Bola.com, Jakarta - Keputusan mengejutkan diambil pembalap Italia, Andrea Dovizioso. Dia menyatakan akan menyudahi petualangan bersama Ducati, yang sudah berlangsung sembilan tahun, pada akhir MotoGP 2021.
Andrea Dovizioso dipastikan tidak akan memperkuat Ducati pada MotoGP 2021. Meski Dovizioso belum mau membeberkan alasan yang melatarbelakangi keputusannya, perpisahan ini kabarnya diakibatkan hancurnya harmoni dalam tim tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Keputusan Dovizioso ini disampaikan oleh manajer pribadinya, Simone Battistella, kepada para petinggi Ducati Corse pada Sabtu (15/8/2020) pagi di Red Bull Ring, Austria, dan juga diumumkan untuk pertama kalinya secara publik oleh Battistella sendiri lewat Sky Sport.
Keputusan Dovi ini mengejutkan banyak pihak, termasuk para bos Ducati yang ingin mempertahankannya. Dovizioso belum mau bicara banyak soal keputusan ini. Ia hanya menegaskan langkah ini diambil berdasarkan situasi yang terjadi di dalam Ducati.
Setelah kabar ini menyeruak ke publik manajemen Ducati Corse diserang oleh banyak pihak, terutama para penggemar balap, apalagi fans Dovizioso. Manajemen Ducati dianggap melakukan kerja buruk, dan dinilai terlalu sering memperlakukan para ridernya secara tidak layak.
Andrea Dovizioso bukan rider pertama yang dinilai tak diperlakukan dengan baik oleh manajemen Ducati, hingga akhirnya memilih hengkang. Berikut enam pembalap yang hengkang karena merasa tak betah di Ducati.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Casey Stoner
Hingga saat ini, Casey Stoner merupakan satu-satunya rider yang mampu mempersembahkan gelar dunia MotoGP kepada Ducati, yakni pada 2007. Sayangnya, kerja sama ini berakhir pada 2010. Stoner mengaku perpisahannya dengan Ducati tak terjadi secara baik-baik.
Ketidaknyamanan sudah dirasakan Stoner pada 2009, saat mengalami intoleransi laktosa, yang memengaruhi kebugaran tubuhnya hingga sulit tampil kompetitif. Kala itu, Stoner menyebut Ducati tak memercayainya, bahkan ketika dokter telah memberikan diagnosis.
Stoner juga menyatakan kepergiannya dari Ducati juga disebabkan departemen balap yang tak mau berinvestasi lebih tinggi untuk meningkatkan performa Desmosedici, namun justru menyodorkan kontrak bernilai tinggi kepada Jorge Lorenzo.
Stoner sempat kembali berseragam merah saat menjabat sebagai test rider Ducati pada 2016. Namun, mereka berpisah kembali pada akhir 2018. Stoner merasa masukannya soal Desmosedici tak terlalu digubris oleh para insinyur pabrikan asal Bologna tersebut.
Advertisement
Marco Melandri
Marco Melandri digaet oleh Ducati Team pada 2008 setelah ditinggalkan Loris Capirossi menuju Suzuki. Untuk pertama kalinya, Melandri menjadi seorang pembalap tim pabrikan di MotoGP, dan ditandemkan dengan Stoner.
Mengingat Stoner sukses merebut gelar dunia pada tahun sebelumnya, ekspektasi pada Melandri melambung tinggi. Nyatanya, ia kesulitan melakukan adaptasi dengan Desmosedici, dan hanya tiga kali masuk posisi 10 besar sepanjang musim.
Melandri dan Ducati sepakat mengakhiri kontrak setahun lebih awal. Pada 2009, ia pindah ke Hayate Kawasaki, dan posisinya di Ducati Team digantikan oleh Nicky Hayden.
Pada 2017 dan 2018, Melandri kembali membela Ducati, namun di kejuaraan WorldSBK bersama Aruba. Meski meraih 23 podium dan 3 kemenangan, ia didepak pada akhir 2018 setelah Ducati memilih Alvaro Bautista untuk menggantikannya.
Valentino Rossi
Keputusan Valentino Rossi meninggalkan Yamaha demi membela Ducati pada 2011 bikin heboh sekaligus mengundang ekspektasi tinggi. Rossi, yang berhasil membangkitkan performa Yamaha, diharapkan juga bisa meneruskan kesuksesan Stoner.
Nyatanya, selama berseragam merah, Rossi malah hanya mampu tiga kali naik podium, dan bahkan paceklik kemenangan. Keterpurukan ini membuat sembilan kali juara dunia tersebut sempat terpikir untuk pensiun dalam usia 33 tahun pada akhir 2012.
Rossi, yang sampai saat ini nyatanya masih balapan setelah kembali ke Yamaha pada 2013, menyatakan keterpurukannya di Ducati juga disebabkan oleh sikap para teknisinya yang tak terlalu menganggap penting masukan dari pembalapnya.
