Bola.com, Jakarta - Hubungan Valentino Rossi dengan MotoGP 2020 bisa dibilang tidak menyenangkan. Bagi The Doctor, musim ini lebih didominasi rangkaian momen-momen ketidakberuntungan daripada kesuksesan.
Valentino Rossi hanya sekali naik podium, lima kali gagal finis, dan absen dalam dua seri karena terjangkit Covid-19. Lengkap sudah rentetan kesialan pembalap asal Italia tersebut.
Advertisement
Alhasil, pencapaian Rossi juga jauh dari harapan. Dia hanya finis ke-15 di klasemen akhir MotoGP 2020, hasil terburuk selama dirinya berkiprah di kancah MotoGP.
Tak heran, Rossi juga kerap diliputi rasa kesal, frustrasi, dan ketidakpuasan, serta kekecewaan. Dalam beberapa kesempatan, The Doctor pernah mengungkapkan kalimat-kalimat bernada sindiran maupun kemarahan, tertuju kepada Yamaha maupun kadang dirinya sendiri.
Berikut ini kalimat-kalimat bernada sindiran, kekesalan, maupun kemarahan Valentino Rossi sepanjang MotoGP 2020 seperti dilansir dari berbagai sumber.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1. Sindir Pengembangan Motor Yamaha
Valentino Rossi pernah meluapkan kekesalan terhadap Yamaha mengenai pengembangan motor. Komplain itu dilontarkan Rossi setelah hanya start ke-16 pada balapan MotoGP Valencia 2020, di Sirkuit Ricardo Tormo, Minggu (15/11/2020).
Rekan setim Valentino Rossi, Maverick Vinales, menempati posisi start keenam. Tapi, dua pembalap tim pabrikan Yamaha itu malah start di belakang pembalap Petronas Yamaha SRT, Franco Morbidelli.
Rossi akhirnya hanya finis ke-16, Vinales di posisi ke-10. Morbidelli mencuat sebagai juara, sedangkan Fabio Quartararo gagal merampungkan balapan.
Morbidelli tampil impresif pada sesi kualifikasi dan menyabet pole. Padahal anak didik Rossi itu memakai motor M1 lawas, bukan terbaru seperti Rossi, Vinales, dan rekan setimnya, Fabio Quartararo.
Fakta tersebut disadari Rossi. Apalagi kondisi seperti itu bukan yang pertama. Dalam beberapa balapan tahun ini, Morbidelli meraih hasil lebih baik dibanding dua rider tim pabrikan. Rossi pun menyoroti pengembangan motor yang dilakukan Yamaha.
"Ini bukan kali pertama pembalap dengan motor lama lebih cepat daripada yang memakai motor M1 pabrikan. Hal seperti kerap terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Menurut saya, kami perlu benar-benar bekerja untuk melakukan perbaikan," kata Rossi mengomentari hasil kualifikasi MotoGP Valencia, seperti dilansir GP One.
"Masalahnya musim lalu adalah musim yang sulit bagi Yamaha dan kami perlu melakukan perbaikan motor di beberapa area. Mesin dan grip ban belakang misalnya."
"Namun, sejak pertama mendapatkan M1 baru, saya merasa tak banyak berubah. Saya tak bilang ini lebih buruk daripada 2019, tetapi sangat mirip. Kami tak bisa melangkah maju seperti yang kami inginkan," imbuh Valentino Rossi.
Advertisement
2. Merasa Tidak Didengarkan Yamaha
Publik pun bertanya-tanya apakah Valentino Rossi sudah tidak berpengaruh lagi dalam pengembangan motor M1 Yamaha. Apalagi, dia dipastikan akan membalap untuk tim satelit Yamaha pada 2021.
Posisi Rossi di tim pabrikan akan digantikan oleh Quartararo. Ia akan berduet dengan Morbidelli di Petronas Yamaha SRT.
"Saya selalu berusaha yang terbaik untuk menjelaskan feeling saya tentang motor. Dan masalah yang saya pikir saya miliki, dalam beberapa tahun terakhir, mereka kurang lebih masih sama. Saya tak yakin apakah mereka masih mendengarkan saya atau tidak, jadi saya tak khawatir bergabung dengan tim satelit. Saya tak merasa akan terlalu berubah," kata Rossi menjelang MotoGP Valencia 2020, Sabtu (14/11/2020).
"Mari saya perjelas. Saya senang bekerja dengan Yamaha. Saya punya banyak pengalaman, dan saya seorang pembalap yang sangat sensitif, itulah sebabnya saya memberikan informasi sedetail mungkin. Tapi kami tak bisa membuat kemajuan yang besar," imbuh Rossi.
3. Alami Peruntungan Buruk di MotoGP Prancis dan Tak Tahu Penyebabnya
Valentino Rossi benar-benar kesal setelah mengalami nasib sial pada MotoGP Prancis 2020, Minggu (11/10/2020). Gara-gara insiden itu, Rossi tercatat gagal finis dalam tiga balapan beruntun.
Insiden yang menimpa Valentino Rossi pada MotoGP Prancis 2020 di Sirkuit Le Mans benar-benar menyesakkan. The Doctor terjatuh ketika belum rampung melahap satu lap penuh. Ia terjatuh pada lap pertama, tepatnya di Tikungan 3.
