Bola.com, Jakarta - Valentino Rossi menyudahi MotoGP 2016 di posisi runner up alias kembali gagal mewujudkan ambisinya meraih gelaer juara dunia ke-10. Titel MotoGP 2016 yang diincar The Doctor malah jatuh ke tangan rival terberatnya, Marc Marquez.
Advertisement
Baca Juga
Banyak faktor yang menyebabkan upaya Rossi menyudahi puasa gelar juara dunia sejak 2009 kembali gagal terealisasi. Salah satunya inkonsistensi. Rossi tak mampu konsisten mendulang poin sebanyak-banyaknya yang menjadi syarat mutlak untuk menjadi juara dunia. Musim ini Rossi malah terjatuh empat kali, sesuatu yang sangat merugikan dalam sebuah pacuan gelar juara dunia.
Namun, apa yang terjadi musim ini tak membuat ambisi Valentino Rossi surut. The Doctor optimistis menatap musim depan. Dia tetap mengincar titel MotoGP 2017 untuk menggenapi koleksi trofi juara dunia miliknya menjadi 10.
Lalu, apa saja yang dibutuhkan Rossi supaya impian itu terwujud mengingat persaingan di lintasan MotoGP kini semakin ketat? Yang jelas, fakta menunjukkan tak ada lagi pebalap yang benar-benar dominan sepanjang musim. Buktinya, MotoGP 2016 memunculkan sembilan juara seri yang berbeda. Marquez yang jadi juara dunia pun hanya mampu memenangi lima seri.
Salah satu resep keberhasilan Marquez adalah tampil konsisten, faktor yang tidak dimiliki Valentino Rossi sepanjang musim ini. Hal itulah yang harus coba dilakukan Rossi untuk bisa mengambil alih gelar dari Marquez pada musim 2017. Apa lagi hal lain yang dibutuhkan Rossi?
Berikut ini 7 hal yang dibutuhkan dan harus dilakukan Valentino Rossi untuk bisa bisa menjadi juara dunia MotoGP 2017, seperti yang dirangkum Bola.com dari berbagai sumber:
1
1. Konsistensi
Salah satu hal yang gagal disuguhkan Valentino Rossi pada musim ini adalah konsistensi. Meskipun berhasil naik podium sebanyak 10 kali, The Doctor empat kali gagal merampungkan balapan. Imbasnya, dia membuang kesempatan untuk meraup 100 poin.
Rossi masing-masing gagal finis di MotoGP Austin, Italia, Belanda, dan Jepang. Saat gagal finis di Austin, Rossi memang sedang tak berada di posisi yang potensial untuk menang. Namun, dalam tiga kesempatan yang lain, dia sangat berpeluang naik podium, bahkan memenangi balapan.
Di Mugello (Italia) Rossi gagal finis gara-gara mesin motornya jebol. Padahal saat itu dia sedang bersaing memperebutkan posisi terdepan dengan rekan setimnya, Jorge Lorenzo. Bahkan, di Assen Rossi terjatuh saat memimpin lomba. Dia pun kehilangan kesempatan emas untuk mendulang 25 poin.
Adapun di Sirkuit Motegi, Jepang, Rossi jatuh ketika berada di posisi ketiga. Imbasnya pun sangat fatal. Marc Marquez berhasil menyegel gelar juara dunia di Motegi karena selain Rossi, Lorenzo juga terjatuh. Koleksi poin Marquez pun tak mungkin dikejar oleh dua rivalnya tersebut.
Inkonsistensi Rossi sangat bertolak belakang dengan Marquez. Pebalap Repsol Honda tersebut sangat konsisten pada musim ini. Saat menyegel gelar juara dunia di Motegi, Marquez menjadi satu-satunya pebalap yang selalu mendulang poin di setiap seri. Dia baru kehilangan poin di MotoGP Australia, setelah gelar juara dunia sudah dalam genggaman. Konsistensi tersebut jadi pembeda besar antara Marquez dan Rossi pada musim ini.
2
2. Motor YZR-M1 yang Lebih Kompetitif
Valentino Rossi terang-terangan mengkritik kinerja Yamaha pada MotoGP 2016. Menurut Rossi, kegagalan Yamaha mengembangkan motor YZR-M1 yang kompetitif pada paruh kedua musim 2016 menjadi penyebab mereka gagal bersaing dengan Honda.
