Bola.com, Jakarta - MotoGP 2022 jadi saksi dominasi Ducati. Mereka sapu bersih titel juara dunia, dari konstruktor, tim sampai pembalap.
Torehan gelar juara dunia Pecco Bagnaia pun mengakhiri puasa titel juara dunia pembalap MotoGP sejak kali terakhir didapat Casey Stoner pada musim 2007.
Baca Juga
Hasil Liga Inggris: Dipaksa Imbang Everton, Chelsea Gagal Kudeta Liverpool dari Puncak
Hasil Liga Italia: Bang Jay Gacor 90 Menit, Venezia Sikat Cagliari dan Keluar dari Posisi Juru Kunci
Aneh tapi Nyata! PSM Main dengan 12 Pemain saat Menang atas Barito Putera di BRI Liga 1: Wasit Pipin Indra Pratama Jadi Bulan-bulanan
Advertisement
Seiring begitu dominannya Ducati pada MotoGP 2022, ada fakta menarik terkait kesulitan yang dialami pembalap Honda dan Yamaha.
Gara-gara buruknya performa motor Yamaha YZR-M1, Fabio Quartararo kalah bersaing dari Pecco Bagnaia untuk jadi juara dunia MotoGP 2022.
Sementara motor Honda RC213V dikenal hanya bisa dikendarai oleh Marc Marquez. Masalahnya meski begitu, juara dunia MotoGP enam kali itu turut mengkritik performa motor RC213V.
Pertanyaan pun muncul, ada apa dengan Honda dan Yamaha yang dahulu sangat dominan di MotoGP?
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Honda dan Yamaha Tertinggal
Davide Brivio, sosok di belakang layar sukses kejayaan Valentino Rossi pada ajang MotoGP punya analisis terkait kemunduran performa motor Honda dan Yamaha.
Menurutnya memang ada indikasi, pabrikan asal Jepang mulai tertinggal dari pabrikan Eropa seperti Ducati.
"Masalah pabrikan Jepang adalah mereka tidak mengerti bahwa MotoGP ini tidak ada hubungannya dengan 20 tahun lalu," kata Davide Brivio yang pernah bekerja untuk Suzuki dan Yamaha.
Advertisement
Lelet
Davide Brivio lebih mendetailkan lagi analisisnya. Dia memberikan contoh soal pengembangan pada motor.
Menurutnya pabrikan Eropa seperti Ducati bekerja lebih cepat ketimbang pabrikan asal Jepang jika berbicara pengembangan motor.
"Pabrikan Eropa lebih agresif dalam pendekatan mereka terhadap balapan. Jadi mereka telah menetapkan cara balapan yang baru dan Yamaha atau Honda juga harus beradaptasi," Brivio memberikan analisis.
"Apakah Anda memerlukan frame motor baru? Pabrikan Jepang butuh waktu tiga bulan mengerjakannya. Apakah kami membutuhkan mesin yang berbeda? Kami membicarakannya untuk tahun berikutnya," lanjutnya.
Â
Hati-hati
Secara khusus, Brivio turut memberikan peringatan untuk Honda dan Yamaha harus mengubah cara bekerja di ajang MotoGP.Â
Karena menurutnya bukan cuma Ducati, pabrikan Eropa yang bakal menjadi ancaman. Namun juga ada Aprilia dan KTM yang tiap musimnya terus meningkat.Â
"Pabrikan Eropa memiliki koneksi langsung dan konstan antara para pekerja di trek dan di pabrik. Sementara pabrikan Jepang yang bekerja di trek tidak memberikan data yang cukup akurat dan detail lebih lanjut kepada mereka yang ada di pabrik. Yamaha dan Honda membayar mahal karena hal ini," ujar Brivio.
Sumber: Crash
Â
Â
Advertisement