Bola.com, Jakarta - Mungkin belum banyak yang mengetahuinya. Ada sebuah aturan unik yang diterapkan oleh Chelsea, yang melarang tim tamu mengenakan kaos kaki berwarna putih saat bertanding di Stamford Bridge, stadion dan rumah kebanggaan The Blues.
Aturan ini berlaku baik dalam laga domestik maupun kompetisi Eropa, memaksa tim lawan Chelsea alias tim tamu yang biasanya memakai kaos kaki putih untuk menggantinya dengan warna yang berbeda.
Baca Juga
Advertisement
Real Madrid, misalnya, pernah mengganti kaos kaki putih ikonis mereka dengan warna hitam atau biru dari seragam kedua dan ketiga mereka agar mematuhi peraturan tersebut.
Padahal, Los Blancos dikenal dengan seragam serba putih yang telah menjadi ciri khas mereka sejak lama, kecuali pada musim 1955/56 ketika mereka mengenakan kaos kaki hitam.
Apa alasan Chelsea menerapkan aturan ini? Apakah karena klub London Barat ini percaya klenik? Simak asal-usul aturan ini.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Identitas Unik
Aturan ini pertama kali diterapkan pada musim 1964/65 ketika Tommy Docherty, mantan gelandang asal Skotlandia yang menjadi manajer Chelsea, melakukan perubahan besar pada tampilan tim.
Tommy Docherty mengganti kaos kaki tradisional Chelsea yang berwarna hitam atau biru, menjadi putih.
Keputusan tersebut bertujuan menciptakan identitas unik bagi Chelsea sekaligus mempermudah para penonton di stadion untuk membedakan kedua tim yang bertanding.
Perubahan ini kemudian diterima dengan baik oleh para penggemar Chelsea dan menjadi bagian dari tradisi klub.
Advertisement
Regulasi Penyiaran
Selain aspek estetika, aturan ini juga berhubungan dengan regulasi penyiaran.
Berdasarkan informasi dari NSS Sports, tidak ada kompetisi sepak bola di dunia yang memperbolehkan dua tim memakai warna yang sama pada bagian mana pun dari seragam pemain, termasuk kaos kaki, celana pendek, atau jersey.
Hal ini bertujuan untuk menghindari kebingungan bagi penonton, terutama mereka yang menyaksikan pertandingan dari rumah.
Aturan ini bahkan mendorong produsen seragam untuk menciptakan desain kit yang serba monokrom demi memenuhi kebutuhan tersebut.
Sumber: Give Me Sport