Sukses


MU dan Krisis Nomor 9: Apa Penyebabnya?

Menguak penyebab krisis nomor 9 yang dihadapi MU.

Bola.com, Jakarta - MU sedang menghadapi krisis serius di lini depan. Kesalahan dalam strategi transfer membuat mereka kehilangan Erling Haaland, sementara Rasmus Hojlund dan Joshua Zirkzee belum mampu memenuhi ekspektasi.

Dulu, MU dikenal sebagai satu di antara klub terbesar di dunia, dengan striker-striker tajam, permainan atraktif, dan mentalitas juara yang tak tergoyahkan. Namun, kini, warisan kejayaan mereka seakan memudar.

Menghabiskan hampir 110 juta pound (Rp2,2 triliun) untuk dua penyerang, tetapi tetap harus memainkan gelandang tengah sebagai ujung tombak dalam laga terakhir Premier League, menunjukkan betapa buruknya kondisi klub saat ini.

Masalah mereka bukan hanya soal individu, tetapi juga strategi transfer yang kacau selama satu dekade terakhir.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Haaland, Kesempatan yang Hilang

Kisah bagaimana MU gagal merekrut Erling Haaland dengan harga hanya 4 juta pound menjadi contoh nyata dari keputusan buruk mereka.

Ole Gunnar Solskjaer, saat masih melatih Molde, pernah langsung menawarkan Haaland kepada MU, tetapi klub tidak tertarik. Akibatnya, kini Haaland memecahkan berbagai rekor bersama Man City, sementara Setan Merah masih berjuang mencari penyerang berkualitas.

Situasi ini membuat para fans rindu pada era ketika setiap serangan Setan Merah terasa berbahaya.

Musim ini, mereka baru mencetak 28 gol—hanya setengah dari jumlah gol Liverpool dan hanya unggul empat gol dari tim-tim papan bawah Premier League.

Rata-rata gol United pasca-Sir Alex Ferguson adalah 61,2 gol per musim, jauh dibandingkan dengan rata-rata 89,6 gol yang dicetak tim juara liga.

3 dari 5 halaman

Kualitas Striker yang Dipertanyakan

Masalah utama MU bukan hanya kuantitas gol, tetapi juga kualitas penyerang yang mereka datangkan.

Hojlund, yang dibeli seharga 72 juta pound dari Atalanta, baru mencetak 12 gol dalam 49 pertandingan Premier League. Sementara itu, Zirkzee, yang dibeli dari Bologna seharga 36,5 juta pound, bahkan lebih mengecewakan dengan hanya tiga gol musim ini.

Keadaan makin parah ketika Ruben Amorim terpaksa bereksperimen dengan memainkan Kobbie Mainoo, seorang gelandang berusia 19 tahun, sebagai penyerang dalam kekalahan 0-2 dari Crystal Palace.

Keputusan ini lebih mencerminkan keputusasaan daripada strategi jangka panjang.

Satu di antara keputusan paling membingungkan yang diambil MU belakangan ini adalah meminjamkan Marcus Rashford ke Aston Villa, sambil tetap membayar sebagian gajinya. Ini berarti mereka justru memperkuat pesaing langsung, sementara mereka sendiri kekurangan kualitas di lini depan.

4 dari 5 halaman

Kesalahan Transfer yang Terulang

MU juga sempat mempertimbangkan untuk memulangkan Danny Welbeck, pemain yang mereka jual 10 tahun lalu karena dianggap tidak cukup bagus. Kini, setelah satu dekade, apakah Welbeck benar-benar bisa menjadi solusi?

Kegagalan Setan Merah di bursa transfer sudah terjadi berulang kali. Mereka mendatangkan superstar yang sudah melewati masa emasnya seperti Falcao, Ibrahimovic, Cavani, atau Ronaldo.

MU juga menaruh harapan pada pemain muda berbakat yang gagal bersinar, seperti Depay, Martial, Lukaku, Hojlund, dan Zirkzee. Lebih buruk lagi, mereka juga membuat keputusan panik dengan mendatangkan pemain seperti Weghorst dan Ighalo.

Dari semua nama tersebut, siapa yang benar-benar mencapai level Wayne Rooney atau Robin van Persie? Mungkin hanya Cristiano Ronaldo, tetapi saat kembali ke Old Trafford, usianya sudah 36 tahun sehingga tidak bisa bertahan lama di level tertinggi.

Kesalahan terbesar MU bukan hanya merekrut pemain yang salah, tetapi juga melewatkan peluang emas.

Haaland adalah contoh paling jelas. Beberapa fans mungkin beralasan bahwa Haaland tidak akan memilih MU karena konflik ayahnya dengan Roy Keane, tetapi Solskjaer sendiri meyakini bahwa MU akan menyesali kegagalan merekrutnya—dan kenyataannya membuktikan hal itu.

5 dari 5 halaman

Bayangan Masa Lalu

Selanjutnya, MU akan menghadapi Leicester City di Piala FA, dengan legenda mereka, Ruud van Nistelrooy, berada di bangku cadangan sebagai bagian dari staf kepelatihan lawan. 

Hal ini mengingatkan pada era ketika Setan Merah tidak pernah kehabisan striker tajam, sosok yang bisa diandalkan untuk mencetak gol di kotak penalti. Sayangnya, masa itu kini tinggal kenangan.

MU bukan hanya kehilangan sosok nomor 9 yang berkualitas, tetapi juga kehilangan identitas mereka sebagai klub yang selalu memiliki lini serang menakutkan.

Selanjutnya: Haaland, Kesempatan yang Hilang

Video Populer

Foto Populer