Bola.com, Jakarta Tahun ini, kejadian yang tidak biasa bakal mewarnai F1 GP 2016. Bukan karena tuan rumah Sochi Autodrom masih baru dalam menggelar balapan F1, atau bakal ada kejutan dari driver yang berlaga. Lebih dari itu, waktu penyelenggaraannya bertepatan dengan 22 tahun meninggalnya juara dunia tiga kali (1988, 1990, 1991), Ayrton Senna da Silva.
Advertisement
Baca Juga
Bagi fanatikan pebalap bernama panggilan Beco ini, paling tidak ada tiga hari, di bulan berurutan yang dikenang dan diperingati. Hari lahirnya 21 Maret (1960); saat mencetak lap terbaik dalam sejarah F1 di Sirkuit Donington Park, Inggris 11 April (1993); dan satu lagi--tanpa terelakkan--adalah kepergian tragisnya di GP San Marino pada 1 Mei (1994).
Petaka Tamburello
Senna mengalami petaka saat memimpin di lap ketujuh, Tamburello Corner, Autodromo Internazionale Enzo e Dino Ferrari, Imola, Italia. Jet darat Williams-Renault FW16 tunggangannya menghantam dinding pengaman sirkuit dengan kecepatan di atas 200 kilometer per jam. Profesor Sid Watkins, delegasi medis FIA sekaligus neurosurgeon yang menanganinya di trek menyadari bahwa driver kidal ini tak bakal bertahan akibat luka di kepala.
Hal yang seolah menjawab keinginan Senna, lewat wawancara di awal tahun itu, "Bila terjadi kecelakaan yang merenggut nyawa, saya harap berlangsung cepat, karena tak ingin lama menderita. Tetapi bila diberi kesempatan bertahan, saya ingin hidup seutuhnya, tanpa ditopang peralatan".
Sementara di sirkuit, balap dilanjutkan dengan cara restart, kurang dari satu jam setelah kecelakaan. Supremo F1, Bernie Ecclestone, memberi tahu Leonardo Senna, adik lelaki Beco, bahwa abangnya itu telah tiada--meski pihak rumah sakit di Bologna belum menyatakan secara resmi. Michael Schumacher menjuarai balapan dan mendedikasikan kemenangannya kepada Senna.
Kajian hukum dan ilmiah terus berjalan. Patrick Head dan Adrian Newey dari tim Williams dikenai tuduhan oleh pengadilan Italia. Damon Hill sebagai pebalap sekaligus rekan satu team memaparkan area tragedi yang memiliki kondisi permukaan tidak rata--hal senada dikeluhkan Senna di sesi latihan.
Gerhard Berger, pebalap F1 dan sahabat terdekat Senna pernah mengalami petaka di sini (1989), sementara Roland Ratzenberger meninggal di Villeneuve Corner saat kualifikasi, sehari sebelum Senna. Faktor sirkuit ditambah desain kolom kemudi diduga mengantar kendaraannya keluar lintasan. Tetapi paling fatal adalah pecahan logam menembus helm sehingga terjadi keretakan bercabang pada tengkorak, ditambah empasan ban depan.
Saudade
Maskapai VARIG bernomor penerbangan RG723 tujuan Paris - Sao Paulo mendarat saat fajar merekah tanggal 4 Mei 1994. Membawa peti jenazah Ayrton Senna yang diselimuti bendera Brasil. Sebelum lepas landas, pilot menempatkannya di kelas bisnis, bukan di kargo seperti peraturan yang berlaku. Selanjutnya terdengar pengumuman, "Saat ini kami akan membawa pulang seorang kawan, yang telah sekian tahun kami layani dengan penuh kebanggaan dalam penerbangan kami. Ia berada di sini, di antara kita. Bila Anda ingin memberikan penghormatan terakhir, kami persilakan".