Kondisi ini berbeda dengan yang terjadi pada musim 2014 dan 2015. Saat itu, Yamaha mampu menunjukkan perkembangan positif pada paruh kedua musim. Imbasnya, motor YZR-M1 tampil tangguh dan kompetitif hingga akhir musim. Rossi menyebut pada paruh kedua musim, Yamaha gagal naik level.
Kegagalan itu sangat terasa karena pada saat bersamaan Honda menunjukkan perkembangan signifikan. Honda mampu mengurai masalah dan mendapatkan solusi atas masalah yang mendera pada tes pramusim 2016 maupun saat awal-awal musim, khususnya terkait perangkat elektronika dan ban Michelin.
“Menurut saya, kami memulai (MotoGP musim 2016) dengan sangat baik, tapi pada paruh kedua musim ini, Honda berkembang pesat dan mampu mengatasi problem yang mereka alami pada awal musim. Yamaha juga bekerja, tapi komponen baru yang diberikan kepada kami tidak bekerja baik. Kami tak pernah melangkah (maju),” kata Rossi seperti dilansir Motorsport, pada 17 Oktober 2016.
Jadi, jika musim depan ingin membuka jalan menuju gelar juara dunia yang ke-10, Rossi harus mematikan diri mendapat motor yang lebih kompetitif. Jika tidak, dia akan kesulitan bersaing dengan Honda, bahkan berpotensi direpotkan oleh Ducati.
3
3. Lebih Banyak Juara Seri
Meskipun 10 kali naik podium pada musim ini, Rossi hanya dua kali juara seri. Rossi memang akhirnya mampu menduduki posisi runner up meski hanya dua kali menang sepanjang MotoGP 2016. Namun, jika ingin juara dunia pada MotoGP 2017, Rossi harus lebih banyak memenangi balapan.
Saat kali terakhir jadi juara dunia pada musim 2009, Rossi tercatat memenangi enam seri. Sedangkan juara dunia musim ini, Marc Marquez, naik podium pertama sebanyak lima kali. Musim depan setidaknya Rossi harus bisa menyamai jumlah kemenangan yang dibukukan Marquez pada 2016, dengan catatan disertai konsistensi di setiap seri sepanjang musim.
Yang jelas, saat ini tak mudah bagi seorang pebalap mendominasi balapan sepanjang musim. Pada MotoGP 2016 ada sembilan pebalap berbeda yang berhasil naik podium utama. Itu pula yang menjadi alasan Marquez mampu juara dunia saat musim 2016 masih menyisakan tiga balapan meskipun hanya mengantongi lima kemenangan.
4
4. Menjinakkan Marc Marquez
Sejak promosi ke kelas MotoGP pada 2013, Marc Marquez langsung mencuri perhatian. Pria Spanyol itu tak butuh waktu lama untuk nyetel dengan atmosfer MotoGP. Dia langsung juara dunia dua musim beruntun, sebuah rekor yang mengundang decak kagum, apalagi usianya masih sangat muda, baru 21 tahun.
Marquez memang gagal pada MotoGP 2015, namun dia cepat belajar. Pada musim 2016, Marquez terlihat lebih matang berkat kemauan untuk belajar dari kegagalan pada musim sebelumnya. Pebalap berjuluk Baby Alien tersebut tahu kapan harus tampil agresif mengejar kemenangan atau podium dan kapan perlu menahan diri untuk meminimalisir kerugian ketika menghadapi situasi yang sulit. Hasilnya tak terbantahkan. Marquez tampil sangat konsisten musim ini dan berhasil mengunci gelar saat musim 2016 masih menyisakan tiga balapan.
Marquez yang telah bertransformasi menjadi sosok yang lebih matang ini berpotensi menjadi ancaman terbesar bagi Rossi pada musim depan. Jika ingin meraih gelar juara dunia ke-10, Rossi lebih dulu harus menjinakkan si Baby Alien, Marc Marquez.
5
5. Mengalahkan Paket Lorenzo dan Ducati
Valentino Rossi menyadari paket Jorge Lorenzo dan Ducati pada musim 2017 tak bisa dipandang sebelah mata. Menurut rider Movistar Yamaha itu, Lorenzo merupakan salah satu kandidat kuat juara MotoGP 2017.
Yang membuat Rossi mewaspadai paket Lorenzo dan Ducati adalah momen di MotoGP Valencia, Minggu (13/11/2016). The Doctor gagal naik podium setelah kalah berduel dengan pebalap Ducati, Andrea Iannone, dalam perebutan posisi ketiga. Dia hanya finis di urutan keempat. Adapun posisi pertama dan kedua ditempati Lorenzo dan Marquez.
