Bola.com, Jakarta Sejarah baru segera diukir Sirkuit Assen mulai musim 2016. Untuk pertama kalinya sejak menggelar balap roda dua pada 1925, sirkuit yang kerap dijuluki The Cathedral ini akan menghelat lomba pada hari Minggu.
Untuk alasan keagamaan, lomba balap motor di Belanda ini memang tidak pernah berlangsung pada Minggu. Hingga musim 2015, lomba selalu digelar pada Sabtu, yang membuat seri ini memiliki keunikan dibanding sirkuit lain. GPQatar memang pernah juga menggelar lomba pada Sabtu, namun sejak menjadinightrace, balapan bergeser menjadi Minggu.
Baca Juga
Kekuatan Duet Pecco Bagnaia dan Marc Marquez di Ducati Hanya Bisa Disamakan Duo Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi
Rookie asal Thailand Ini Ceritakan Sensasi Kali Pertama Coba Motor MotoGP: Seperti Serangan Jantung
Daftar Lengkap Pembalap MotoGP 2025: Banyak Perubahan! Marc Marquez ke Ducati Paling Mengejutkan
Advertisement
Baca Juga
Sebuah keputusan bernapaskan komersial harus merelakan tradisi lomba di hari Sabtu bergeser ke Minggu. Penyelenggara menyatakan berdasarkan survei yang mereka lakukan, jika lomba digelar pada Minggu secara komersial akan mendatangkan keuntungan lebih besar, karena menyedot lebih banyak penonton. Kehadiran penonton yang lebih besar, ditambah jumlah penonton yang menyaksikan lewat layar televisi akan membuat penghasilan penyelenggara bertambah besar. Penghasilan lebih besar tersebut dipercaya akan menjadi penyokong kelangsungan lomba di Assen.
Sejak wacana memindahkan race ke hari Minggu diembuskan pada awal dekade 2010-an, sebetulnya tidak banyak penolakan dari rider yang tampil di MotoGP. Mereka tidak melihat pengaruh besar dari sisi lomba akibat perubahan tersebut. Satu-satunya yang berubah memang dari sisi komersial. Salah satu ‘penolakan’, itu juga karena alasan pribadi, hanya datang dari test rider Ducati, Michele Pirro. Dengan nada bercanda dia mengatakan lomba pada hari Sabtu sangat bagus karena keesokan harinya bisa bersantai di pantai.
Bagi penggemar balap motor, mungkin tidak akan berpengaruh banyak lomba berlangsung pada Minggu atau Sabtu. Namun, dari sisi keunikan yang dimiliki Assen, paling tidak satu hal kini sudah hilang.
Seri di Assen memang paling unik dibanding seluruh kalender Motogp. Ini adalah satu-satunya seri yang masih bertahan menjadi tuan rumah Motorcycle World Championship (nama resmi dipakai untuk kejuaraan dunia ini) sejak musim perdana pada 1949. Dari enam seri original hanya tinggal Isle of Man TT yang hingga saat ini masih eksis selain Dutch TT, meski sudah tidak pernah lagi menjadi tuan rumah sejak terakhir menggelar lomba pada 1976. Nations Grand Prix atau yang kini disebut GP Italia, masih menjadi tuan rumah, namun lokasinya sudah tidak pernah lagi menggunakan Sirkuit Monza seperti dulu. Tiga lainnya, Swiss Grand Prix, Belgian Grand Prix, dan Ulster Grand Prix sudah tidak terdengar lagi namanya.
The Cathedral
Jika di Formula 1 ada Monako, di Reli Dunia ada Reli Finlandia, atau di Reli Cross Country ada Reli Dakar, maka MotoGP punya Assen. Ibarat sebuah sirkuit yang wajib dikunjungi penggemar balap motor untuk menyaksikan pertarungan antarrider, maka Assen harus dijadikan tujuan utama. Tak heran sirkuit ini dijuluki The Cathedral karena dianggap sebagai seri paling ‘sakral’ dibanding semua seri yang menggelar MotoGP.
