Sukses


Buka-bukaan Penyebab Sulitnya Pembalap Indonesia Berprestasi di Moto2

Bola.com, Jakarta - Indonesia mulai rutin punya pembalap di kelas Moto2 Kejuaraan Dunia Balap Motor. Sebut saja Doni Tata Pradita, Rafid Topan Sucipto, Dimas Ekky Pratama sampai musim 2020, Andi Gilang.

Mereka tak hanya mentas beberapa race, tapi turun satu musim penuh. Hanya saja bisa dibilang pencapaian nama-nama di atas tidak istimewa dan beberapa bahkan tidak mendapat poin setelah musim berakhir.

Melalui channel YouTube MSGP, Dimas Ekky Pratama dan komentator MotoGP dari Fox Sport yang bermukim di Indonesia, Matteo Guerinoni buka-bukaan soal alasan sulitnya pembalap Tanah Air berprestasi pada kancah Moto2.

Belajar dari pengalaman sendiri, Dimas Ekky sendiri menilai ada perlakuan berbeda yang diterimanya di tim yang ia perkuat pada Moto2 2019, Honda Team Asia. Menurutnya sangat sering dirinya tidak diberikan setelan motor terbaik layaknya rekan setim, Somkiat Chantra.

"Kadang kita dapat support dari Dunlop, Brembo, Kalex, Magnetti Marelli. Dari awal yang dituju selalu dia (Somkiat Chantra). Dapat opsi bagus, tapi di motor saya tidak digunakan," cerita Dimas Ekky.

Selain itu, ia juga menyoroti fakta dirinya hanya mentas satu musim di kelas Moto2. Sedangkan banyak pembalap baru bisa berprestasi setelah mentas di Moto2 dalam jangka waktu lama.

"Seperti Hafizh Syahrin (pembalap Malaysia yang pernah ikut MotoGP). Musim pertama di Moto2, dia belum kompetitif. Karena memang banyak orang lama. Belum yang dari Moto3," pembalap kelahiran Depok itu menjelaskan.

Saksikan Video Pilihan Kami:

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 2 halaman

Soal Kesempatan dan Infrastruktur

Soal kesempatan, sosok Matteo Guerinoni yang juga pernah menjadi pembalap satu pendapat dengan Dimas Ekky Pratama. Pria kelahiran Italia itu menyebut pembalap sekaliber Alex Marquez saja butuh waktu lama untuk merasakan titel juara dunia Moto2.

"Pembalap Indonesia ke Moto2, orang ekspektasi langsung dapat hasil. Satu tahun habis, setelah itu tidak ada kontrak lagi. Sulit. Dimas Ekky sebelum podium di CEV (event yang diikuti Dimas Ekky sebelum Moto2) butuh berapa season (tiga)," kata Matteo.

"Alex Marquez adiknya Marc Marquez untuk juara dunia Moto2 butuh berapa season. Empat season. Franco Morbidelli juga sangat lama di Moto2 sebelum juara," lanjutnya.

Selain kesempatan, Matteo turut menyoroti infrastruktur motorsport Indonesia yang masih jauh tertinggal ketimbang negara-negara seperti Italia, Spanyol, dan Jepang.

"Infrastruktur di Indonesia tidak ada, mau balap di mana. Road race (trek dadakan), apa itu trek? Tidak. Apakah itu atmosfernya sama kaya di trek. Tidak," Matteo menerangkan.

"Infrastruktur itu apa? Race track (sirkuit permanen), Jepang, Spanyol, Italia semua kota punya trek. Kompetisinya juga gila. Bisa digelar pada 13 trek berbeda. Kalau di Italia, balapannya dari jam 8 pagi sampai jam 8 malem," lanjut pria yang juga seorang chef itu.

Kesimpulannya, Indonesia harus mengejar banyak ketinggalan jika ingin sejajar pembalap Jepang, Italia, Spanyol sampai Malaysia yang saat ini sudah sangat maju di kancah motorsport dunia.

 

Sumber: Channel YouTube MSGP

Video Populer

Foto Populer