Bola.com, Jakarta - Fulham masih terus berjuang agar tetap eksis di Premier League musim depan. Saat ini, tim asuhan Marco Silva bercokol di posisi ke-10 dengan torehan 48 poin.
Jika bisa memaksimalkan laga tersisa, kans The Cottagers terus ambil bagian di kompetisi tertinggi Inggris pada musim 2023/2024, terbuka lebar. Fulham merupakan satu di antara tiga tim Championship yang promosi.
Baca Juga
Kejutan, Kode Keras Erick Thohir Tegaskan Rela Mundur dari Ketum PSSI, jika...
Panas Usai Dihajar Jepang, Ini 5 Hot News Timnas Indonesia yang Bikin Perasaan Fans Campur Aduk : Curhat Kevin Diks sampai Ancaman Evaluasi
Bikin Geger, Pengakuan Shin Tae-yong dan Sindiran Keras Malaysia Setelah Timnas Indonesia Disikat Jepang, Ini 5 Hot News Tim Garuda
Advertisement
Dua tim lainnya adalah Bournemouth dan Nottingham Forest. Fulham pernah mengalami masa terburuk dalam sejarah Premier League. Itu terjadi pada musim 2018/2019.
Ketika itu, Fulham kandas di posisi ke-19, setelah hanya sanggup mendulang 26 poin. Dibayang-bayangi memori kelam tersebut, tim yang bermarkas di Craven Cottage tentunya lebih ekstra waspada agar tak lagi terjun bebas ke kasta kedua.
Sejak bergulir kali pertama pada musim 1992/1993, Liga Inggris telah menghadirkan beberapa momen luar biasa. Berikut ini tim yang pernah bernasib apes seperti Fulham. Di dalamnya termasuk klub yang sempat dihuni bek Timnas Indonesia, Elkan Baggott, yakni Ipswich Town.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Queens Park Rangers (2012/2013)
Poin: 25, Selisih gol: -30
Setelah luput dari degradasi tahun sebelumnya, QPR harus turun kasta juga. Nasib tim besutan Harry Redknapp tak terselamatkan menyusul hasil akhir getir di akhir musim.
Hanya mengemas 25 poin, Clint Hill dkk terkapar di dasar klasemen Liga Inggris 2021/2013. Sebuah hasil yang memprihatinkan, mengingat manajemen telah menggelontorkan dana yang tak sedikit guna merekrut sederet pemain incaran Redknapp.
Â
Advertisement
Wolves (2011/2012)
Poin: 25, Selisih gol: -42
Sisi Mick McCarthy telah menyelesaikan musim sebelumnya hanya satu poin di atas zona degradasi. Ia berusaha memperkuat tim di musim panas dengan mendatangkan Jamie O'Hara dari Spurs dan Roger Johnson dari Birmingham.
Musim dimulai dengan baik. Wolves berada di puncak selama beberapa jam setelah memenangkan dua pertandingan pembukaan mereka. Tetapi, mereka mengalami enam kekalahan dalam tujuh pertandingan.
McCarthy dipecat menyusul kekalahan 1-5 dari West Brom, dengan bos sementara Terry Connor ditunjuk sebagai pengganti. Dia tak sanggup meraih pertandingan selama masa jabatannya.
Kapten Johnson juga mendapat denda dari klub karena tiba di tempat latihan dalam keadaan mabuk. Banyak masalah pelik yang melanda, sehingga wajar Wolves tenggelam.
Â
Fulham (2018/2019)
Poin: 26, Selisih gol: -47
Ini bukanlah hal yang seharusnya terjadi pada Fulham. Slavisa Jokanovic telah memimpin tim yang benar-benar menarik untuk promosi pada 2017/2018.
Tetapi, belanja musim panas 100 juta pounds gagal mendukung lini belakang. Jokanovic didepak pada pertengahan November dan digantikan Claudio Ranieri.
Ranieri hanya bisa mengarahkan Cottagers meraih tiga kemenangan dari 17 pertandingannya sebagai pelatih. Fakta lain, Fulham kalah di panggung Piala FA, dan itu memalukan ketika bersua Oldham di kandang sendiri pada bulan Januari.
Â
Advertisement
Ipswich Town (1994/1995)
Poin: 27 (24,4 disesuaikan dengan musim 38 pertandingan), Selisih gol: -57
The Tractor Boys tampaknya telah mengubah musim mereka pada bulan September dengan kemenangan 3-2 yang menakjubkan atas Manchester United. Tapi keperkasaan tersebut cepat berlalu.
Mereka malah terpuruk kembali ke zona degradasi. Saat kembali berhadapan dengan Manchester United, Ipswich kalah telak, yakni 0-9.
Â
Sunderland (2016/2017)
Poin: 24, Selisih gol: -40
Sam Allardyce telah pergi untuk mengambil pekerjaan di Timnas Inggris. Jadi, David Moyes datang untuk menggantikannya di musim panas.
Pemain-pemain anyar berdatangan, seperti Steven Pienaar, Victor Anichebe, Joleon Lescott, Darron Gibson dan Bryan Oviedo. Sayangnya, kedatangan darah-darah segar tak mampu mendongkrak daya gempur Sunderland. Walhasil, Sunderland terkapar di dasar klasemen degan total 24 poin.
Â
Advertisement
Watford (1999/2000)
Poin: 24, Selisih gol: -42
Graham Taylor telah membimbing Watford promosi berturut-turut dalam masa keduanya di klub. Tapi, di zona Premier League, sang pelatih masih jauh dari keberuntungan.
Taylor mendatangkan Heidar Helguson dari Lillestrom, bersama dengan gelandang Nordin Wooter dari Zaragoza. Tetapi mereka hanya mencetak 10 gol sepanjang musim.
The Hornets memiliki pertahanan yang ketat dan membuat awal yang cerah dengan kemenangan beruntun melawan Liverpool dan Bradford pada bulan Agustus. Semua itu ditambah raihan maksimal ketika sanggup mengatasi Chelsea pada bulan September.
Namun, setelah itu, mereka hanya memenangkan tiga pertandingan lagi sepanjang musim dan terdegradasi dengan total poin terendah di Premier League.
Sumber : Fourfourtwo