Hingga musim 2004, saat Assen masih menggunakan layout lama, di sinilah satu-satunya tempat rider tidak punya kesempatan membuat motor berdiri tegak. Maksudnya, sepanjang lomba motor akan selalu bergerak miring ke kiri dan kanan tanpa pernah bisa berdiri tegak selama sekian detik saja. Berlomba di Assen diakui oleh banyak rider memiliki tantangan tersendiri. Selain tidak bisa beristirahat sejenak saat melintas di trek lurus, permukaan lintasan di sirkuit ini juga punya cengkeraman yang sangat besar sehingga sering digunakan rider untuk memacu motornya sekencang mungkin.
Pertarungan legendaris pun banyak terjadi di Assen versi lama. Karakter sirkuit yang unik membuat ketangguhan motor hampir tidak terlalu berpengaruh karena kemampuan rider akan menjadi penentu utama. Pada musim 2002, alias musim perdana kejuaraan ini mengadopsi nama MotoGP, Valentino Rossi dan Alex Barros menjadi aktor utama pada lomba di sirkuit ini. Perlu diingat, di musim tersebut untuk pertama kalinya motor 990cc 4-Tak digunakan dan pada saat bersamaan, motor dengan mesin 500cc 2-Tak masih boleh digunakan.
Saat itu, sebagai rider tim pabrikan, Rossi sudah tampil dengan motor Honda RC211V, sementara Barros yang tampil bersama tim satelit, Honda Pons, tampil dengan motor NSR500. Meski kalah dari sisi motor, nyatanya Barros mampu meladeni pertarungan dengan Rossi dan memimpin hampir di sepanjang durasi lomba. Rossi memang keluar sebagai pemenang, namun penampilan Barros pantas dicatat dengan tinta emas karena dianggap sebagai perlawanan terakhir generasi motor 2 –Tak atas motor 4-Tak.
Sayangnya, karakter ini hilang setelah renovasi pada 2005 yang memangkas sebagian trek untuk dijadikan pusat hiburan bagi penonton. Meski demikian, aura Assen sebagai seri yang paling ditunggu di kalender MotoGP tetap tak bisa hilang begitu saja. Assen tetap dianggap sebagai seri paling sakral di seluruh kalender Motogp.
Tradisi
Satu lagi keunikkan Assen adalah nama resmi yang disandang. Atas nama tradisi, Assen menjadi satu-satunya seri yang masih menggunakan nama TT (Tourist Trophy). Nama resmi seri ini adalah Motul TT Assen. Bandingkan dengan seri lain yang sudah menggunakan nama Grand Prix (atau Gran Premio untuk seri yang berlangsung di Italia, Spanyol, dan Argentina).
Tidak ada alasan pasti mengapa nama TT masih digunakan di Assen selain alasan tradisi tersebut. Assen atau Dutch TT sendiri mengadopsi nama yang digunakan ajang balap motor tertua di dunia, Isle of Man TT. Di era sebelum Motorcycle World Championship dimulai, memang banyak ajang balap motor di dunia yang menggunakan nama seperti itu, misalnya Australia TT.
Alasan dipilihnya tanggal 26 Juni sebagai tanggal penyelenggaraan balapan MotoGP Assen tahun ini juga tidak lepas dari tradisi. Sejak kali pertama menggelar ajang balap motor, mereka selalu memilih Sabtu terakhir pada bulan Juni. Karena tahun ini digelar di pada Minggu, aturannya sedikit berubah yaitu menjadi hari Minggu terakhir pada bulan Juni.
Agak sedikit tidak percaya, ternyata orang Belanda begitu menghargai yang namanya tradisi.
Andi Yanianto
Penikmat Motorsport. Mantan jurnalis motorsport di sebuah media olahraga nasional dan mantan editor di media online olahraga tertua di Indonesia.