Sukses


Senjakala Karier Valentino Rossi, Benarkah atau Usia Hanya Barisan Angka?

Jakarta - 40 tahun masih kompetitif di MotoGP? Tanyakan hal tersebut kepada Valentino Rossi yang meraih podium dua pada MotoGP Argentina di Sirkuit Termas de Rio Hondo, 31 Maret lalu.

Rossi membuktikan selalu kompetitif meski di usia yang sudah cukup tua untuk berkendara motor MotoGP. Rossi merupakan ikon di MotoGP. Kehebatannya bisa bersaing di usia 40 tahun membuat banyak ternganga.

Konon, Marc Marquez yang baru berusia 26 tahun saja iri dengan kegigihan Rossi dalam berjuang. Pada sirkuit Termas de Rio Hondo, Valentino Rossi start di posisi keempat di belakang Andrea Dovizioso.

Rekannya di Yamaha, Maverick Vinales start di posisi dua di belakang Marc Marquez yang meraih pole positions di MotoGP Argentina. Rossi bersaing ketat dengan Dovizioso, sedangkan Marquez melejit sendirian.

Aksi Valentino Rossi di MotoGP Argentina (Juan Mambromata/AFP)

Jelang 10 lap terakhir, Rossi masih berada di belakang Dovizioso. Pengalaman yang cukup lama membuat Rossi sabar dalam mengintai Dovizioso.Rossi baru menyalip Dovizioso di lap ke-25 atau lap terakhir. Dan ini membuatnya meraih poin 20 karena meraih podium dua di belakang Marquez.

Rossi menyambut keberhasilan raih podium dengan suka cita. Dia bahkan merasa sedang memasuki era baru, apalagi saat itu memakai baju balap hitam kuning. Podium tersebut juga menandai tahun ke 23 Rossi tampil di balapan dunia setelah pertama kali tampil di GP Malaysia 1996 di kelas 125 cc.

Selain puas dengan podium yang diraihnya, Rossi juga merasa agak janggal dengan potret dirinya saat merayakan kemenangan. Soalnya, dia tampil beda di MotoGP Argentina.

"Saya lihat foto saya pagi ini dan lucu juga karena seperti memasuki era baru. Gambar saya seperti hitam putih di televisi," kata pembalap berusia 40 tahun itu seperti dikutip crash.

Valentino Rossi meraih podium dua setelah finis di belakang Marc Marquez. Dia terpaut 10 detik dari Marquez yang mendominasi di MotoGP Argentina.

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Dua Era

Rossi juga bicara soal karier panjangnya di MotoGP. Dia mengatakan, masa baktinya di MotoGP bisa dibagi menjadi dua.

Pertama, era Rossi dimana dia bisa dengan mudah raih kemenangan. Kedua ada era dimana dia terus memilih untuk bertarung ketimbang pensiun dengan pembalap yang lebih muda.

"Di bagian karier pertama saya, saya memenangkan banyak balapan dan kejuaraaan. Lalu Anda sampai pada titik segalanya menjadi lebih sulit karena ada pembalap lebih muda dan kuat," ujarnya.

"Di posisi itu, Anda mungkin harus memilih diam di rumah dan lihat trofi bisa senang, atau Anda lebih suka terus berjuang karena Anda menikmatinya. Saya pikir ini kasus saya."

Bukan hanya karena dia sudah meraih 233 podium sejak debut 1996 lalu, tapi ada sesuatu yang lebih spesial bagi Rossi dengan meraih podium di MotoGP Argentina.

"Saya sangat bahagia karena sejak Sachsenring tahun lalu, saya belum podium," ujar Rossi.

"Juga di dua balapan terakhir di Malaysia dan Valencia lalu dimana saya cukup kuat. Saya bisa raih podium dan memenangkan balapan, tapi saya melakukan kesalahan."

 

3 dari 3 halaman

Gelar ke-10?

Tahun ini menjadi kesempatan emas bagi Rossi untuk mengejar gelar ke-10nya di semua ajang balap dunia. Gelar ini sudah dinantinya sejak lama, tepatnya 10 tahun lalu saat masih membela Yamaha bersama Jorge Lorenzo.

Prestasi terbaik Rossi sejauh ini hanya peringkat dua terbaik pada tiga musim beruntun yaitu yaitu 2014,2015 dan 2016. Prestasi Rossi sedikit menurun di 2017 dan berhasil raih posisi tiga klasemen di MotoGP 2018.

Sama seperti fans Rossi lainnya, Rossi juga masih penasaran untuk raih gelar ke-10. Gelar ini begitu sulit untuk diraihnya sejak ada Marc Marquez di Honda dan pergantian ban dari Bridgestone ke Michelin.

Dia masih terikat kontrak dengan Yamaha hingga 2020 dan mungkin perpanjang kontrak lagi kalau target yang diinginkannya belum juga tercapai. Tahun ini menjadi musim yang pas di saat usia Rossi 40 tahun.

Tantangan terbesar bagi Rossi yaitu mengalahkan Marquez. Soalnya, Dovizioso berhasil ditaklukkannya di seri kedua. Hanya Marc Marquez yang belum bisa ditaklukkannya dan ini bisa saja memberi jalan bagi Rossi untuk raih gelar ke-10.

Marc Marquez sangat senang setelah memenangi MotoGP Argentina di Sirkuit Termas de Rio Hondo, Senin (1/4/2019) dini hari WIB. Kebahagian Marquez berlipat ganda setelah Valentino Rossi memenangi perebutan posisi kedua dengan Andrea Doviziso.

Bagi Marquez, balapan MotoGP Argentina berlangsung kurang mendebarkan. Sejak start dia langsung bisa melesat ke depan sendiri. Dia tak mendapat gangguan sepanjang balapan. Hasilnya, Baby Alien finis sangat dominan, dengan keunggulan hampir 10 detik atas Rossi yang menjadi runner up.

Dovizioso yang finis di posisi ketiga mengaku cukup kesal gagal mempertahankan posisi. Ban menjadi penyebab dia gagal meraih posisi dua.

"Namun, saya tak senang dengan cara kerja ban sepanjang balapan dan saya harus berusaha menjaga ban. Pada akhirnya Valentino mampu mengajari saya. Saya tak bisa bertahan melaju di belakang, karena saya memang kesulitan. Mungkin ini bukan strategi terbaik," imbuh pembalap Italia tersebut.

Kehilangan kans naik podium kedua di MotoGP Argentina sangat merugikan Dovi. Posisinya di puncak klasemen sementara MotoGP 2019 kini diambil alih Marquez. Dovi mengantongi 41 poin dari dua balapan, Marquez mengoleksi 45 angka.

Faktor pengalaman dalam merawat ban lagi-lagi membuat Rossi bisa salip Dovizioso di lap terakhir.

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer