Bola.com, Jakarta - Saat ini Erik ten Hag mengarungi musim keduanya bersama Manchester United (MU). Sejak datang dari Ajax pada musim panas 2022, belum membawa banyak perubahan bagi tim berjulukan Setan Merah.
Terbukti MU hanya meraih satu trofi yakni Carabao Cup musim lalu. Selebihnya, mereka gagal baik di kompetisi domestik maupun Eropa. Musim 2023/2024, MU juga sudah ditendang dari fase grup Liga Champions.
Baca Juga
Gary Neville Ngamuk-Ngamuk ke Casemiro dan Rashford : MU Peringkat 13, Mainmu Jelek, Pelatih Baru Datang, Kalian Malah Liburan ke AS?
Pernah Hampir Gabung MU, Robert Lewandowski Ceritakan Penyebab Gagal Gabung Skuad Sir Alex Ferguson
MU Jadi yang Terdepan Dapatkan Wonderkid Liga Norwegia: Liverpool, Chelsea, hingga Dortmund Juga Berminat
Advertisement
Kedatangan Ten Hag rupanya juga membawa suasana tersendiri di ruang ganti pemain. Yaitu adanya polemik dengan para pemain. Tercatat ada 21 pemain keluar dan 16 masuk ke MU sejak kedatangannya.
Ten Hag ditugaskan untuk merombak tidak hanya skuadnya tetapi juga mentalitas dan gaya bermain. Model gaya melatih hingga aturan, akhirnya membuat beberapa pemain terpaksa memilih pergi.
Terdapat beberapa pemain yang kemudian memberontak karena tidak cocok dengan gaya kepelatihan sang pelatih di MU. Berikut ini daftarnya yang dihimpun dari Manchester Evening News.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Jadon Sancho
Musim ini polemik di MU yang paling kentara adalah perselisihan Ten Hag dengan Jadon Sancho. Pemain sayap Inggris itu merasa tidak dimaksimalkan bakatnya oleh Ten Hag, yang kemudian mendapat hukuman indisipliner.
Sancho merasa pernyataan Ten Hag yang mencadangkannya dalam laga di markas Arsenal adalah tidak benar jika hal itu karena soal kebugaran. Sancho bahkan merasa dijadikan kambing hitam dengan tidak dimainkannya di London.
"Saya tidak akan membiarkan orang mengatakan hal-hal yang sepenuhnya tidak benar, saya telah melakukan latihan dengan sangat baik," tulis Sancho yang menjadi titik awal perseteruannya dengan Ten Hag.
"Saya yakin ada alasan lain mengenai masalah ini yang tidak akan saya bahas, saya sudah lama menjadi kambing hitam, dan itu tidak adil! Yang ingin saya lakukan hanyalah bermain sepak bola dengan senyum di wajah saya dan berkontribusi ke tim saya.
"Saya menghormati semua keputusan yang dibuat oleh staf pelatih, saya bermain dengan pemain-pemain fantastis dan (saya) bersyukur melakukan hal itu yang saya tahu setiap pekan adalah sebuah tantangan. Saya akan terus berjuang untuk lencana ini, apa pun yang terjadi!"
Sancho kemudian dipinjamkan ke Borussia Dortmund musim dingin kemarin. Jadon Sancho kini berhasil membawa Dortmund melaju ke perempat final Liga Champions dan posisi empat Bundesliga. Sementara MU masih mencari cara menembus empat besar di Premier League.
Advertisement
Cristiano Ronaldo
Sancho bukan satu-satunya pemain terkenal yang tidak cocok dengan Ten Hag. Kasus yang paling kentara adalah Cristiano Ronaldo. Musim perdana Ten Hag di Old Trafford berbarengan dengan kembalinya Ronaldo ke Old Trafford setelah bertahun-tahun hjrah ke Real Madrid dan Juventus.
Ronaldo menjadi figur yang kemudian penuh kontroversial karena perseteruannya dengan Ten Hag. Yaitu bisa dilihat dengan gestur kekecewaannya saat diganti pemain lain, hingga puncaknya adalah wawancara bersama Piers Morgan yang meledak.
Ronaldo blak-blakan membongkar dapur MU dan Ten Hag dalam obrolannya dengan Piers Morgan. "Beberapa orang tidak ingin saya di sini tidak hanya tahun ini tetapi juga tahun lalu." Ten Hag ikut serta dalam bagian 'tahun ini' dalam pernyataan itu, namun elemen samar dari ketidakbahagiaannya tidak bertahan lama.
“Saya tidak menghormati dia [Ten Hag] karena dia tidak menunjukkan rasa hormat kepada saya,” akunya terang-terangan. "Jika kamu tidak menghormatiku, aku tidak akan pernah menghormatimu." Dia menambahkan: “Manchester United mencoba memaksa saya keluar. Tidak hanya manajer, tapi dua atau tiga orang lain yang ada di klub [di level eksekutif senior].