Peti jasad Ayrton Senna diterima pasukan tentara Brasil dan diangkut kendaraan pemadam kebakaran, sementara tidak kurang dari lima juta manusia bersiap menyambut kepulangan putra mereka. Wakil negara yang mengharumkan nama bangsa lewat panggung F1, memiliki nama paling asosiatif merepresentasikan Brasil selain pesepak bola Pele. Dan paling mendasar: penghibur utama mereka, bertahun-tahun lamanya. Karena itu, di antara spanduk di ruas-ruas jalan yang dilewati kereta duka, terbaca kalimat, "Terima kasih telah membuat hari Minggu kami lebih berwarna".
Bagi keluarga-keluarga Brasil kebanyakan dan kurang berada, setelah ritual ke gereja Minggu pagi, mereka mencari hiburan di televisi. Karena perbedaan waktu sekitar empat jam lebih lambat daripada benua Eropa, di mana mayoritas balap F1 digelar, maka mereka bisa menonton Senna seusai kebaktian.
Saat disemayamkan dalam gedung pemerintahan di Ibirapuera Park sebelum dikebumikan di Morumbi Cemetery, peziarah pun mengucapkan, "saudade". Ungkapan dalam bahasa setempat, yang konon tidak memiliki padanan baku dalam bahasa Inggris. Paduan dari rasa ngelangut, perpisahan sampai ketidakmungkinan bertemu kembali.
Kata ini mengilhami pemusik Inggris, Chris Rea, menciptakan lagu Saudade Part 1 & 2 untuk Senna. Para fanatikan Senna dan atau Chris Rea di sini yang sepantaran saya atau satu generasi di atas, rata-rata kenal lagu ini. Apalagi, team F1 di mana Beco pernah bergabung semuanya bermarkas di England (Toleman, Lotus, McLaren, Williams). Lirik pada baris kedua setelah kata "saudade" adalah,"nothing lasts forever" atau tiada hal yang abadi.
Ini selaras pernyataan Ayrton Senna saat dituding driver lain sebagai pebalap nekat, tanpa takut menyalip lawan karena menganggap tangannya digerakkan Sang Kuasa, "Karena yakin dan percaya pada Tuhan, bukan berarti saya abadi (immortal). Saya punya rasa takut bakal cedera, sama seperti orang lain, terutama saat berada di mobil F1".
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1
Selalu Dikenang
Dua dekade dan dua tahun berlalu, tetapi serasa Beco baru berpulang kemarin. Ayrton Senna meninggal dalam usia muda. Driver jenius berkemauan kuat dan sangat fokus, sehingga Hill menyebutnya, "seorang yang memiliki misi". Senna terkadang digambarkan sebagai sosok kompleks, karena begitu intens di trek namun di sisi lain sangat peka, mudah terharu. Sir Frank Williams menyebutnya, "di balik kokpit ia seorang yang besar, namun di luar balap, ia lebih baik lagi", senada ucapan Sir Murray Walker, komentator F1 ternama, "driver paling karismatik yang saya kenal".
Situasi kompetitif sirkus F1 membuat Senna mengambil jarak terhadap pebalap lain. Ia hanya bersahabat dengan Berger, disusul Thierry Boutsen. Tetapi, di luar lintasan ia memiliki beberapa, bukti ia menjunjung tinggi pertemanan tulus. Seperti kepada Josef Leberer, fisioterapis dan pengatur nutrisinya, Profesor Sid, yang kerap memancing bersamanya saat liburan. Soichiro Honda, pendiri raksasa otomotif Honda; Juan Manuel Fangio, pemegang gelar juara F1 lima kali; serta Kapten Owen O'Mahony, pilot pesawat pribadinya, kepada siapa ia belajar humor sarkatis khas Inggris.
Sisi humanis juga bisa dilihat dari niatnya membentuk Instituto Ayrton Senna (IAS), badan nirlaba pemberi santunan pendidikan kepada anak dan remaja tidak berpunya. Berbagi adalah satu hal yang membuatnya merasa lengkap, tercermin dalam kalimat Beco, "Orang berada tak bisa berpangku tangan di tengah lautan kemiskinan, karena kita berbagi udara yang sama. Jadi berilah kesempatan kepada semua orang, meski sebatas hal dasar".
