Bola.com, Jakarta - Seorang mantan pemain Premier League yang gagal mencapai kesuksesan di lapangan hijau dilaporkan hampir menjadi miliarder berkat bisnis sampingannya yang sangat sukses.
Kisah ini menambah deretan panjang mantan pesepakbola yang berhasil memanfaatkan ketenaran dan jaringan yang mereka bangun selama karier sepak bola untuk menciptakan kekayaan di luar lapangan.
Baca Juga
Advertisement
Selama bertahun-tahun, banyak mantan pemain Premier League yang telah mengumpulkan pundi-pundi kekayaan melalui berbagai bisnis setelah pensiun dari dunia sepak bola.
Contoh nyata dari kesuksesan ini adalah Reece Wabara, mantan pemain jebolan akademi Manchester City. Wabara pensiun di usia 26 tahun dan berhasil menghasilkan jutaan dolar melalui label pakaian miliknya.
Contoh lainnya adalah Dean Forbes, yang pernah bermain untuk Crystal Palace. Setelah pensiun, Forbes merambah dunia bisnis dan kini menjadi CEO Forterro, sebuah perusahaan perangkat lunak besar.
Pada tahun lalu, perusahaan ini dibeli dengan harga 1 miliar poundsterling, menjadikan kekayaan bersih Forbes mencapai 40 juta poundsterling.
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kisah Jose Ignacio Peleteiro Ramallo
Kini, seorang mantan pemain Premier League lainnya siap bergabung dalam daftar mantan pesepakbola yang sukses di dunia bisnis.
Jose Ignacio Peleteiro Ramallo, yang lebih dikenal dengan panggilan Jota, adalah pemain asal Spanyol yang menghabiskan waktunya bermain untuk klub-klub seperti Brentford, Birmingham City, dan Aston Villa selama kariernya di Inggris.
Namun, masa-masa Jota bersama Aston Villa tidak berjalan mulus. Ia hanya mencetak satu gol dalam 16 penampilannya di semua kompetisi, yang membuat periode tersebut menjadi salah satu momen sulit dalam kariernya.
Pada tahun 2022, Jota memutuskan untuk pensiun dari sepak bola, sebuah keputusan yang mengubah arah hidupnya secara drastis. Setelah pensiun, Jota menjadi bagian penting dari perusahaan teknologi pertanian bernama Groinn.
Perusahaan ini dilaporkan sedang dalam proses menjalin kerja sama dengan pemerintah Spanyol dan diperkirakan akan bernilai 600 juta poundsterling pada tahun 2025. Proyeksi tahunan Groinn diprediksi akan meningkat tajam pada tahun ketiga menjadi £3 miliar.
Advertisement
Keputusan untuk Meninggalkan Sepak Bola
Berbicara kepada The Athletic pada bulan Januari lalu, Jota, yang kini berusia 32 tahun, mengungkapkan perasaannya tentang keputusan untuk meninggalkan sepak bola.
"Sepak bola seharusnya membuat para pemainnya menonjol. Saya melakukan apa yang dikatakan manajer, tetapi saya tidak menikmatinya," kata Jota.Â
"Itu adalah keputusan yang sulit karena saya menolak begitu banyak uang, tetapi saya sangat mencintai sepak bola, jadi ini bukan tentang uang. Saya kehilangan motivasi, tetapi saya memiliki proyek besar lainnya dalam pikiran saya," ujarnya.
Jota menjelaskan bahwa selama kariernya sebagai pemain, ia sudah mengetahui tentang Groinn, namun tidak memiliki waktu untuk terlibat sepenuhnya.
"Saat itu, Groinn adalah sebuah perusahaan rintisan dengan nama berbeda yang membutuhkan pendanaan. Saya suka mengambil risiko dan ada saat-saat gugup selama prosesnya," ungkap Jota.Â
"Setelah Anda mengembangkan teknologi dan berhasil, Anda akan menghabiskan jutaan dolar tetapi akan mendapatkan lebih banyak lagi. Namun jika tidak berhasil, Anda akan kehilangan semua uang Anda," tambahnya.
Â
Â
Â
Â
Nilai Perusahaannya Sangat Besar
Nilai perusahaan Groinn kini sepuluh kali lipat lebih besar dari investasi awal yang dilakukan Jota. Ia mengaku sudah menerima berbagai tawaran untuk membeli sahamnya, tetapi Jota yakin nilai perusahaan akan jauh lebih besar dalam beberapa tahun ke depan.
"Kami sedang bernegosiasi dengan banyak pemerintah di seluruh dunia karena mereka menginginkan teknologinya dan kami adalah pemimpin industri," tutur Jota.Â
"Kami sedang berbicara dengan perusahaan-perusahaan besar di Amerika dan kami bergerak lebih cepat dari yang kami duga," katanya.
Jota membandingkan inovasi Groinn dengan revolusi yang dibawa oleh iPhone di bidang teknologi komunikasi.
"Kami seperti iPhone. Sebelumnya, Anda memiliki surat, mesin faks, dan telepon, tetapi iPhone menggabungkan semuanya menjadi satu dan tidak memerlukan biaya yang terlalu mahal dan kualitasnya lebih baik. Kami melakukan hal yang sama di bidang pertanian dengan semua teknologi dalam satu mesin," jelas Jota.
Proyeksi keuntungan dari perusahaan Groinn sangat besar, dan Jota yakin bahwa tidak peduli berapa banyak uang yang ditawarkan seseorang untuk sahamnya, itu tidak akan cukup dibandingkan dengan potensi jangka panjang yang dimiliki perusahaannya.
Keberhasilan Jota ini tidak hanya menambah daftar panjang mantan pesepakbola yang sukses di dunia bisnis, tetapi juga menunjukkan bahwa kegagalan di lapangan hijau bukanlah akhir dari segalanya.
Bagi Jota, keputusan untuk menggantung sepatu telah membuka jalan menuju kesuksesan yang lebih besar dan lebih beragam.
Sumber: Sportbible
Penulis:Â Arraafi Adna Yudistira
Advertisement