Bola.com, Jakarta - Pekan keempat Premier League 2024/2025 akan menyuguhkan laga-laga menarik yang tak boleh dilewatkan. Satu di antaranya, Derbi London Utara: Tottenham vs Arsenal.
Tottenham dan Arsenal bakal saling tikam pada Sabtu (1/9/2024), dimana The Lilywhites akan bertindak sebagai tuan rumah di Tottenham Hotspur Stadium.
Advertisement
Saat ini, The Gunners bercokol di posisi keempat dengan torehan tujuh poin hasil dari tiga laga, dua kali menang dan sekali imbang.
Sementara, The Lilywhites belum beranjak dari posisi ke-10 dengan tabungan empat poin. Menjamu Arsenal, pasukan Angelos Postecoglou pastinya menargetkan kemenangan guna menebus hasil minor di laga terakhir usai dikalahkan Newcastle United 1-2.
Tuan rumah sah-saja melambungkan asa tinggi, meski bisa dipastikan laga tak akan berjalan mudah bagi Son Heung-Min dan kawan-kawan.
Di pentas Premier League, Derbi London Utara merupakan salah satu rivalitas terbesar di kasta tertinggi Inggris. Persaingan keduanya sudah tersaji sejak abad ke-20.
Ini adalah pertandingan yang sangat ditunggu-tunggu oleh kedua kelompok penggemar, termasuk publik sepak bola dunia.
Dalam beberapa tahun terakhir, Tottenham berjuang dengan ketidakstabilan manajerial dan telah menyaksikan Arsenal menjadi pusat perhatian karena performanya yang terus menjulang.
Di bawah Mikel Arteta, The Gunners tampil luar biasa, prestasi yang ingin ditiru oleh Ange Postecoglou.
Namun, apa sebenarnya yang memicu permusuhan antara kedua klub ini? Mari kita putar balik waktu untuk mengeksplorasi asal-usul persaingan sengit, seperti dilansir Givemesport.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kepindahan ke Highbury
Arsenal awalnya berasal dari London Selatan, tetapi pada tahun 1913, klub tersebut pindah ke Highbury dalam upaya untuk menarik lebih banyak penonton setelah likuidasi sukarela mereka tiga tahun sebelumnya.
Tentu saja, para penggemar Tottenham yang bangga dengan asal-usul mereka di London Utara marah dengan kedatangan tim sepak bola baru di depan pintu mereka.
Para pendukung Spurs melancarkan protes di seluruh kota untuk menghalangi masuknya Arsenal ke liga-liga Inggris, tetapi upaya ini dikesampingkan oleh pecahnya Perang Dunia I.
Meskipun ditentang, Arsenal berhasil mengamankan tempat di Divisi Kedua sebelum secara kontroversial memperoleh promosi ke Divisi Pertama dengan mengorbankan Tottenham.
Dalang di balik pemindahan stadion dan promosi Arsenal adalah ketua Henry Norris, seorang pria yang meragukan di mata sebagian besar penggemar Spurs.
Tekadnya untuk mendirikan Arsenal di London Utara meletakkan dasar bagi persaingan yang tetap sangat kompetitif hingga hari ini.
Advertisement
Keunggulan Kompetitif
Persaingan sering kali diintensifkan oleh keberhasilan di lapangan, dan baik Tottenham maupun Arsenal telah meraih banyak kejayaan selama bertahun-tahun.
Persaingan antara kedua klub untuk memperebutkan trofi telah menambah panasnya api yang sudah berkobar, membuat setiap pertemuan menjadi pertandingan yang wajib ditonton.
Salah satu bentrokan yang paling berkesan terjadi pada tahun 1991 ketika Tottenham dan Arsenal berhadapan di semifinal Piala FA.
Spurs menang dengan skor 3-1 dan memperoleh tempat di final, dan akhirnya mengangkat trofi.
Bagi Tottenham, itu adalah momen balas dendam yang manis terhadap tetangga mereka yang 'mengganggu'.
Para penggemar Arsenal kemudian memperkenalkan 'Hari St Totteringham', merayakan titik di musim ketika secara matematis mustahil bagi Spurs untuk finis di atas mereka di Liga Premier. Ritual mengejek rival mereka ini hanya mengintensifkan permusuhan antara kedua klub.
Namun, selama dekade terakhir, Tottenham berhasil membalikkan keadaan. Selama akhir 2010-an dan awal 2020-an, Spurs muncul sebagai andalan di dekat puncak klasemen, finis di atas para pesaingnya selama enam musim berturut-turut.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, Arsenal asuhan Mikel Arteta telah berkembang menjadi salah satu tim papan atas dunia, membuat tantangan untuk mengimbangi mereka semakin sulit bagi Lilywhites.
Pengkhianatan Sol Campbell
Dari semua momen penting dalam persaingan ini, kepindahan Sol Campbell pada tahun 2001 mungkin adalah yang paling banyak dibicarakan.
Campbell adalah tokoh kunci di ruang ganti Tottenham tetapi, setelah pergantian abad, kontraknya hampir habis.
Dalam kejadian yang tidak terduga, ia memilih untuk bergabung dengan Arsenal setelah kontraknya berakhir - klub yang sebelumnya ia bersumpah untuk tidak pernah bermain di sana.
Reaksi dari para penggemar Tottenham tidak mengherankan, yaitu kemarahan yang luar biasa.
Pada derbi London Utara pertama setelah kepindahannya, para pendukung Spurs memenuhi tribun dengan spanduk yang melabelinya sebagai 'Yudas', dan hinaan dari para penonton terus berlanjut sejak peluit pertama dibunyikan.
Hingga hari ini, Campbell dipandang sebagai salah satu pemain Inggris paling kontroversial sepanjang masa, dan namanya tetap menjadi topik yang sensitif untuk dibicarakan di antara para penggemar Tottenham.
Nyanyian tentang kepindahan Campbell masih bergema di sekitar Stadion Tottenham Hotspur, sebuah lagu yang tidak begitu ramah bagi mantan bek Inggris tersebut.
Kepindahannya ke Arsenal merupakan puncak dari persaingan ini dan ini adalah sebuah peristiwa yang tidak akan pernah dimaafkan, apalagi dilupakan oleh para penggemar Spurs.
Sumber: Givemesport
Advertisement