Seusai kepergian Senna, Schumacher membukukan juara F1 tujuh kali, Sebastian Vettel meraih empat kali gelar berturut-turut dan terbaru, Lewis Hamilton menyamai rekor Senna. Meski begitu, seperti ditulis pers Inggris: berhasil menyamai rekor Senna, Hamilton menerima gelar ketiga kali dengan rendah hati.
Tanpa bermaksud mengurangi hormat kepada Hamilton sebagai juara dunia tiga kali di era F1 terkini, pencapaian prestasinya berada di masa yang jauh berbeda dengan mendiang Senna. Sebelum kepergiannya, Beco sebagai driver senior, bersama asosiasi driver F1 tengah gencar menyuarakan safety reinforcement. Selain kejadian fatal Ratzenberger, ia memiliki pengalaman senada di GP Belgia 1992.
Saat kualifikasi di sirkuit Spa-Francorchamps dan melihat Erik Comas (Ligier-Renault) mengalami tabrakan, ia sontak menghentikan kendaraannya. Berlari ke tengah trek tanpa hirau bakal tertabrak jet-jet darat lainnya. Dimatikannya mesin kendaraan Comas, lalu Senna memegangi kepala driver yang pingsan itu sampai paramedis datang. Ironisnya, penyempurnaan safety baru direalisasikan setelah jatuh korban meninggal, termasuk Senna sendiri. Setelahnya, tidak terjadi kecelakaan fatal sampai GP Jepang 2014 di Sirkuit Suzuka, yang merenggut nyawa Jules Bianchi.
Penghormatan untuk Senna
Kurun 22 tahun, Senna seolah tiada pernah berlalu. Di Inggris sini, bisa ditemui Ayrton Senna Road dan taman bermain, lantas logo Senna 'S' mirip chicane ditempatkan di setiap moncong mobil balap F1 milik team Wiliams, sudut khusus Senna di museum Grand Prix Collection Donington Park. Paling mudah dijumpai adalah karakter Senna dalam games Angry Birds Go! kart racing. Terbaru, mulai paruh April 2016, majalah F1 menerbitkan koleksi model skala 1/43 seharga setara Rp 60.000. Seri perdananya tunggangan Senna saat meraih gelar juara dunia pertama kali (1988), McLaren MP4/4.
Semuanya itu baru secuil penghormatan mengenang Beco di Britania Raya. Belum termasuk berbagai polling yang menobatkannya sebagai terbaik dan terbesar sepanjang masa, niat mulia para atlet berbagai negara yang mendedikasikan kemenangan bagi Senna, namanya yang diabadikan di ruas-ruas jalan, tikungan di sirkuit-sirkuit berbagai belahan dunia, bermacam produk transportasi, mulai roda dua, roda empat sampai pesawat terbang.
Logo Senna yang diterakan di helm-helm balap, pameran sampai kegiatan balap, bermacam games, pertandingan persahabatan, lagu-lagu karya pemusik dari berbagai genre, karakter tokoh kartun Seninha (Senna kecil), produk merchandise, patung, lukisan, koin, prangko, sampai peringatan khusus 20 tahun tragedi Senna dan Ratzenberger di Imola.
Setelahnya, apakah GP Rusia 2016 akan menggelar seremoni mengenang 22 tahun Tragedi Tamburello? Apakah juaranya akan mempersembahkan kemenangan untuk Ayrton Senna? Jauh dari Sochi, Imola atau Sao Paulo, saya sebagai fanatikan Beco berniat bersama pasangan mengunjungi kembali Donington Park. Di lingkungan kompleks sirkuit ini menjulang patung Ayrton Senna dan Juan Manuel Fangio. Saya ingin meletakkan karangan bunga di sana, dan berbisik, "saudade, Beco".
Ukirsari Manggalani
* Penulis Travel writer, penulis cerpen, dan mantan editor sebuah media otomotif di Tanah Air. Saat ini bermukim di London.
Advertisement