Bola.com, Jakarta - Sigit PD, Sudarmono, Ahmad Yudhistira, Fitriansyah Kete, Rafid Topan Sucipto sampai almarhum Denny Triyugo. Jika Anda pecinta balap nasional, nama-nama di atas tentu tidak asing.
Ya mereka adalah pembalap yang dibesarkan dari ajang Indoprix. Indoprix memang pernah cukup lama berstatus event balap motor nasional nomor satu alias paling bergengsi.
Advertisement
Khususnya ketika era motor bebek belum tergerus motor matic atau kapasitas besar seperti sekarang, Indoprix sukses membius pecinta balap Indonesia dengan persaingan super ketatnya.
Pantauan saya selama meliput ajang Indoprix diawal 2010-an sampai pertengahan, balapan ini tidak pernah sepi penonton.
Sirkuit Gokart Sentul, Kenjeran Surabaya, atau Balipat Binuang Kalimantan Selatan jadi saksi bisu betapa Indoprix pernah sangat berjaya di eranya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Satu Motor Tembus Rp 1 Miliar
Balapan Indoprix memang hanya melombakan motor bebek. Anda tentu tahu, harga motor bebek di pasaran tahun 2010-an tidak sampai Rp 20 juta.
Namun jika motor bebek ini sudah melakukan modifikasi untuk mentas di ajang Indoprix, maka harga untuk pengembangan motor membengkak puluhan kali lipat.
Tim-tim memang berlomba-lomba melakukan modifikasi semaksimal mungkin untuk membuat motor kompetitif. Dari suspensi, pemilihan knalpot sampai soal setelan motor lainnya harus bintang lima.
Seperti obrolan saya dengan Anggono Iriawan yang dahulu masih menjabat sebagai Manajer Motorsport PT Astra Honda Motor yang bikin saya terkaget-kaget.
"Di Indoprix, cost untuk pengembangan satu motor bisa sampai Rp 1 miliar. Tim-tim balap di Thailand, Malaysia atau Vietnam sampai kaget mendengarnya. Namun buat tim balap Indonesia biasa banget itu nilai segitu," ujar Anggono yang kini bekerja di Honda Racing Corporation atau HRC.
Tidak heran, karena pembalap dan tim Indonesia dipersiapkan sangat pol untuk Indoprix, maka saat harus balapan di level asia: Asia Road Racing Championship (ARRC), perwakilan Tanah Air begitu merajai kelas Underbone.
Hampir setiap tahun, juara kelas Underbone ajang ARRC selalu lahir dari Indonesia. Karena memang kelasnya berbeda dengan negara Asia lainnya di kelas tersebut.
Advertisement
Peralihan dari Karburator ke Injeksi
Biaya riset dan pengembangan motor tim-tim balap Indoprix bahkan semakin melonjak pada era peralihan motor karburator ke injeksi di pertengahan 2010-an.
Karena pabrikan mulai menjual motor bebek dengan teknologi injeksi, tim-tim balap pun dipaksa melupakan motor karburator.
Pengalaman saya dahulu di lapangan, butuh adaptasi cukup lama saat peralihan ke motor injeksi. "Karena banyak teknisi dan mekanik balap Indonesia belum mengerti motor injeksi," ujar narasumber yang saya lupa identitasnya.
"Motor injeksi sudah pakai komputer semua. Beda dengan karburator masih manual," lanjut keterangan narasumber itu.
Gengsi tinggi persaingan Indoprix era injeksi semakin menjadi-jadi. Khususnya dua pabrikan paling serius di ajang ini, Honda dan Yamaha. Ada anggapan, siapa yang menang di Indoprix, maka produk di pasaran juga punya kualitas lebih baik.
Pesona Indoprix di Binuang
Bicara Indoprix, saya sendiri punya pengalaman menarik ketika meliput ke Sirkuit Balipat, Binuang, Kalimantan Selatan.
Indoprix Binuang selalu berbeda dengan seri lainnya. Salah satu alasannya mobil-mobil mewah yang nangkring di sekitar Balipat, selalu jadi pusat perhatian.
Dari mobil double cabin, sport, sampai motor Harley Davidson ada di sana. Pemandangan seperti ini tak ada di Sentul atau Kenjeran. Bahkan mobil safety car balapan Indoprix di Binuang juga berjenis sports car.
Bukan sebuah rahasia umum, bila warga Kalimantan, khususnya di Binuang memiliki kekayaan di atas rata-rata. Saking borju-nya, mayoritas anak-anak kecil di sana sudah naik haji.
Maklum mayoritas warga menjadikan pertambangan sebagai mata pencaharian. Contohnya Drs. Zaini Mahdi yang biasa dipanggil Haji Ijai. Siapa yang tak kenal dirinya. Haji Ijai merupakan pengusaha batubara tersukses di Binuang.
Dia juga sosok yang membangun Sirkuit Balipat tahun 2006 lalu. "Dia menghadiahkan Balipat untuk anaknya Haji Rihan Variza yang kebetulan hobi balap," cerita supir yang mengantar saya saat meliput ke Sirkuit Balipat.
Ya, kini Indoprix memang tinggal kenangan, persis seperti kejayaan motor bebek yang bahkan kini hanya segelintir saja ada di jalanan.
Tapi buat saya, Indoprix layak disebut sebagai salah satu event balap paling bergengsi dan sukses yang pernah digelar di Indonesia.
Advertisement