Bola.com, Jakarta - Bos Yamaha, Lin Jarvis, menyatakan memiliki dua pembalap yang sama-sama berstatus juara dunia menimbulkan tantangan berat. Dia pernah merasakan pengalaman itu saat menangani duet Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo.
Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo dikenal memiliki rivalitas yang sengit saat masih sama-sama memperkuat Yamaha. Bahkan, garasi mereka diberi penyekat untuk pemisah.
Advertisement
Meskipun sulit menangani kedua pembalap, Lin Jarvis bisa dibilang mampu melakukannya dengan sempurna. Parameternya adalah koleksi gelar yang diraih Yamaha pada tahun itu.
Menurut Jarvis, ada tiga kunci untuk menangani tim yang berisikan dua pembalap papan atas seperti Rossi dan Lorenzo.
"Kuncinya kesenangan, diplomasi, dan kesulitan. Itu adalah periode paling memuaskan. Kami memangani empat gelar juara dunia bersama Vale, kemudian tiga bersama Jorge. Ketika mereka berduet, kami menang empat titel. Itu membawa banyak hal positif dan respons hebat," kata Lin Jarvis pada podcast MotoGP, seperti dilansir Tuttomoriweb, Jumat (31/7/2020).
Menurut Jarvis, bagian tersulit yang dihadapi petinggi Yamaha saat itu adalah menjaga kesetaraan perlakuan terhadap kedua pembalap.
"Itu agak sulit, karena setiap atlet papan atas sangat fokus pada tujuannya dan hal terakhir yang dia pedulikan adalah apakah rekan setimnya bisa meraihnya atau tidak," tutur Jarvis.
"Anda harus berusaha menjaga mereka secara individu dan memastikan selalu memberi jaminan perlakuan yang adil terhadap mereka," imbuh Jarvis tentang kiatnya menangani Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo dalam satu tim yang sama.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Strategi Tepat
Meskipun sulit, Jarvis meyakini stretegi yang mereka terapkan saat itu adalah yang terbaik, meskipun ada banyak kendala.
"Bukan berarti setiap hal untuk mereka selalu sama. Filosofi terhadap dua pembalap itu sama, tapi jika satu orang menginginkan satu hal dan yang lain, maka salah satu harus berhati-hati untuk memisahkan diri," urai Jarvis.
"Anda masa-masa ketika Anda harus mengatur pembalap, egonya, harapan, dan permintaan yang terkadang tak bisa kami puaskan."
"Tapi jika Anda tanya kepada saya apakah saya akan selalu memilih dua pembalap papan dibanding memiliki pembalap nomor 1 dan 2. Itu lebih merangsang dan menuntut," imbuh Jarvis.
Advertisement