Sebelumnya, Rossi juga terjatuh pada balapan MotoGP Catalunya dan gagal finis di MotoGP Emilia Romagna setelah sempat crash pada lap-lap awal.
"Saya sangat sedih karena sangat buruk terjatuh di lap pertama. Saya mengawali balapan dengan bagus. Saya juga membelok dengan sangat pelan di tikungan," ujar Rossi, seperti dilansir Speedweek, Rabu (14/10/2020).
"Sayangnya saya kehilangan kontrol ban belakang dan sejujurnya kami tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi," imbuh Valentino Rossi.
Gara-gara rangkaian kesialan itu, Rossi terus tertunda merengkuh podium ke-200 di sepanjang kariernya di MotoGP. Alih-alih naik podium, Rossi malah gagal terus meraih poin.
Peluangnya bersaing dalam pacuan juara dunia MotoGP 2020 juga tertutup sudah. Kini, Rossi mau tak mau hanya bisa berharap mendulang poin maksimal pada balapan tersisa.
"Ini memalukan karena saya mendapat peruntungan buruk dalam beberapa balapan terakhir. Saya tidak bisa mendulang poin pada tiga seri terakhir, padahal kecepatan dan potensi saya tidak terlalu buruk. Saya cukup kompetitif saat latihan," kata Rossi.
Advertisement
4. Kritik Race Stewards soal Kontroversi di MotoGP Styria
Valentino Rossi mengkritik Race Stewards karena bertindak tak konsisten terkait aturan track limit pada MotoGP Styria 2020 di Sirkuit Red Bull Ring, Minggu (24/8/2020). Kontroversi mencuat karena pembalap Red Bull KTM, Pol Espargaro, tidak dihukum meski melewati track limit saat berduel dengan Jack Miller di lap terakhir.
Salah satu pembalap yang meradang adalah Joan Mir. Pembalap Suzuki itu mengatakan Espargaro harusnya dihukum turun satu posisi karena melintas di area hijau lintasan pada lap terakhir.
Namun, Pol Espargaro tetap berhak naik podium ketiga, di belakang Miguel Oliveira dan Jack Miller. Mirr hanya menempati posisi keempat
Padahal di Moto2 Styria, Jorge Martin kena hukuman turun satu posisi karena melakukan hal yang sama pada lap terakhir. Sang pembalap akhirnya kehilangan kemenanannya dan harus puas menjadi runner up. Namun, Pol Espargaro terbebas dari hukuman yang sama.
Valentino Rossi angkat bicara tentang kontroversi track limit itu. The Doctor melontarkan kritik keras kepada Race Stewards.
"Kami telah banyak membicarakan ini di Komisi Keselamatan dan menurut saya situasinya di luar kendali. Menurut saya tak boleh sama sekali melaju di bagian hijau di lintasan, tapi malah ada yang diizinkan melakukannya tiga atau empat kali dan dan setiap orang memanfaatkan sebagian besar aturan," kata Rossi, seperti dilansir GP One.
"Bagi saya, setiap kali insiden itu terjadi, Anda harus dipaksa mundur satu posisi atau kena penalti. Bagian yang dicat hijau, jalurnya lebih aman, tetapi orang harus berpikir bahwa seharusnya ada pembatas atau rumput," imbuh Valentino Rossi.
Rossi juga mengomentari duel yang terjadi antara Pol Espargaro dan Jack Miller pada lap terakhir yang berujung kontroversi track limit tersebut.
"Menurut saya, mereka (Race Sterward) menganggap Pol masuk ke area hijau karena Jack mendorongnya ke arah sana. Tapi, saya tak melihat dengan pasti, jadi saya tak ingin masuk ke detailnya. Tapi satu hal yang pasti, saat ini Anda dapat melaju kencang di area hijau dan tidak kehilangan apa-apa," tutur Rossi.
"Saya tahu streward di bawah tekanan setelah insiden Zarco (tabrakan Johann Zarco dan Franco Morbidelli di MotoGP Austria pekan lalu). Tapi mereka harus lebih menyeragamkan aturan. Pekerjaan meerka tidak mudah, tapi kami perlu meningkatkan levelnya," imbuh pembalap asal Italia itu.
5. Luapkan Kemarahan terhadap Johann Zarco
Valentino Rossi naik pitam setelah dirinya dan Maverick Vinales nyaris terjerumus dalam bahaya akibat kecelakaan hebat yang dialami Franco Morbidelli dan Johann Zarco pada lap 9 balapan pertama MotoGP Austria di Sirkuit Red Bull Ring, Minggu (16/8/2020).
Saat itu Morbidelli dan Zarco tengah memperebutkan posisi 8, namun keduanya bertabrakan di Tikungan 3. Keduanya terjatuh keras ke tanah, dan motor mereka hancur lebur, hingga balapan harus dihentikan sementara. Beruntung, mereka tak mengalami cedera serius.
