malcolm Glazer yang merupakan ayah di keluarga Glazer meningkatkan sahamnya di MU menjadi 28,7 persen pada Mei 2005.
Secara bertahap, keluarga Glazer menjadi pemilik 70 persen saham Manchester United setelah mengeluarkan total uang 790 juta poundsterling. Mendapat suntikan dana dari Malcolm sejak 2003, MU meraih 19 gelar juara.
Meski prestasi Tim Setan Merah terbilang mengilap, suporter merasa geram dengan keberadaan keluarga Glazer. Pendukung MU gencar menyuarakan Glazer Out.
Mereka merasa kesal karena keluarga Glazer membebankan utang segunung kepada Manchester United. Selain itu, keluarga Glazer minim melakukan pembenahan di Old Trafford.
Sekelompok pendukung MU yang kaya raya dan bernama Red Knights berupaya membeli saham Glazer pada 2010. Akan tetapi, kedua kubu tidak mencapai kata sepakat terkait pembelian tersebut.
Todd Boehly Membeli Chelsea
Roman Abramovich terpaksa melepas kepemilikannya di Chelsea. Pasalnya, Abramovich memiliki kedekatan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Taipan berusia 56 tahun tersebut diharapkan bisa membantu mendesak Putin untuk menghentikan serangan ke Ukraina. Akan tetapi, Roman Abramovich menolak permintaan tersebut dan menjual saham mayoritasnya di Chelsea.
Hingga akhirnya, penguasaha asal Amerika Serikat, Todd Boehly, membeli saham milik Abramovich di Chelsea pada 7 Mei 2022. Boehly menghabiskan dana 4,25 juta miliar poundsterling untuk menjadi pemilik The Blues.
Demi mendongkrak performa Chelsea, Todd Boehly menggelontorkan dana 281 juta poundsterling untuk belanja pemain pada musim panas tahun ini. Tetapi, Tim London Biru tampil buruk dalam laga pembuka.
Alhasil, Boehly memecat Thomas Tuchel dari jabatan manajer. Manajemen Chelsea kemudian menunjuk Graham Potter untuk menggantikan peran Tuchel.
Sumber: Mirror
Advertisement