Bola.com, Jakarta - Belum sebulan sejak ranking dunia BWF diperbarui, ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, melorot ke peringkat 3 digeser pasangan yang tengah naik daun, Ko Sung Hyun/Kim Ha Na. Penurunan ini terjadi akibat absennya gelar-gelar bergengsi menghampiri ganda campuran terbaik Indonesia tersebut dalam jangka waktu yang cukup lama.
Advertisement
Baca Juga
Dalam sebuah kejuaraan atau turnamen dunia tentu setiap pemain pernah merasakan kemenangan maupun kekalahan. Namun melihat menurunnya performa Tontowi Ahmad serta hilangnya daya magis Liliyana Natsir belakangan ini menciptakan banyak pertanyaan. Apa yang sebenarnya terjadi pada Juara All England 2014 tersebut?
Berdasarkan statistik yang Bola.com dapatkan sejak awal 2016, ganda campuran yang telah dipasangkan sejak 2012 ini hanya sekali mencicipi gelar juara super series. Hal tersebut menjadi sorotan tajam mengingat mereka akan menjadi tumpuan Indonesia di ajang Olimpiade Rio de Janeiro 2016 bersama Praveen Jordan/Debby Susanto.
Penurunan performa dimulai setelah meraih Juara All England untuk kali ketiga secara beruntun pada 2013. Saat itu, pasangan yang biasa disapa Owi/Butet itu mengalahkan Xu Chen/Ma Jin final dengan straight set. Setelah itu, performa mereka menurun hingga memasuki akhir 2015.
Banyak faktor yang memengaruhi performa mereka di lapangan, baik itu faktor internal maupun ekternal. Termasuk semakin besarnya harapan rakyat Indonesia dan semakin tingginya target yang dicanangkan PBSI tentunya.
Strategi turnamen yang diterapkan PBSI dengan sengaja tak banyak menurunkan Owi/Butet di ajang GPG atau setaranya terasa kurang efektif. Meski hanya fokus di turnamen besar seperti Superseries dan kejuaraan dunia, prestasi yang diraih Tontowi/Liliyana juga kurang mengilap. Sejak awal 2015, Tontowi/Liliyana hanya sekali meraih gelar super series, yaitu di Malaysia Terbuka Super Series Premier pada tahun lalu.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1
Mental Tontowi yang sering-naik turun dinilai sebagai salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya performa pasangan tersebut. Selain kualitas pukulan yang menurun, Owi juga sering melakukan unforced error. Lilyana Natsir yang notabene lebih senior dibuat bingung oleh turunnya performa Owi yang menyebabkan permainannya ikut menurun.
Lilyana jelas semakin berumur, dengan pergerakan dan kelincahan yang tidak seperti dua tahun belakangan. Seharusnya Tontowi bisa menutup celah tersebut. Kondisi Tontowi bertolak belakang dengan Zhang Nan dan Ko Sung-hyun. Dua pemain tersebut sering bermain rangkap di setiap turnamen, tapi malah sering konsisten menyumbangkan gelar. Di sisi lain, Tontowi yang hanya fokus tampil di nomor ganda putra, malah performanya kurang konsisten.
Chemistry di antara dua pemain tersebut di lapangan juga tak lagi seperti dulu. Alhasil, keunggulan Liliyana sebagai leader yang sering meredam emosi dan mengatur irama permainan seolah memudar. Hal itu kerap terlihat di saat mereka menghadapi poin-poin kritis. Tontowi/Liliyana malah kerap kehilangan poin secara akibat kesalahan sendiri. Sering kali mereka sulit bangkit dari ketertinggalan poin dan menyebabakan rasa frustrasi yang berdampak pada irama permainan yang semakin kacau.
Tetapi langkah tepat sudah ditempuh PBSI dengan menerapkan pola latihan baru dan terstruktur khusus untuk pasangan ini. Jika pola latihan yang diterapkan berjalan konsisten, bukan mustahil kita akan melihat kembali kualitas pukulan Tontowi yang pernah ditakuti lawan, smash keras, dan dropshot yang tajam seiring dengan kembali magisnya Lilyana Natsir di depan net.
Dibalik masalah tersebut sudah sewajibnya bagi kita penikmat bulutangkis Indonesia untuk optimis dan terus mendukung langkah Tontowi Ahmad dan Lilyana Natsir mengibarkan bendera Indonesia di atas bendera negara lain.
Jadi, bagamaina peluang Tontowi/ Liliyana merebut emas di Olimpiade Rio? Jika bisa kembali ke permainan terbaiknya, kans mereka cukup terbuka lebar. Rival terberat yang berpotensi menjegal ambisi mereka adalah ganda campuran nomor satu dunia, Zhang Nan/Zhao Yunlei serta Ko Sung-hyun/Kim Ha-na. Dengan sistem pool, kemungkinan Owi/Butet baru bertemu lawan berat di semifinal. Namun, mereka juga harus waspada. Olimpiade banyak menghadirkan kejutan-kejutan. Jika tak berhati-hati, bisa saja mereka tersingkir oleh ganda yang tak diunggulkan.
Advertisement