Bola.com, Jakarta - Hari ini, 7 September, adalah ulang tahun rider MotoGP kebanggaan Jepang, Norifumi Abe. Kalau masih bersama kita, ia berusia 41 tahun kini (7 September 1975 - 7 Oktober 2007). Sayang ia meninggal muda di usia 32 tahun, akibat kecelakaan lalu lintas di Kanagawa Prefecture. Sebuah truk yang salah putar balik mengempas skuter yang dikendarai Abe-san.
Coaching Clinic di Surabaya
Sembilan tahun Norick Abe--begitu pers Barat menulisnya dan ia adopsi--berpulang, bisa saja namanya surut di dunia MotoGP. Tetapi, harus dicatat bahwa maestro MotoGP Valentino Rossi mengidolakannya saat belia. Di awal kariernya, rider yang memiliki julukan The Doctor ini menggunakan nickname "Rossifumi".
Advertisement
Baca Juga
Bagi saya pribadi, Abe-san adalah sosok istimewa. Apalagi saat tabloid tempat saya berkarya saat itu menjadi media official kedatangan Abe-san atas undangan Yamaha Indonesia pada 2000. Tugas saya adalah mengikutinya mulai Jakarta sampai Surabaya, menurunkan berbagai artikel, mulai tulisan biografi, sampai coaching clinic bagi pebalap road race yang berlangsung di Circuit Park Kenjeran, Surabaya.
Sebagai sosok asal Negeri Matahari Terbit, Abe-san tidaklah sependiam seperti stereotipe bangsanya. Pertama kali saya katakan, "Maaf, saya mesti 'menguntitmu' ke mana-mana dan selalu punya banyak pertanyaan," jawabnya hangat, "Tidak masalah, silakan kapan saja."
Begitu juga saat penterjemah berbahasa Jepang yang dirasanya agak kaku saat ia memberikan penjelasan coaching clinic untuk disampaikan dalam bahasa Indonesia, serta merta Abe-san berinisiatif, "Coba, tolong sampaikan kepada mereka (para road racer) pakai bahasamu sehari-hari, sementara saya berbicara dengan bahasa Inggris saja, bagaimana?"
Tentu saya menganggukkan kepala. "Tugas" Abe-san ini bahkan membantu tulisan saya lebih cepat selesai. Karena muatan teknis disampaikan lewat bahasa yang mudah dimengerti, ditambah praktik langsung.
Jadilah saya ikut dalam rombongan road racer--utamanya yang akan turun di kelas unggulan, Tune Up Underbone. Dipimpin Abe-san menyusuri trek, merasakan aspal sirkuit dengan menempelkan telapak tangan seperti yang selalu ia lakukan, lalu menghadap sebuah white board. Di mana terpampang gambar lay-out sirkuit.
Bersama para road racer yang mayoritas pria--hanya ada tiga perempuan di situ: satu pebalap perempuan, saya dan pasangan Abe-san, Michiko Tsurumoto--rider yang tahun 2000-2001 bergabung dengan team Antena 3 Yamaha d'Antin ini bersemangat membagi ilmu cara melahap masing-masing tikungan.
"Ada yang mengomentari, posisi badan saya sering tegak seperti menantang angin, sangat tidak aerodinamis," ujarnya. "Tetapi, ini berpulang kepada kenyamanan saya masuk tikungan. Jangan takut bila gayamu berbeda, karena masing-masing pebalap punya kekhasan tersendiri," tukas Abe-san. Sesudah itu, semua diperkenalkan kepada beberapa teknik eksekusi tikungan seperti slow in fast out, fast in fast out, dan seterusnya, dengan posisi lutut nyaris mencium permukaan aspal.