Alhasil, Rossi memilih hengkang, setelah Yamaha mau kembali membuka pintu untuknya. Rider berusia 41 tahun tersebut tak segan-segan menyebut bahwa dua musim di bawah naungan Ducati adalah masa terburuk dalam karier balapnya.
Advertisement
Jorge Lorenzo
Sama seperti Rossi, kedatangan Jorge Lorenzo ke Ducati setelah meninggalkan Yamaha pada 2017 mengundang ekspektasi yang begitu tinggi. Lorenzo diharapkan mengulang kesuksesan Stoner pada 2007. Ia bahkan dikabarkan mendapatkan gaji sebesar 25 juta euro selama dua musim di Tim Merah.
Nyatanya, Lorenzo justru hanya meraih tiga podium sepanjang 2017, dan paceklik kemenangan. Lima kali juara dunia tersebut tak memungkiri bahwa dirinya kesulitan beradaptasi dengan Desmosedici. Ia juga mengakui kurangnya dukungan teknis dari para insinyur Ducati meski telah memberikan begitu banyak masukan.
Pada awal 2018, Lorenzo perang verbal lewat media massa dengan CEO Ducati Motor Holding, Claudio Domenicali, yang menyebut bahwa Lorenzo 'pembalap hebat yang tak bisa memanfaatkan potensi Desmosedici'. Pernyataan ini membuat Lorenzo naik pitam dan berpikir untuk hengkang.
"Saya bukan pembalap hebat, melainkan seorang juara dunia," kata Lorenzo saat itu. Ia akhirnya menandatangani kontrak dengan Repsol Honda, tepat sebelum merebut kemenangan besar di Mugello dan Catalunya.
Alvaro Bautista
Alvaro Bautista membela Ducati pada 2017 dan 2018 dengan berseragam Aspar Team di MotoGP. Rider asal Spanyol ini pun sempat membela Ducati Team dalam satu balapan, yakni di MotoGP Australia 2018, menggantikan Jorge Lorenzo yang cedera kaki dan pergelangan tangan.
Pada musim yang sama, Bautista dikonfirmasi bakal pindah ke WorldSBK pada 2019, membela tim pabrikan Ducati, yakni Aruba.it Racing Ducati. Pada musim perdananya, Bautista langsung menggebrak di atas Panigale V4R, dengan koleksi 18 podium dan 14 kemenangan pada delapan seri pertama.
Meski begitu, sesampainya di Seri Laguna Seca, Amerika Serikat, tanda-tanda Bautista hengkang tertangkap khalayak ramai. Ia digosipkan mendapatkan tawaran untuk membela Team HRC, tim pabrikan Honda yang untuk sekian lama akhirnya kembali ke WorldSBK.
Domenicali menuduh Bautista menolak tawaran Ducati untuk bertahan karena menginginkan gaji yang lebih besar. Namun, Bautista merasa tak mendapatkan dukungan moral yang cukup baik dari Ducati karena mereka dikabarkan ingin menggaet Scott Redding. Bautista menambah koleksi dua kemenangan lagi sebelum berpisah dari Ducati, dan menjadi runner up di belakang Jonathan Rea.
Advertisement
Andrea Dovizioso
Tak ada yang menyangka bahwa hubungan antara Ducati dan Andrea Dovizioso bakal berakhir pahit setelah bekerja sama sejak 2013. Sejak itu, Dovizioso menjadi ujung tombak pengembangan Desmosedici dan membantu Gigi Dall'Igna (General Manager Ducati Corse) membangkitkan performa motor tersebut di MotoGP.
Tahun 2020 merupakan musim kedelapan Dovizioso membela Ducati. Ia tercatat sebagai rider yang paling lama membela tim pabrikan mereka. Sejauh ini, ia meraih 39 podium dan 13 kemenangan untuk Tim Merah, serta menjadi runner up selama tiga tahun terakhir, sebagai rival terdekat Marc Marquez.
Meski begitu, pada pertengahan 2019, Dovizioso dan Dall'Igna dikabarkan bersitegang akibat masukan 'Dovi' sejak 2013 tak digubris, yakni soal solusi performa menikung yang buruk pada Desmosedici. Menurut Dovizioso, sejak ia bergabung, masalah ini tak pernah dijadikan prioritas oleh Ducati.
Ketegangan Dovizioso dengan Dall'Igna akhirnya terpampang jelas dalam film dokumenter 'Undaunted' keluaran Red Bull pada Februari lalu. Keduanya kerap cekcok, bahkan di dalam garasi tim. Hubungan mereka yang renggang ini diperparah dengan keinginan Ducati untuk memotong gaji Dovizioso dari 6 menjadi 3 juta euro saja per musim akibat pandemi virus corona.
Sumber: dari berbagai sumber
Disadur dari: Bola.net (Penulis Anindhya Danartikanya, published 16/8/2020)