Bola.com, Jakarta - Pembalap Monster Energy Yamaha, Maverick Vinales, mengakui kekuatan Valentino Rossi dan Fabio Quaratararo. Namun, Vinales tak menganggap kedua pembalap tersebut sebgagai ancaman.
Maverick Vinales bergabung dengan Yamaha dan menjadi rekan setim Rossi sejak 2017, setelah meninggalkan Suzuki untuk menjadi pengganti Jorge Lorenzo. Bertandem dengan peraih 9 kali juara dunia tak membikin Vinales terintimidasi, dan justru melecutnya menjadi makin baik.
Baca Juga
Advertisement
Selama tiga musim bertandem, hasil Vinales lebih superior daripada Rossi. Rider Spanyol itu sukses meraih 19 podium, 6 kemenangan, dan 8 pole, dibanding Rossi yang hanya mengemas 13 podium, 1 kemenangan, dan 1 pole. Rossi bahkan paceklik kemenangan sejak MotoGP Belanda 2017.
Tahun depan, Rossi akan digantikan Fabio Quartararo yang masih berusia 21 tahun. Musim lalu bersama Petronas Yamaha SRT, El Diablo menggebrak dalam musim debutnya, meraih 7 podium, 6 pole, dan duduk di peringkat 5. Ia bahkan dua kali menantang Marc Marquez dalam perebutan kemenangan sampai lap terakhir.
Meski mengakui kekuatan mereka, Vinales tak mau memandang kedua rider tersebut sebagai ancaman. Menurutnya, lebih baik melihat sisi positifnya saja, dan justru menjadikan Rossi dan Quartararo sebagai lecutan untuk bisa tampil jauh lebih baik lagi.
"Sangat penting bagi saya menjadi rider Yamaha terbaik di garis finis. Tapi saya tak lihat Vale dan Fabio sebagai ancaman berbahaya, melainkan motivasi ekstra agar lebih cepat. Bertandem dengan rider cepat seperti Vale dan Fabio, akan membantu saya lebih jauh mengembangkan M1," ujar Maverick Vinales, seperti Cycle World, Selasa (1/7/2020).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Belajar dari Fabio Quartararo
Vinales bahkan banyak belajar dari Quartararo sepanjang 2019. Membela tim satelit, Quartararo tak bisa mengutak-atik YZR-M1.
Motor M1 yang tak banyak berubah itu membantu Quartararo fokus pada cara berkendara dan tak merisaukan perangkat lain, yang justru jadi masalah Vinales sebagai rider tim pabrikan.
Pada tengah musim, Vinales meniru metode Quartararo, dan menolak menjajal berbagai perangkat baru. Hasilnya pun terlihat lewat 6 podium dan 2 kemenangan.
"Tahun lalu saya kuat pada awal musim, tapi selalu tertinggal saat start. Alhasil, saya tak bisa membuat perbedaan. Kami punya potensi, tapi start menghancurkan balapan saya," ujarnya.
"Sebagai tambahan, dalam tim pabrikan, ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam pekan balap yang bisa bikin balapan berantakan. Kontrasnya, tim Fabio tak menyentuh motornya. Mereka tak melakukan perubahan apa pun. Itulah kunci penting Fabio, dan kami belajar dari mereka," pungkasnya.
Sumber: Cycle World
Disadur dari: Bola.net (Penulis Anindhya Danartikanya, published: 1/7/2020)
Advertisement