Bola.com, Jakarta - Olimpiade musim panas merupakan panggung tertinggi bagi petinju amatir di seluruh dunia. Cabang tinju yang mulai dipertandingkan di olimpiade sejak 1904 ini adalah satu dari dua olahraga yang tidak mengikutsertakan atlet profesional, selain gulat.
Advertisement
Baca Juga
Cabang tinju di olimpiade juga berbeda secara format. Dalam setiap pertarungan hanya terdiri atas tiga ronde. Masing-masing ronde berlangsung selama 3 menit.
Yang menarik, banyak petinju ternama dunia yang memulai kariernya di olimpiade, mulai George Foreman hingga Amir Khan. Mereka menorehkan prestasi di olimpiade, kemudian bersinar di ajang tinju profesional.
Berikut ini 4 petinju yang mulai meroket setelah membela negaranya di ajang olimpiade.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1
Floyd Mayweather
Pada awal karier, tepatnya saat berstatuts petinju amatir, Floyd Mayweather tampil memperkuat Amerika Serikat di ajang Olimpiade Atlanta 1996. Saat itu dia berhasil merebut medali perunggu. Pada waktu itu Mayweather bahkan sempat mendapatkan julukan Pretty Boy karena kelihaian bertahan yang membuat lawan tidak mampu mendaratkan pukulan ke wajahnya.
Setelah mengalahkan petinju dari Kazakhstan, Bakhtiyar Tileganov dengan skor 10-1, dan mengalahkan petinju dari Armenia, Artur Gevorgyan , dengan skor 16-3, dia menjadi petinju pertama yang berhasil mengalahkan petinju Kuba di Olimpiade setelah 20 tahun. Petinju Kuba yang dikalahkan tersebut adalah Lorenzo Aragon, dan Mayweather berhasil mengalahkannya dengan skor tipis 12-11.
Pada semifinal, Mayweather tersingkir oleh keputusan kontroversial wasit setelah dikalahkan petinju Bulgaria, Serafim Todorov. Kepala tim tinju Amerika Serikat pada saat itu, Gerald Smith, menganggap juri sengaja tidak menghitung pukulan yang diberikan Mayweather kepada lawannya dan menghitung pukulan yang dilakukan Serafim namun tidak mendarat ke badan Floyd.
Advertisement
2
George Foreman
George Foreman, yang merupakan rival terberat Muhammad Ali ini, memenangi medali emas pertama pada Olimpiade Meksiko 1968. Di final, Foreman mengalahkan petinju dari Uni Soviet, Ionas Chepulis. Kemenangan tersebut sangat berarti bagi Foreman karena membuka jalannya menuju karier profesional. Dunia tinju juga menghindarkan dirinya terjerumus ke dunia hitam.
"Ketika Anda memikirkan hidup yang saya jalani, tidak sampai dua tahun sebelum saya menerima medali emas tersebut, saya berada di sebuah rumah dan bersembunyi dari kejaran polisi," kata Foreman kepada BBC.
"Dulunya saya adalah pencuri dan tukang copet, dan ketika saya bersembunyi dari polisi saya selalu berpikir bahwa saya harus mengubah hidup yang saya jalani, karena saya tidak ingin terus menjadi pencuri," tambahnya
3
Muhammad Ali ( Cassius Clay )
Cassius Clay, yang kemudian dikenal sebagai Muhammad Ali ini, memenangkan medali emas Olimpiade Roma pada tahun 1960 dan menandai jejak awal langkahnya sebagai petinju terhebat sepanjang masa. Petinju Amerika Serikat itu hampir batal mengikuti ajang olahraga tersebut karena ketakutan berpergian dengan pesawat, atau biasa dikenal dengan claustrofobia.
Sebelum mengikuti Olimpiade Roma, rekor kemenangan Muhammad Ali di Amerika Serikat sebagai petinju amatir adalah memenangi 100 dari 108 pertandingan. Hal ini dibuktikan dengan keputusan bulat dari 5 juri saat Clay mengalahkan petinju dari Polandia, Zbigniew Pietrzykowski.
Pada Olimpiade tersebut, Ali menunjukkan dirinya bangga sebagai warga Amerika Serikat, meskipun diskriminasi terhadap kulit hitam menjadi isu yang santer di Amerika Serikat pada saat itu.
“Bilang pada pembaca Anda bahwa kami memiliki orang-orang berkualitas untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan saya tidak khawatir dengan hasilnya. Bagiku, Amerika Serikat masih negara terbaik di dunia,” sebutnya pada seorang wartawan dari negara Blok Timur.
Advertisement
4
Amir Khan
Amir Khan bertanding di Olimpiade setelah menjadi pemenang piala juara tinju amatir AIBA di Plovdiv, Bulgaria. Amir bertanding di Olimpiade pada usia 17 tahun, dan menjadi petinju termuda Inggris yang bertanding di Olimpiade, setelah Colin Jones pada 1976.
Saat itu, Khan mampu membawa pulang medali perak, setelah kalah di final Olimpiade Athena 2004 dari oleh petinju Kuba, Mario Kindelan,.
Saat IOC berencana mengizinkan petinju profesional bertanding di Olimpiade Rio de Janeiro, Amir Khan sempat berniat mewakili Pakistan sebagai petinju profesional. Namun, cedera yang dia derita setelah dikalahkan oleh petinju Meksiko, Saul Alvarez, pada perebutan gelar kelas menengah WBC membuatnye mengurungkan niatnya tersebut. Selain itu, IOC juga membatalkan rencana mengizinkan petinju profesional tampil di olimpiade.
Sumber: Berbagai Sumber