Bola.com, Jakarta - Dalam upaya meraih trofi pertamanya bersama Liverpool, Arne Slot justru mengalami malam yang mengecewakan setelah timnya takluk 1-2 dari Newcastle United di final Carabao Cup, Minggu malam WIB (16-3-2025).
Kekalahan ini mengakhiri penantian panjang The Magpies selama 70 tahun untuk meraih gelar. Namun, apa yang sebenarnya salah dari Liverpool?
Baca Juga
Advertisement
Pertandingan ini dimulai dengan gol sundulan Dan Burn yang mengejutkan sebelum Alexander Isak menggandakan keunggulan Newcastle.
Federico Chiesa mencetak gol di menit-menit akhir, tetapi itu hanya menjadi hiburan bagi The Reds.
Sejumlah keputusan dari Slot dalam laga ini mendapat sorotan, dan berikut adalah empat kesalahan terbesar yang ia buat dalam pertandingan tersebut:
Berita Video, Leo Rolly Carnando / Bagas Maulana berhasil melaju ke semifinal All England 2025 setelah kalahkan wakil China Taipei di perempat final pada Jumat (14/3/2025)
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1. Memasang Mac Allister untuk Menjaga Burn
Gol pembuka Newcastle lahir dari sundulan Dan Burn, satu di antara pemain tertinggi di Premier League, yang secara mengejutkan dijaga oleh Alexis Mac Allister—seorang gelandang dengan postur jauh lebih pendek.
Keputusan ini dianggap aneh mengingat Liverpool memiliki bek seperti Virgil van Dijk dan Ibrahima Konate, yang lebih cocok untuk berduel udara.
Lebih membingungkan lagi, setelah kebobolan, Slot tetap tidak mengubah strateginya dan tetap membiarkan Mac Allister menjaga Burn dalam situasi bola mati.
Menjelaskan keputusannya, Slot berkata:
"Saya bisa menjelaskan. Kami bermain dengan sistem zonal marking. Kami selalu memiliki lima pemain yang menjaga area dekat gawang. Jika bola jatuh ke sana, pasti ada satu dari lima pemain terkuat kami yang akan menyerang bola itu. Kami juga memiliki tiga pemain yang melakukan man-marking, dan Macca adalah salah satunya," jelas pelatih asal Belanda itu.
Slot juga memuji kemampuan Burn:
"Biasanya, pemain seperti Burn akan masuk ke zona tersebut, tapi saya rasa dia adalah pengecualian. Saya belum pernah melihat pemain dari jarak sejauh itu menyundul bola dengan begitu kuat ke pojok gawang," ujarnya.
Advertisement
2. Memainkan Jota yang Sedang dalam Performa Buruk
Diogo Jota sedang mengalami periode sulit dan belum mencetak gol sejak pertengahan Januari. Namun, Slot tetap memilihnya sebagai starter di final yang sangat krusial ini.
Musim ini, Jota sebenarnya telah mencetak delapan gol dalam 29 pertandingan, tetapi performanya jauh dari kata optimal.
Saat melawan Newcastle, ia terlihat kurang percaya diri dan gagal memberikan ancaman berarti di lini serang.
Memainkan Jota yang sedang dalam performa buruk justru menjadi blunder bagi Liverpool.
3. Terlalu Lama Menunda Pergantian Pemain
Slot baru memasukkan Federico Chiesa dan Harvey Elliott pada menit ke-74, ketika Liverpool sudah tertinggal dua gol. Padahal, sejak babak pertama, terlihat jelas bahwa Jota dan Luis Diaz kesulitan menembus pertahanan rapat Newcastle.
Keputusan ini menjadi sorotan karena Chiesa, begitu masuk lapangan, langsung memberikan dampak dengan mencetak gol yang memberi harapan bagi The Reds.
Sayangnya, perubahan ini datang terlambat. Elliott pun dikabarkan mengalami cedera dan harus dibantu keluar lapangan setelah pertandingan.
Advertisement
4. Memilih Kelleher, Mencadangkan Alisson
Caoimhin Kelleher memang dikenal sebagai kiper cadangan terbaik di dunia saat ini, tetapi keputusan untuk tidak memainkan Alisson Becker—kiper utama yang sudah fit—di final adalah langkah yang patut dipertanyakan.
Alisson sebenarnya sudah bermain di semifinal sehingga tidak ada alasan kuat untuk kembali menepikannya di laga puncak.
Kendati Kelleher tidak sepenuhnya bersalah atas gol Newcastle, kehadiran Alisson bisa saja membuat perbedaan dalam situasi-situasi krusial di pertandingan ini.
Sumber: Give Me Sport