"Saya merasa dikhianati. Saya tidak peduli, orang harus mendengarkan kebenaran. Ya, saya merasa dikhianati."
James Garner
Kemudian nama lain dalam daftar ini ada James Garner. Ia semakin terpinggirkan hingga akhirnya dijual ke Everton.
"Ten Hag adalah pria yang sangat mudah didekati namun sangat ketat. Dia tidak menerima siapa pun yang melanggar aturan. Dia akan mengatakannya sebagaimana adanya dan akan menghukum orang jika mereka melakukan kesalahan," kata Garner soal Ten Hag.
Namun, setelah bergabung dengan The Toffees, dia menjelaskan alasan untuk pergi meninggalkan MU. Ya, alasannya sangat sederhana karena sudah tidak diharapkan lagi oleh Ten Hag.
"Pembicaraan saya dengannya mudah. Saya bertanya kepadanya dengan jelas dan sederhana apakah saya akan masuk skuad atau apakah dia melihat saya berperan. Saya merasa percakapannya tidak berjalan dengan baik. seperti yang saya inginkan dan saya membuat keputusan untuk pindah."
Advertisement
Dean Henderson
Sosok berikutnya adalah penjaga gawang Dean Henderson. Situasinya mirip dengan James Garner. ia memutuskan pergi karena nasibnya tidak jelas dalam rencana permainan Ten Hag.
“Saya tahu dia mungkin ingin mempertahankan saya, jadi saya mencoba melakukan semuanya sebelum saya pindah. Saya mengatakan kepada petinggi bahwa saya harus pergi dan bermain sepak bola, saya tidak ingin berada di sini sebagai pemain cadangan," kata Dean Henderson.
"Semua sudah direncanakan. Saya hampir pergi sebelum Ten Hag datang dan saya belum berbicara dengannya sejak itu. Sejujurnya, ini mungkin 12 bulan terberat dalam karier saya. Sulit, ini sudah sulit dan saya sangat senang saya bisa keluar dari kesulitan. Saya sangat bersemangat berada di sini dan siap untuk pergi."
"Itu membuat frustrasi karena saya menolak begitu banyak pinjaman bagus musim panas lalu karena alasan itu dan mereka tidak mengizinkan saya pergi. Jadi, itu membuat frustrasi. Duduk di sana dan menyia-nyiakan 12 bulan."
"Saya marah. Tapi saya bekerja keras di luar lapangan dan di tempat latihan untuk terus berkembang hari demi hari. Jadi saya sangat bersemangat berada di sini. Saya menantikan musim ini bersama Nottingham Forest."
Andreas Perreira
Gelandang serang Andreas Perreira ikut masuk dalam daftar ini. Awalnya ia banyak diprediksi bakal bersinar di MU karena bakatnya. Namun yang ada sekarang malah pergi dan menjadi andalan Fulham. Ia mengaku harus pergi dari MU karena memang tidak masuk dalam rencana permainan Ten Hag.
"Di kepala saya, saya berpikir harus pergi, saya perlu merasa percaya diri dan bermain. Saya tiba ketika saya berusia 16 tahun, jadi, Anda tahu, seorang anak muda. Itu adalah perjalanan yang luar biasa, tetapi saya sampai pada tahap di mana saya berpikir mungkin lebih baik tidak bertahan," beber Andreas.
“Saya ingin merasa lebih dicintai dan saya ingin bermain di setiap pertandingan. Apa yang ditawarkan Fulham kepada saya dan apa yang ditawarkan [manajer] Marco [Silva] kepada saya, itu adalah kesempatan sempurna."
Advertisement
Facundo Pellistri
Baru-baru ini, pemain pinjaman Facundo Pellestri juga membahas kurangnya waktu bermain menjelang peminjamannya ke Granada Januari lalu. Sebagai pemain muda berbakat, Pellistri harus mengasah potensinya dengan mendapat menit bermain yang lebih dari setiap kesempatan.
"Meskipun saya memiliki menit bermain di Manchester United, itu bukanlah jumlah menit yang saya inginkan mengingat saat saya berada di sana. Saya sangat senang untuk menit-menit saya bermain di sini," ujar Facundo Pellistri dalam sebuah kesempatan setelah bergabung dengan Granada.
“Seorang pemain selalu ingin bermain, sering kali seseorang tidak ikut serta dalam keputusan manajer, yang harus memikirkan lebih banyak hal. Seringkali pemain tidak mengetahui apa yang dipikirkan pelatih atau mengapa dia mengambil keputusan tersebut.
"United tidak memenangkan pertandingan. Ketika tim hebat memasuki situasi itu, segalanya menjadi lebih sulit dan kehidupan sehari-hari menjadi lebih rumit. Sekarang keadaannya sudah sedikit membaik dan mudah-mudahan di akhir musim target mencapai yang diharapkan. Ketika seorang pemain dipinjamkan, itu berarti mencari menit bermain, mendapatkan kontinuitas, dan mencoba mendapatkan kepercayaan diri."
Sumber: Manchester Evening News