Valentino Rossi tak bisa menyaingi kecepatan motor Desmosedici yang digeber Iannone di trek lurus. Fakta tersebut membuat Rossi mulai ketar-ketir menatap musim depan karena Ducati bisa semakin kuat seiring kedatangan Lorenzo.
"Tentu saya mengkhawatirkan kombinasi Lorenzo dan Ducati. Di Valencia, kami memprediksi Honda akan lebih kuat daripada kami pada lap-lap terakhir, tapi kenyataannya Ducati juga kompetitif karena mereka bisa melakukan manajemen ban dengan baik," kata Rossi seperti dikutip dari Crash.
Jadi, musim depan pekerjaan rumah Rossi bukan hanya menjinakkan Marquez. Dia juga harus bisa mengalahkan mengatasi paket Lorenzo dan Ducati supaya bisa melaju ke tangga juara dunia MotoGP 2017.
6
6. Menaklukkan Ban Michelin
Bukan hanya sekali Valentino Rossi menyebut ban sebagai faktor kegagalannya tampil maksimal pada MotoGP 2016. Pebalap Movistar Yamaha tersebut mengaku mengalami masalah pada ban ketika menjalani sesi kualifikasi MotoGP Malaysia di Sirkuit Sepang, Sabtu (29/10/2016), sehingga gagal merebut pole.
Valentino Rossi juga menuding ban sebagai penyebab dirinya tak bisa menyalip Andrea Iannone pada balapan MotoGP Valencia di Sirkuit Ricardo Tormo, Minggu (13/11/2016). The Doctor berujar ada masalah pada ban motornya sehingga tak bisa melakukan manuver tajam di tikungan.
"Iannone dan saya terlibat dalam duel ketat, kami sempat beberapa kali saling salip menyalip di tikungan. Namun, saya mengalami masalah besar pada ban, terutama ketika berbelok ke kanan. Di beberapa belokan saya mencoba bermanuver dan akhirnya saya melebar karena masalah ini," ujar Rossi dikutip dari La Gazzetta dello Sports.
Tahun depan bakal menjadi musim kedua para pebalap menggunakan ban Michelin di MotoGP. Rossi sebenarnya sudah berpengalaman menggunakan ban Michelin sebelum era ban Bridgestone. Namun, hal itu ternyata tak membuat Rossi mulus beradaptasi dengan Michelin.
Kemampuan menaklukkan ban Michelin sangat vital bagi Rossi jika ingin kembali juara dunia. Apalagi Honda tampak mampu beradaptasi dengan lebih baik dengan ban Michelin dibandingkan Yamaha. Jika faktor tersebut diabaikan, Rossi bakal kesulitan menjuarai MotoGP 2017.
7
7. Jangan Remehkan Maverick Vinales
Manajer tim Suzuki Ecstar, Davide Brivio, memperingatkan Valentino Rossi untuk tidak meremehkan Maverick Vinales yang bakal jadi rekan duernya di Movistar Yamaha musim depan. Jika mendapat motor yang sama, Vinales diyakini bisa menyulitkan The Doctor kesulitan seperti yang dilakukan Jorge Lorenzo.
Kemampuan adaptasi Vinales yang cepat dinilai Brivio bakal menyulitkan Rossi. "Kehadiran Vinales akan membuat Rossi semakin bersemangat. Rossi akan memiliki target baru dengan kehadiran Vinales. Rossi cepat dan berpengalaman, tapi dia tetap harus hati-hati terhadap Vinales," ucap Brivio dikutip dari Speedweek, Jumat (7/10/2016).
Brivio juga meyakini Vinales ingin meraih gelar sebanyak-banyaknya dengan Yamaha. Meski usianya masih sangat muda, Vinales disebutnya sebagai pebalap pintar.
Valentino Rossi pun mengakui Maverick Vinales bakal menjadi rekan setim sekaligus pesaing tangguh pada balapan MotoGP musim depan. Menurut dia, potensi tersebut sudah dibuktikan Vinales sepanjang musim ini.
Itulah alasannya Vinales juga menjadi faktor penting bagi Rossi pada musim depan. Jika ingin kembali mencicipi gelar juara dunia, Valentino Rossi pantang meremehkan Vinales.