Bola.com, Jakarta - Chelsea akan segera memiliki pelatih resmi yang baru. Klub yang bermarkas di Stamford Bridge itu tengah memepet mantan juru taktik Southampton dan Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino.
Pochettino akan menggantikan Frank Lampard. Nama terakhir merupakan pelatih sementara setelah Si Biru dari London mendepak Graham Potter.
Baca Juga
Kejutan, Kode Keras Erick Thohir Tegaskan Rela Mundur dari Ketum PSSI, jika...
Panas Usai Dihajar Jepang, Ini 5 Hot News Timnas Indonesia yang Bikin Perasaan Fans Campur Aduk : Curhat Kevin Diks sampai Ancaman Evaluasi
Bikin Geger, Pengakuan Shin Tae-yong dan Sindiran Keras Malaysia Setelah Timnas Indonesia Disikat Jepang, Ini 5 Hot News Tim Garuda
Advertisement
Pochettino sosok pelatih kaya pengalaman. Tak hanya di pentas seketat Premier League, pria berusia 51 tahun itu juga pernah menakhodai Espanyol serta raksasa Prancis, Paris Saint-Germain (PSG).
Oleh karena itu, Pochettino tak hanya memikul berat mendongkrak performa Chelsea. Jika bersedia, ia bersiap duel dengan dua mantan klub asuhannya, yakni Southampton dan Spurs.
Di pentas sepak bola, banyak pelatih papan atas yang mengalami nasib sama seperti halnya Pochettino. Berikut ini lima nama yang sempat menjadi bahan diskusi hangat karena menerima pinangan tim yang menjadi lawan klub lama :
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
George Graham
Pada rentang 1986 hingga 19995, Graham menukangi Arsenal. Di bawah telunjuknya, Arsenal menjelma menjadi tim yang sangat disegani.
Graham mendalangi gelar pertama The Gunners dalam 18 tahun dengan kemenangan terkenal di Anfield pada tahun 1989. Dia juga menyabet dua Piala Liga, Piala FA, dan Piala Winners.
Graham dipecat Arsenal pada 1994, setelah terungkap melakukan kesalahan. Tak butuh waktu lama, pada 1996 dia dipercaya menukangi Leeds United dan dua tahun berselang secara kontroversial bergabung dengan Tottenham.
Orang Skotlandia itu mungkin bukan sosok paling populer di White Hart Lane. Tapi, dia memberikan trofi dalam bentuk Piala Liga 1999, satu dari hanya dua trofi yang dimenangkan Spurs dalam 25 tahun terakhir.
Â
Advertisement
Jose Mourinho
Mourinho adalah pelanggar berulang dalam hal ini. Dia melakukannya di Spanyol, lalu di Inggris.
Meskipun tidak pernah ditunjuk sebagai manajer di Barcelona, Mourinho menghabiskan empat tahun sebagai asisten di sana. Setelah itu, ia meluncurkan karier manajerialnya sendiri pada tahun 2000.
Periode 2008, Mourinho diwawancarai untuk pekerjaan puncak di Barcelona. Tetapi justru Pep Guardiola-lah yang didapuk sebagai pelatih kepala.
Pada 2000 dia mudik ke Portugal. Dia kembali ke Spanyol pada 2010 untuk menukangi Real Madrid, yang tak lain merupakan musuh abadi Barcelona.
Pada 2019, Mourinho mengulangi trik yang sama di Inggris usai menyatakan deal dengan Tottenham Hotspur. Sejarah mencatat, Mourinho kemudian bentrok kontra dua tim Inggris lainnya yang juga pernah memakai jasanya yakni Chelsea dan Manchester United.
Â
Harry Redknapp
Tak senang suporter Portsmouth dengan bergabung ke Southampton hanya beberapa pekan setelah hengkang dari klub, Redknapp kemudian melakukan hal yang sama ke arah sebaliknya. Hal itu dilakukannya beberapa hari setelah hengkang dari St Mary's.
Ia mendapat Piala FA dan membimbing mereka ke Eropa. Redknapp mungkin membantu meyakinkan penggemar Portsmouth untuk menyingkirkan kaus 'Judas' yang dibuat ketika dia pertama kali pergi.
Â
Advertisement
Brian Clough
Clough meningal dunia pada 2004 silam. Selama hidupnya, Clough pernah menukangi Derby County dan Nottingham Forest. Duel kedua musuh bebuyutan itu dikenal sebagai derby Brian Clough.
Clough menjadi bos Derby County dari 1967 hingga 1973. Dia lalu membelot ke Nottingham Forest dan bertahan di sana selama setahun (1973-1974).
Â
Sven-Goran Eriksson
Eriksson telah menikmati banyak kesuksesan di awal karier manajerialnya bersama Gothenburg dan Benfica. Tapi hidup jauh lebih sulit di Roma, hanya memenangkan Coppa Italia 1986 selama tiga tahun di ibukota Italia.
Sepuluh tahun setelah meninggalkan AS Roma, dia diangkat menjadi manajer rival Lazio, di mana dia menghabiskan musim paling sukses dalam hidupnya. Ia dua kali mengangkat trofi Coppa Italia, dua trofi Piala Super Italia Piala Winners terakhir, Piala Super Eropa dan, yang terpenting adalah Scudetto.
Sumber : Planetfootbal
Advertisement