Bola.com, Mandalika - Darah pembalap memang sudah mengalir deras dalam tubuh Aldi Satya Mahendra yang berhasil mencetak sejarah besar sebagai peraih juara dunia, pada ajang World Supersport 300 (WSSP300) 2024.
Sebab, Aldi Satya Mahendra sudah lekat dengan dunia balap sejak masih kecil. Keakraban itu terbentuk karena ayahnya, Dicky Hestu, dan ibunya, Desy Prasanti, merupakan mantan pembalap ketika sama-sama berusia muda.
Baca Juga
Resmi! Aldi Satya Mahendra Naik Kelas ke World Supersport Tahun 2025, Gabung Tim Papan Atas Evan Bros
VIDEO: Pembuktian Sang Juara Dunia Aldi Satya Mahendra di bLU cRU Yamaha Sunday Race 2024
Bukti Keampuhan Aldi Satya Mahendra: Hanya Butuh Dua Race untuk Gegerkan Panggung bLU cRU Yamaha Sunday Race 2024
Advertisement
Tak hanya itu, kakak kandungnya, Galang Hendra Pratama, juga sudah lebih awal meniti kariernya di dunia pacu mesin ini. Lingkungan semacam itu yang turut membentuk persepsi Aldi ketika masih kecil.
Apalagi, dukungan besar dari kedua orang tuanya turut menambah mulus perjalanan Aldi. Hingga akhirnya mampu mengukir kisah sukses sebagai pembalap Indonesia sekaligus Asia pertama yang sukses menjuarai WSSP300.
Di balik kisah kesuksesan ini, ada peran besar seorang ibu yang melahirkan sekaligus merawat cita-cita anaknya. Bola.com pun berkesempatan untuk berbincang dengan Desy Prasanti, saat tengah mendampingi Aldi Satya Mahendra di bLU cRU Yamaha Sunday Race (YSR) 2024 di Sirkuit Mandalika.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kental Darah Pembalap
Dunia balap memang sudah sangat lekat bagi keluarga mantan pembalap, Dicky Hestu dan Desy Prasanti. Bahkan, Galang Hendra Pratama, anak pertama dari keluarga ini sekaligus kakak kandung Aldi Satya Mahendra, sudah diajak balapan sejak dalam kandungan.
“Dulu Galang belum sempat melihat saya saat masih balapan. Sebab, saat terakhir kali saya balapan, ketika itu kondisinya sedang mengandung Galang pada usia kehamilan lima bulan,” ujar Desy saat berbincang dengan Bola.com di Sirkuit Mandalika, Minggu (27/10/2024).
Sejak usia kandungannya memasuki lima bulan, Desy memutuskan untuk gantung helm alias pensiun. Namun, warisan darah seorang pembalap inilah yang akhirnya menurun kepada kedua anaknya tersebut.
“Bapaknya Aldi dulu pembalap, saya juga. Dulu kami pembalap motor bebek. Mungkin bisa disebut juga bakat alam ya. Galang dahulu sering saya ajak menonton balapan. Setelah itu dia tertarik dan akhirnya ikut balapan,” katanya.
Advertisement
Dari Tanah ke Aspal
Ketika Galang sudah mulai menginjak bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), Aldi yang mulai diajak menyaksikan aksi-aksi kakaknya ketika balapan pun ikut tertarik. Menurut Desy, Aldi sudah mulai berlatih sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
“Aldi ini pertama kali balapan saat masih berusia enam tahun karena ingin mengikuti jejak kakaknya. Awalnya, dia lebih tertarik dengan balapan motocross, lalu kami alihkan untuk mengikuti roadrace,” ujar dia.
Keputusan Desy dan Dicky meminta Aldi berpindah dari balap motocross sebetulnya bukan tanpa alasan. Mereka menyadari risiko besar dari balap tanah ini. Awalnya Aldi memang sempat menolak tawaran ini.
Sebab, dia sudah kadung jatuh cinta dengan balap tanah karena beberapa kali menjadi juara. Namun, demi alasan keamanan, Desy tetap kukuh meminta anaknya itu beralih ke road race. Hasilnya, beberapa tahun berselang, Aldi bisa jadi juara dunia.
Enggak Neko-Neko
Di mata Desy, anak keduanya ini memang bukan tipe pemuda yang neko-neko. Namun, meski dikenal sebagai sosok yang pendiam, pemuda berusia 18 tahun itu tetap usil kepada kedua adiknya.
“Sebetulnya, Aldi ini anaknya anteng. Namun, Aldi ini kalau sama adiknya suka usil. Alhamdulillah, semua anak saya ini enggak ada yang ngeyel atau neko-neko,” ujar dia.
Desy juga merasa lega saat harus jauh dari anaknya itu ketika berlomba di WSSP 300 2024. Pasalnya, ajang balap yang terdiri dari delapan seri ini seluruhnya berlangsung di Eropa mulai 23 Maret hingga 20 Oktober 2024.
“Ya, saat berada di Eropa pada balapan kemarin memang dia sempat merasa kangen dengan keluarga. Biasanya kalau sudah seperti itu cara mengatasinya hanya bisa lewat video call saja,” kata Desy.
“Alhamdulillah enggak rewel ya. Walaupun sebagai anak laki-laki, semuanya pasti yang mengurusi ibunya. Kebetulan dia ditemani pak Wahyu, jadi tidak terlalu sedih saat jauh dari keluarga,” imbuhnya.
Advertisement
Siap Dukung Penuh
Desy berharap, Aldi bisa terus melanjutkan perjalanannya di dunia balap. Setelah jadi juara WSSP300 2024, jalan yang harus ditempuh pemuda kelahiran Bantul, 27 Juni 2006 itu masih sangat panjang.
Pada musim depan, pelajar yang menimba ilmu di SMA Gajah Mada, Yogyakarta, itu akan mulai naik level World Supersport 600 (WSSP600) 2025. Desy siap memberikan dukungan penuh untuk kesuksesan anaknya tersebut.
“Sebagai orang tua, kami memberikan dukungan penuh, terutama secara moril ya. Kami ingin Aldi bisa mengejar cita-citanya sampai setinggi mungkin,” ujar mantan pembalap era tahun 1998 tersebut.
“Harapannya, Aldi bisa tambah fokus. Dia juga harus menambah kekuatan fisiknya. Kalau sudah rezekinya, Insya Allah nanti Aldi bisa kembali meraih juara di ajang World Supersport 600 tahun depan,” ia menambahkan.