Namun, pemandangan paling mengerikan adalah ketika motor YZR-M1 milik Morbidelli dan motor Desmosedici GP19 milik Zarco yang hancur nyaris mengenai Vinales dan Rossi, yang kala itu berada di depan mereka dan melaju di posisi 6 dan 7.
"Apa yang terjadi sudah jelas. Johann menyalip Franco di trek lurus dan tak mau disalip lagi oleh Franco di titik pengereman, jadi ia secara spesifik mengerem di depannya. Tapi dalam kecepatan 300 km/jam di MotoGP, Franco tak bisa melakukan apa-apa, seperti yang kita lihat keduanya bertabrakan dengan keras," ujar Rossi via Sky Sport.
Morbidelli mengaku sangat kesal dan menyebut Zarco 'setengah pembunuh' usai balap, dan senada dengan anak didiknya di VR46 Riders Academy tersebut, Rossi berharap Race Direction memperingatkan Zarco untuk mengubah kebiasaannya saat berkendara, apalagi rider Prancis itu juga sempat terlibat insiden dengan Pol Espargaro di Brno, Republik Ceska.
"Johann sengaja memotong jalur Franco dan mengerem di depannya, hingga Franco tak bisa melakukan apa-apa. Kami semua harus berhati-hati karena kami bisa cedera. Race Direction harus serius bicara dengan semua rider, mereka harus melakukan tindakan serius pada Johann, karena di Brno ia juga menyenggol Pol, meski sejatinya ia bisa menghindari insiden itu," ungkap Rossi.
Advertisement
6. Konflik dengan Yamaha
Setelah menunggu selama 17 seri atau setara dengan 1 tahun 3 bulan 14 hari Valentino Rossi akhirnya naik podium lagi dengan finis ketiga pada MotoGP Andalusia 2020 di Sirkuit Jerez, Minggu (26/7/2020). Podium tersebut terasa seperti kemenangan bagi The Doctor.
Selebrasi dan ekspresi wajahnya mencerminkan kelegaan dan kebahagiaan luar biasa. Pembalap Monster Energy Yamaha itu seperti keluar dari lorong yang gelap dan menemukan cahaya baru.
Valentino Rossi mengakui mengalami fase yang berat dan pernah berpikir untuk mundur dari dunia yang dicintainya. Dia juga sempat merasa membalap tak lagi menyenangkan.
Podium di Jerez mengubah semuanya. Rossi mengatakan podium tersebut diraih dengan jalan berliku. Ada konflik dengan Yamaha dalam perjalanannya. Pembalap Italia itu dan Yamaha terlibat ketegangan karena tak sepakat tentang settingan motor.
Bahkan, semuanya tambah semakin buruk pada balapan perdana MotoGP 2020. Motor Rossi bermasalah sehingga gagal finis.
"Setelah balapan yang buruk, tim dan saya tidak membicarakan apa pun. Saya mulai berpikir mungkin ini saatnya tinggal di rumah. Saya frustrasi karena tak merasa senang. Saya juga khawatir telah memutuskan tetap membalap dan harus menjalaninya dengan kondisi seperti itu," kata Rossi, seperti dilansir GP One, Senin (27/7/2020).
Banyak orang yang membandingkan periode suram Rossi di Yamaha pada musim lalu mirip dengan keterpurukannya saat membela Ducati pada 2011-2012. Rossi membenarkan masa-masa di Ducati memang sulit dan membuatnya sempat berpikir untuk berhenti.
"Bahkan sepanjang tahun itu, saya juga melalui masa-masa sulit. Saya tak yakin apakah akan lanjut. Tapi, kemudian Yamaha mengambil saya lagi dan memberikan 10 tahun. Ketika Anda tak meraih hasil bagus, mudah untuk berpikir semuanya sudah selesai. Seperti orang-orang lain," urai Valentino Rossi.
Musim 2019 adalah periode terburuknya di Yamaha. Rossi hanya menempati posisi ketujuh, seperti raihannya di Ducati pada 2011.
Situasinya bertambah buruk ketika Rossi gagal finis pada MotoGP Jerez 2020. The Doctor mengaku frustrasi. Bagi dia kegagalan itu bukan hanya bermakna satu balapan, tetapi kerja selama setahun. Rossi merasa sulit melakukan perubahan, karena masalah kebijakan pabrikan. Rossi merasa menaiki motor yang tidak sesuai gayanya. Motor tersebut lebih mengakomodasi gaya membalap Fabio Quartararo dan Maverick Vinales.
Valentino Rossi dan Yamaha kemudian terlibat ketegangan selama empat hari soal setelan motor. Rossi dan timnya ngotot ingin mengubah setelan sesuai kebutuhannya, tapi Yamaha sempat menolaknya. Akhirnya setelah hari keempat Yamaha luluh juga.
"Di satu sisi, hal normal bagi mereka berpikir saya seharusnya membalap seperti Fabio dan Maverick, mereka melaju kencang. Mungkin saya bukan pembalap tercepat di lintasan saat ini, tapi saya bisa meraih hasil bagus. Terkadang saya heran mengapa posisi mereka terlalu cerdas terhadap saya. Selain itu sulit mencari alasan ketika Anda tak kencang," ujar Rossi.
Sumber: Crash, Speedweek, GP One