Bola.com, Jakarta - Rasanya masih banyak penikmat adu balap MotoGP yang tak menyangka Joan Mir, pembalap Suzuki Ecstar, mampu menjadi yang terbaik musim ini. Ada banyak faktor yang membuat rider asal Spanyol itu sukses merengkuh juara, satu di antaranya adalah sosok Davide Brivio.
Joan Mir menjadi pembalap Spanyol kedua setelah Jorge Lorenzo yang mematahkan rentetan gelar juara dunia Marc Marquez yang eksis sejak 2013. Meskipun menunjukkan debut menjanjikan dengan menempati peringkat ke-12 pada MotoGP 2019, nyaris tidak ada yang membikin prediksi random Mir akan menjadi kandidat juara dunia MotoGP 2020.
Advertisement
Kunci keberhasilan Joan Mir adalah konsistensi. Tidak masalah jika dirinya hanya sekali naik podium utama, di MotoGP Eropa, tapi dia rutin naik podium. Total, pembalap berusia 23 tahun itu tujuh kali naik podium.
"Ini sesuatu yang telah saya perjuangkan sepanjang hidup, sejak masih berusia 10 tahun. Saya sudah memimpikan di dalam benak saya dan saya tidak akan berhenti sampai meraih titel, jadi apa yang bisa saya katakan?" kata Mir, seperti dilansir Crash.
"Saya tidak menyangka. Sejujurnya, saya memprediksi terjadi pada masa mendatang. Tapi, kami sudah memiliki titel dan itu menjadi milik kami," imbuh Joan Mir.
Davide Brivio, manajer Suzuki Ecstar, setelah mengantar Yamaha ke puncak dunia bersama Valentino Rossi, memutuskan memulai petualangan baru di Suzuki. Setelah mengalami berbagai masalah yang lazim untuk sebuah proyek baru, pabrikan Jepang itu perlahan meningkat levelnya.
Brivio membungkam para kritikus. Ia mengaku kehilangan kata-kata dan merasa aneh ketika melihat pembalapnya Joan Mir merengkuh titel juara dunia MotoGP 2020 di Valencia, Minggu (16/11/2020). Gelar juara dunia kali ini juga terasa berbeda dibandingkan saat dia meraihnya bersama Valentino Rossi di Yamaha.
"Tentu saja, titel pertama bersama Valentino emosional. Semua gelar selalu spesial. Saya tak bisa bilang gelar ini lebih spesial atau tidak," kata Brivio.
"Tapi situasinya jelas berbeda di Suziki. Tim juga punya pembalap yang sedang berkembang. Kami semua merasa menjadi bagian perjalanan yang membawa kami ke sini. Rasanya sangat emosinal. Saya masih belum benar-benar menyadarinya. Saya harus memikirkannya untuk beberapa hari ke depan."
"Tapi tak perlu diragukan lagi, ini akan menjadi sesuatu yang akan bercokol di benak saya selamanya. Sesuatu yang saya impikan. Tapi, sejujurnya, saya juga berpikir ini sesuatu yang sulit diraih. Sekarang kami sudah melakukannya," sambung Davide Brivio.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Perjudian yang Berhasil
Nyaris tak ada yang membayangkan Suzuki berhasil kembali ke puncak sejak Kenny Roberts Jr menguasai aspal panas MotoGP kelas tertinggi 20 tahun lalu. Pun buat seorang Davide Brivio, yang tak pernah memikirkan skenario seperti itu.
Brivio kemudian membuka cerita tentang usaha Suzuki saat mendatangkan Joan Mir. Pembalap asal Spanyol itu resmi gabung Suzuki mulai MotoGP 2019. Ini musim keduanya di MotoGP.
"Kali pertama saya bicara dengan Mir, dia bilang ada masalah. Ia mengaku telah memiliki opsi dengan Honda. Pada titik itu, saya bertanya kepadanya apa yang diinginkannya. Dia menjawab ingin ke Suzuki," tutur Brivio.
Dan itulah yang terjadi. Joan Mir akhirnya memilih gabung ke Suzuki, dan menepikan opsi yang dimiliknya untuk memperkuat Honda, yang sejak beberapa tahun terakhir mendominasi persaingan di MotoGP melalui Marc Marquez.
Motorsport adalah olahraga mahal. Dalam olahraga ini, untuk sekadar punya kontrak bersama tim, kadang bakat saja tidak cukup. Apalagi buat para pembalap yang belum punya nama. Semua pasti merogoh kocek pribadi untuk bisa unjuk gigi.
Berbagai kondisi itu ternyata dialami Joan Mir. Menurut cerita sang manajer, Paco Sanchez, Joan Mir bahkan sempat kesulitan mendapatkan tim di Kejuaraan Dunia Balap Motor musim 2015.
Padahal pada 2014 Joan Mir telah menunjukkan bakatnya dengan menjadi runner-up Red Bull Rookies Cup. Situasi semakin pelik, karena Sanchez menyebut orang tua pembalap asal Spanyol itu juga tak punya uang untuk membeli kursi balap di tim kelas Moto3 atau Moto2.
“Saya pergi dan mengetuk pintu setiap tim Moto3 dan Moto2 GP untuk memuji Joan (agar dapat tim di musim 2015). Tidak ada yang menginginkan dia," kata Sanchez, seperti dilansir Speedweek.
"Bahkan tim yang tampil di Kejuaraan Dunia Supersport juga tak berminat. Orang tuanya tidak punya uang, kami hanya bisa menawarkan bakat pembalap," tambahnya.
Pada satu titik, karena yakin dengan bakat Joan Mir, Sanchez berani mengeluarkan kocek pribadi. Dan akhirnya sukses menempatkan pembalap berusia 23 tahun itu di tim CEV Moto3.
"Akhirnya saya mendapatkan sejumlah uang dan menempatkan Joan di salah satu tim CEV Moto3 termiskin. Tahun 2015 ia harus melawan banyak pembalap tim papan atas," kenang Sanchez.
"Meski demikian, Joan Mir memenangkan dua balapan pertama. Kemudian saya benar-benar yakin dengan kecepatannya," tambahnya.
Advertisement
Pengakuan Valentino Rossi
The Doctor bahkan tak segan angkat topi untuk manajer Suzuki Ecstar, Davide Brivio.
Bukan rahasia lagi Valentino Rossi dan Davide Brivio merupakan kawan baik sejak lama. Rossi tak ragu mengucapkan selamat kepada Brivio, yang mampu memimpin Suzuki untuk menggeliat lagi dalam perebutan gelar dunia MotoGP tahun ini.
Brivio adalah sosok penting yang membawa Rossi ke Yamaha Factory Racing pada 2004, saat masih menjabat sebagai manajer tim itu. Ide Brivio itu sempat dianggap tak realistis oleh para petinggi Yamaha di Jepang. Namun, ternyata itu justru ide cemerlang karena Rossi dan Yamaha kini membentuk kerja sama paling ikonik.
Dalam wawancara dengan Sky Sport, Rossi digabungkan dengan Brivio di tempat terpisah dalam paddock Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia. Dalam kesempatan itu, Rossi pun mengucapkan selamat pada Brivio.
"Kalian sungguh hebat. Kalian membuktikan bahwa kalian bisa jadi referensi kami. Saya angkat topi untukmu," ujarnya.
Sumber: Berbagai sumber