Rider yang aktif di MotoGP pada kurun 1994-2004 ini akhirnya tak dapat menahan diri untuk mencoba sebuah motor bebek kelas Underbone. Sesi tambahan pun digelar panitia, dan Abe-san turun dengan motor modifikasi 2Tak Tune Up Underbone 115 cc, start paling belakang, melawan para underboner Indonesia. Hasilnya sudah dapat diduga. Paling mengesankan adalah saat Abe-san meminjam bendera Merah Putih, membuka helm serta melakukan semacam victory lap dengan bendera kita berkibar. Potret ini pula--karya rekan fotografer saya, F. Yosi Setyonugroho--yang menghias laman utama situs Norick Abe untuk kurun waktu cukup lama.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1
True Entertainer
Pendek kata, Abe-san mampu menunjukkan dirinya sebagai true entertainer. Termasuk menggendong balita yang diangsurkan penggemar, menandatangani fotonya dengan spidol tinta perak (tengah in di masa itu) sampai pipinya belepotan bintik-bintik perak, bahkan mengenakan kemeja batik yang disiapkan spesial oleh kantor cabang tempat saya bekerja di Surabaya (terima kasih fotografer Cak Bambang Prijambodho).
Dalam obrolannya di lobi sebuah hotel di Surabaya usai berenang, Abe-san menyatakan pembawaannya yang tak begitu pemalu seperti kebanyakan masyarakat Jepang berpulang dari masa remajanya. Setelah balap motocross dan road race di negerinya, ia berlaga di Amerika Serikat. Tempatnya menimba ilmu. Kembali ke tanah airnya, Abe-san berlaga di kelas 250cc dan 500cc, yang berpuncak di Grand Prix Jepang 1994 saat ia berlaga di kelas 500 cc dengan wild card.
Setelah itu, undangan dari luar negeri menghampiri. Kenny Roberts dari Yamaha Team menawari Abe-san turun balap lagi di dua seri MotoGP dan berhasil menduduki posisi keenam. Itulah modalnya bisa bertarung semusim penuh di MotoGP 1995, dan otomatis semakin intens berkomunikasi dengan penutur non-Jepang dan bermukim di Spanyol mulai 2000. "Tetapi, seperti orang rindu rumah, saya bahagia bisa menang di Jepang," ujar pebalap yang pertama dan terakhir kali menang di GP Jepang pada 1996 dan 2000 ini.
Tahun berganti dan regulasi baru tahun 2002 menyoal mesin 4Tak sepertinya membuat Abe-san tidak dapat mencapai performa puncak seperti ketika saat membalap dengan mesin 2Tak. Ia menjadi test rider di 2003, kembali ke MotoGP setahun sesudahnya, dan pada 2005 turun di Superbike World Championship, menempati peringkat ke-10. Dua tahun kemudian, Abe-san bertarung lagi di All Japan Road Race Championship--sesuatu yang ia akrabi sebelum MotoGP dan pernah menjadi juara di tahun 1993 kelas 500 cc--sampai maut menyapanya di luar sirkuit.
Artinya Malaikat
Satu hal tak terlupakan bila saya mengenang Abe-san adalah saat kami sarapan bertiga bersama Michiko, pasangannya dan saya lontarkan tanya, "Abe-san, apa makna namamu, Norifumi?"
Ia tergelak, "Saya ini Jepang klasik sekaligus modern. Untuk pertanyaan ini, wah, saya mesti menelpon orang tua dulu."
Abe-san memegang janji. Saat santap siang, ia beringsut ke arah saya, di tengah kerumunan fans dan rekan-rekan pabrikan Yamaha Kota Pahlawan yang tengah memilih buffet dan berbisik-bisik, "Orang tua saya mengatakan: Norifumi adalah malaikat! They mean it."
Benar. Apalagi buat sekarang. Kau telah berkumpul bersama para malaikat, Norick. Selamat ulang tahun dan saya bahagia bisa (kembali) menuliskan tentangmu di hari kelahiran ini. Memaknai betapa seorang rider yang terinspirasi olehmu telah merajai MotoGP, bergantian dengan para rider lainnya. Masyarakat MotoGP mengenangmu!
Ukirsari Mangggalani
*Travel writer, menuliskan beberapa pengalaman perjalanannya untuk National Geographic Traveler, kolom tentang Formula One dan MotoGP untuk Bola.com, mantan editor sebuah sport automotive tabloid di Tanah Air dan saat ini bermukim di London, England
Advertisement