Bola.com, Jakarta - Pelatih Manchester United, Erik ten Hag, tengah dalam situasi yang tak mengenakkan. Ek pembesut Ajax itu masih menjadi sasaran kritikan menyusul kekalahan dari Galatasaray di ajang Liga Champions 2023/2024.
Pada pertarungan di Liga Inggris, nasib MU tak kalah buram. Memasuki pekan kedelapan, mereka masih terpuruk di posisi ke-10 klasemen sementara dengan genggaman sembilan poin.
Baca Juga
Kejutan, Kode Keras Erick Thohir Tegaskan Rela Mundur dari Ketum PSSI, jika...
Panas Usai Dihajar Jepang, Ini 5 Hot News Timnas Indonesia yang Bikin Perasaan Fans Campur Aduk : Curhat Kevin Diks sampai Ancaman Evaluasi
Bikin Geger, Pengakuan Shin Tae-yong dan Sindiran Keras Malaysia Setelah Timnas Indonesia Disikat Jepang, Ini 5 Hot News Tim Garuda
Advertisement
Padahal, musim lalu, kinerja Ten Hag tak terlalu mengecewakan. Pada akhir musim, Ten Hag membawa skuadnya finis di posisi ketiga Liga Inggris 2022/2023 atawa lebih baik tiga tingkat dari musim sebelumnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Cerita Berbeda
Namun, kini, empat bulan berselang, ada cerita berbeda yang terjadi di kawasan merah Manchester. Kekalahan dari Galatasaray memperpanjang catatan buruk MU menjadi enam dari 10 pertandingan di semua kompetisi, dua di antaranya dalam dua laga pembuka Liga Champions.
Harapan memperkecil jarak dengan rival sekota, Manchester City, semakin sulit dan terjal. Man City, dengan torehan 18 poin, masih perkasa di puncak.
Sejauh ini, manajemen masih berkomitmen dengan masa depan Ten Hag di Old Trafford. Hanya saja, Ten Hag tak dapat menghindari tekanan dari para fan.
Soalnya, kekalahan dari wakil Turki membuat Ten Hag dan pasukannya jadi sasaran ejekan dan dari sini kemudian muncul perasaan tidak nyaman.
Toh begitu, manajemen masih bersabar. Tapi, pengakuan Ten Hag bukan orang yang tepat menggantikan Sir Alex Ferguson mulai berhembus. Mirror melihat nasib pelatih sebelumnya yang tentu saja bisa menjadi pelajaran berharga bagi Ten Hag.
Â
Advertisement
Ole Gunnar Solskjaer
Sebagai legenda klub, Solskjaer sangat bersemangat dengan keinginan sukses. Tiba setelah pergolakan terakhir rezim Jose Mourinho, pelatih asal Norwegia itu mendapat tugas membangkitkan semangat klub.
Tapi itu tidak semuanya basa-basi, setidaknya pada awalnya. Para pemain muda MU tampak berkembang dengan pendekatan Ole yang lebih santai, ramah daripada aksi dingin Mourinho.
Solskjaer memenangkan delapan pertandingan pertamanya sebagai pelatih. Ia mendapatkan kontrak permanen dengan mengalahkan Paris Saint-Germain di laga tandang.
Musim keduanya berakhir di posisi ketiga, meskipun dengan total poin yang sama dengan yang membuat mereka berada di urutan keenam pada musim sebelumnya. Pada 2020/21, hal-hal besar diharapkan terjadi.
Hingga akhir Januari musim itu, MU berada di puncak klasemen. Akhirnya, mereka finis sebagai runner-up, seperti yang mereka lakukan di final Liga Europa setelah menderita patah hati akibat penalti melawan Villarreal.
Namun hal itu dengan cepat terurai. Kedatangan Cristiano Ronaldo seharusnya menjadi bagian terakhir dari teka-teki. Sekaligus upaya meraih tanda-tanda awal yang positif.
Sayang, semua itu tak menjadi kenyataan. Kekalahan 0-4 di markas Watford pada November 2021 menjadi rangkaian nirpoin yang kelima mereka dalam tujuh pertandingan. Setelah itu, selamat tinggal, Ole!
Â
Jose Mourinho
Pelatih asal Portugal ini membawa trofi ke Old Trafford pada musim pertama. Faktanya, dia mengangkat dua trofi, memenangkan Piala EFL dan Liga Europa. Itu memberinya tali pengikat, tapi tidak terlalu panjang.
Dia finis sebagai runner up Liga Inggris pada musim berikutnya. MU kalah di final Piala FA dari Chelsea. Musim ketiganya dimulai dengan buruk dan secara bertahap menjadi lebih tak menjanjikan.
MU dua kali kalah dari tiga pertandingan pertama. Mou berhasil mencapai Desember sebelum akhirnya dipecat, dengan rekor hanya tujuh kemenangan dari 17 pertandingan liga.
Â
Advertisement
Louis van Gaal
Van Gaal tiba dengan reputasi besar yang diharapkan segera membuahkan kesuksesan. Namun semuanya tidak dimulai dengan baik. Kekalahan dari Swansea di laga pembuka Premier League, diikuti dengan kekalahan telak 0-4 dari MK Dons.
Ada tanda tanya apakah Gaal akan berhasil mencapai Natal pada kampanye pertamanya sebagai pelatih. Namun, ia membawa MU ke posisi keempat, yang membuatnya mendapatkan kesempatan kedua.
Tapi itu tidak jauh lebih baik. Pembicaraan mengenai perbedaan pendapat di ruang ganti, tersingkir lebih awal di Liga Champions, dan gagal masuk empat besar. Sehingga, kemenangan Piala FA tidak cukup menyelamatkannya kariernya.
Â
David Moyes
Sir Alex Ferguson memilih Moyes. Sayang, ia tergolong menjadi satu di antara pelatih yang bernasib paling pendek di Old Trafford.
'The Chosen One' gagal keluar dari bayang-bayang Sir Alex Ferguson. Para petinggi MU menunggu sampai kualifikasi Liga Champions. Moyes mengakhiri perjalanan bersama MU setelah menghadapi mantan klubnya, Everton.
Sumber : Mirror
Advertisement