Bola.com, Jakarta - Ruben Amorim menyatakan sebelum pertandingan bahwa mengubah "ide" taktiknya adalah "akhir dari seorang pelatih." Namun, setelah kekalahan MU 0-2 dari Newcastle United, Selasa dini hari WIB (31-12-2024), ide tersebut tampak terbakar dalam api kegagalan.
Menggunakan formasi 3-4-2-1, Amorim tetap bertahan dengan pendekatannya, meski tidak didukung oleh skuad yang memadai.
Baca Juga
Advertisement
Ini adalah pendekatan yang ambisius, tetapi pelatih mana pun yang tangguh tahu bahwa adaptasi dengan kondisi tim adalah kunci, terutama saat mengambil alih di tengah musim di klub yang memiliki ekspektasi besar.
Newcastle United tidak hanya menang di Old Trafford untuk pertama kalinya dalam 11 tahun, tetapi juga dengan keunggulan yang sangat meyakinkan.
Kemenangan ini mengantarkan mereka ke peringkat kelima Liga Premier, sementara MU makin terpuruk dengan enam kekalahan dalam delapan pertandingan terakhir.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pertahanan Rapuh
Gol pertama Newcastle lahir dari sundulan Alexander Isak, memanfaatkan umpan silang Lewis Hall yang tidak mampu diantisipasi oleh Lisandro Martinez dan Harry Maguire.
Gol kedua terjadi serupa: Hall kembali mengirimkan umpan dari sisi kiri, dan kali ini Joelinton menyambarnya dengan sundulan, menambah derita Setan Merah.
Pertahanan MU tidak mampu mengimbangi intensitas serangan Newcastle, yang dipimpin oleh gelandang Bruno Guimaraes, Joelinton, dan Sandro Tonali.
Kombinasi ini benar-benar mendominasi lini tengah, meninggalkan duo MU, Casemiro dan Christian Eriksen – yang jelas-jelas kalah secara fisik dan kecepatan – tanpa daya.
Advertisement
Formasi yang Tidak Tepat
Amorim tetap bertahan dengan formasi 3-4-2-1, meski bukti menunjukkan bahwa pendekatan ini tidak cocok untuk skuadnya.
Barisan bek tengah yang terdiri dari Matthijs de Ligt, Harry Maguire, dan Lisandro Martinez tidak cukup berani untuk maju membantu lini tengah, sehingga lini belakang terlalu pasif.
Sementara itu, dua wing-back, Noussair Mazraoui dan Diogo Dalot, tidak memiliki kemampuan menyerang yang cukup untuk memberikan dukungan di depan. Akibatnya, formasi ini lebih sering berubah menjadi lima bek yang terlalu defensif, tetapi tetap gagal menahan serangan lawan.
Pada posisi gelandang serang, Joshua Zirkzee dan Amad Diallo tidak mampu menjalankan peran mereka dengan baik. Keduanya bukan pemain yang nyaman bermain dengan punggung menghadap gawang, dan mereka tidak menunjukkan kemampuan untuk berlari ke ruang kosong.
Keputusan Amorim yang Dipertanyakan
Menghadapi Newcastle, keputusan Amorim untuk tetap menggunakan formasi ini terasa sulit dipahami. Ketidakmampuannya untuk menyesuaikan pendekatan taktik dengan komposisi skuad yang ada memperburuk situasi.
Bahkan, pergantian Zirkzee di babak pertama – setelah hanya bermain selama 32 menit – tidak membawa perubahan signifikan.
Newcastle terus mendominasi permainan. Sandro Tonali hampir mencetak gol ketiga setelah melakukan kombinasi umpan dengan Anthony Gordon, tetapi tembakannya hanya membentur tiang.
Di sisi lain, MU memiliki beberapa peluang, tetapi Rasmus Højlund dan Casemiro gagal memanfaatkannya, sementara sundulan Maguire hanya membentur tiang gawang.
Advertisement
Keadaan yang Kian Mendesak
Kekalahan ini mempertegas krisis yang dihadapi MU. Mereka kini berada di peringkat ke-14 klasemen Premier League dengan hanya mengumpulkan tujuh poin dari delapan pertandingan di bawah Amorim. Bahkan, Amorim mengakui kemungkinan ancaman degradasi.
Sementara itu, para penggemar mulai menunjukkan rasa frustrasi mereka di tribune. Suasana di Old Trafford saat jeda pertandingan terasa seperti pemberontakan kecil, dengan para penggemar menunjukkan ketidakpuasan mereka terhadap situasi klub.
Dengan jadwal yang makin berat, termasuk pertandingan melawan Liverpool di Anfield, MU menghadapi tantangan besar untuk membalikkan keadaan.
Jika Ruben Amorim tidak segera menemukan cara untuk menyesuaikan taktiknya dengan kemampuan skuad, masa depan klub ini dalam kompetisi elite bisa berada dalam bahaya nyata.
Â
Sumber: The Telegraph