Bola.com, Jakarta - Maverick Vinales layak disebut bakat terbaik di MotoGP yang belum pernah merasakan titel juara dunia.
Raihan terbaik Maverick Vinales adalah posisi tiga klasemen pada MotoGP 2017 dan 2019. Sejak itu, kariernya cenderung menurun dan belum pernah lagi bersaing jadi juara dunia.
Advertisement
Namun saat wawancara bareng DAZN, Maverick Vinales menceritakan penyesalan terbesarnya yaitu gagal jadi juara dunia bareng Yamaha.
"Saya ingat ketika saya bergabung dengan Yamaha, performa seperti peluru. Dengan ide yang jelas dan tujuan yang sangat jelas dan hanya itu yang saya minta kepada Yamaha: Saya ingin menjadi juara dunia," kisah Maverick Vinales.
Vinales gabung Yamaha pada MotoGP 2017 dan kala itu rekam jejak kariernya pada awal musim sangat luar biasa.
"Saya tiba di Qatar dan memenangkan balapan pertama. Saya memenangkan balapan kedua dan semuanya berjalan dengan mudah," kata Vinales.
"Lalu kemenangan di Le Mans sangat spektakuler, salah satu hari terbaik dalam hidup saya, saya memenangkan pertarungan yang bagus dengan Valentino Rossi, satu lawan satu," tegasnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Cerita Vinales di MotoGP 2017
Namun Maverick Vinales menceritakan perjalanan nasibnya pada MotoGP 2017 mulai berubah sejak sesi tes di Catalunya.
Menurutnya kala itu, Yamaha mencoba lima sasis untuk motor YZR-M1 namun tidak ada yang membuat perasaannya positif.
Vinales sudah memberikan masukan tapi pabrikan asal Jepang tersebut tetap menggunakan salah satu sasis tersebut pada balapan.
"Lalu saya tiba pada balapan di Assen dan balapan dengan sasis anyar yang baru saya tes sebanyak dua lap saja," Vinales mengisahkan.
"Tentu saja, saya alami crash. Saya kehilangan 25 poin. Seharusnya saya pasti akan memenangkan balapan itu. Kemudian mereka mulai mengubah beberapa hal pada motor dan semuanya berantakan."
"Tahun itu membuat saya sangat frustrasi. Itu adalah tahun saya, saat saya menjadi yang terkuat dan yang lain tidak sekuat itu," lanjutnya.
Advertisement
Kegagalan yang Sakiti Mentalnya
Vinales menyebut kegagalan pada MotoGP 2017 yang akhirnya dimenangkan Marc Marquez menyakiti mentalnya.
"Saya berharap untuk menang. Tidak ada yang lebih buruk daripada mengharapkan sesuatu dan tidak terjadi," kata Vinales.
"Pada tahun itu, tidak ada pembalap yang punya kecepatan seperti saya, sebelum Yamaha melakukan perubahan pada motor," tambahnya.
Meskipun belum jadi juara dunia MotoGP, Vinales mencatatkan namanya sebagai pembalap yang bisa merasakan kemenangan di kelas tertinggi dengan tiga merek motor berbeda: Suzuki, Yamaha, dan Aprilia.
Dia bisa menambah rapor bagus tersebut seandainya bisa menang dengan motor KTM pada MotoGP 2025.
Sumber: Crash