Bola.com, Jakarta - Yamaha boleh jadi berbahagia sukses merebut gelar dunia MotoGP 2021 bersama Fabio Quartararo. Namun, Managing Director Yamaha Motor Racing, Lin Jarvis, belum bisa menghapus rasa kecewa atas perpisahan pahit dengan Maverick Vinales pada pertengahan musim ini. Hal ini ia sampaikan lewat PaddockGP.
Baca Juga
Advertisement
Keretakan hubungan Vinales-Yamaha dimulai saat Top Gun finis buncit di Sachsenring. Sepekan setelahnya, di Assen, kedua pihak pun memutuskan berpisah pada 2022 meski Vinales meraih pole dan finis kedua.
Ketegangan pun terjadi di Styria, ketika Vinales kedapatan melakukan aksi tak wajar yang berpotensi merusak mesin YZR-M1. Vinales kemudian diskors Yamaha dari Seri Austria, dan kedua pihak mengakhiri kerja sama pada 20 Agustus.
Vinales akhirnya membela Aprilia Racing pada sisa musim, sementara tempatnya di Monster Energy Yamaha diambil alih Franco Morbidelli. Jarvis pun mengaku seharusnya Vinales bisa jadi rider utama mereka andai tak bertingkah.
"Saat Maverick memperbarui kontrak dua tahun dengan kami dan Valentino Rossi hengkang, saya bisa katakan kami punya tim terkuat di trek awal musim ini," ungkap Jarvis.
"Maverick menjalani tahun kelimanya bersama kami, dan sudah sewajarnya berprogres menjadi pemimpin tim, karena sebelumnya selalu ada Vale," lanjutnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tidak Habis Pikir dengan Performa Naik Turun Vinales
Jarvis senang ketika Vinales memenangi MotoGP Qatar, hingga membuatnya yakin rider Spanyol itu memang bisa diandalkan Yamaha. Namun, setelah itu, performa Vinales justru naik turun.
Jarvis pun tak habis pikir Vinales punya performa yang sangat jeblok di Sachsenring namun sepekan setelahnya merebut kemenangan di Assen.
"Maverick mengawali musim dengan sangat baik. Pada Maret atau April, saat di Qatar, saya bakal bilang saya yakin kami ambil keputusan tepat, begitu juga dia," kata Jarvis.
"Namun, tak seorang pun membayangkan kami memenangi balapan pertama dan justru krisis pada balapan kesembilan dengan rider yang ingin pergi."
"Pada saat yang sama, kami malah finis 1-2 di Assen. Jadi, Anda tak bisa paham betul apakah motor atau tim kami yang tak bekerja dengan baik. Tapi pada akhirnya, kami malah merebut gelar dunia!" lanjut pria asal Inggris ini.
Advertisement
Kasus Baru untuk Lin Jarvis
Jarvis sendiri sudah memimpin operasional Yamaha di MotoGP sejak 1999, dan bekerja dengan begitu banyak pembalap. Ia pun mengaku kasus Vinales ini sangat aneh, dan sulit baginya untuk diatasi. Namun, ia merasa lega, karena setelah Vinales hengkang, situasi pabrikan Garpu Tala justru menjadi kembali tenang.
"Saya merasa keputusan kami memperbarui kontrak Maverick adalah keputusan tepat. Namun, memang sulit menerka apa yang akan terjadi," Jarvis menuturkan.
"Jika kita ambil keputusan berdasarkan masa depan penuh jaminan, kita semua pasti sudah kaya raya dan mungkin takkan ada di sini. Jadi, beberapa hal memang mengejutkan."
"Tapi memang sulit mengatasinya, karena ini kasus baru, saya tak pernah mengalaminya, apalagi di tengah musim seperti itu. Namun, saya rasa kami pada akhirnya mampu menangani masalah ini dengan cara terbaik, dan kami pun cukup nyaman dengan kelompok yang sudah kami bentuk," lanjutnya.
Sumber: PaddockGP
Disadur dari: Bola.net (Anindhya Danartikanya, Published 02/12/2021)