Bola.com, Rio de Janeiro - Tradisi bulutangkis menyumbangkan medali emas sejak Olimpiade Barcelona 1992 terhenti di di London empat tahun lalu. Tak ada satupun duta bulutangkis Indonesia yang mampu mendulang emas, bahkan juga medali perak dan perunggu.
Olimpiade London 2012 bisa dibilang momen kelam bagi tim bulutangkis Indonesia. Bukan hanya gagal meneruskan tradisi emas olimpiade, tim bulutangkis malah diterpa skandal di sektor ganda putri. Pasangan putri Indonesia, Greysia Polii/Meiliana Jauhari menjadi dari empat ganda putri yang didiskualifikasi karena dinilai Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) mencederai fair play dengan tidak bermain serius untuk meraih kemenangan di babak akhir fase grup.
Advertisement
Baca Juga
Tak heran, tim bulutangkis Indonesia datang ke Olimpiade Rio 2016 dengan mengusung ambisi besar untuk menebus momen kelas empat tahun silam. Total, Indonesia mengirimkan 10 pebulutangkis ke Rio de Janeiro yang akan turun di lima nomor. Perinciannya dua wakil di ganda campuran, serta masing-masing wakil di nomor ganda putra, ganda putri, tunggal putra, dan tunggal putri.
Dari enam wakil tersembut, empat di antaranya punya peluang meraih emas. Ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto bakal saling bahu membahu mengejar emas. Begitu juga ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari. Keempat ganda ini sama-sama punya peluang besar untuk menjadi kampiun di nomor masing-masing.
Perjuangan mereka di Olimpiade Rio 2016 bakal dimulai pada Kamis (11/8/2016) malam ini di babak penyisihan grup. Bagaimana peluang mereka memenangi partai pertama?
Inilah analisis kans tiga ganda Indonesia pada laga pertama di Olimpiade Rio:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan
Sikap optimistis pantas diusung ganda putra senior Indonesia, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, kala tampil di partai pembuka grup D melawan ganda nomor satu India, Manu Attri/Reddy Summeth. Pasangan Indonesia itu punya kans besar meraih kemenangan demi memuluskan langkah ke babak selanjutnya.
Hendra/Ahsan sebelumnya telah bertemu sebanyak tiga kali dengan Manuu/Reddy, yaitu di Asian Games 2014, Hongkong Terbuka Super Series 2014 dan Badminton Asia Team Championship 2016. Tiga duel itu berhasil dimenangi oleh Ahsan/Hendra.
Tiga kemenangan itu diraih dengan dua gim langsung oleh Ahsan/Hendra. Jika Hendra/Ahsan bisa bermain normal, besar kemungkinan mereka akan mengamankan kemenangan pertama. Laga ini bakal disiarkan langsung oleh SCTV pada Kamis (11/8/2016) pukul 19.00 WIB.
Advertisement
Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari
Greysia Polii dan Nitya Krishinda Maheswari yang saat ini menduduki peringkat keempat dunia, datang sebagai satu-satunya tumpuan di sektor ganda putri bulutangkis. Gelar terakhir yang mereka rengkuh adalah gelar kejuaraan Singapura Terbuka pada April.
Dari hasil undian yang didapatkan, Greys dan Nitya dipertandingan pertama akan merjumpa dengan pasangan peringkat 30 dunia Poon Lok Yan/Tse Ying Suet dari Hong kong yang akan disiarkan langsung oleh SCTV pada Kamis (11/8/2016) pukul 20.10 WIB. Meskipun secara ranking jauh di bawah mereka namun Greysia/Nitya tak boleh lengah.
Pelatih ganda putri, Eng Hian, menuturkan tidak akan memberikan target juara grup kepada pasangan ganda putri nomor satu Indonesia tersebut. Alasannya, setelah lolos ke putaran selanjutnya semua lawan yang akan dihadapi di perempat final diyakini memiliki kualitas permainan yang sama.
Di atas kertas, Greysia dan Nitya bakal punya peluang besar meraih kemenangan. Kemenangan ini sangat penting agar mental tetap terjaga pada pertandingan-pertandingan berikutnya.
Praveen Jordan/Debby Susanto
Praveen Jordan/Debby Susanto datang bermodalkan sebagai juara All England tahun ini dengan tampil gemilang mengalahkan pasangan nomor satu dunia Zhang Nan/Zhao Yunlei di semifinal dan menumbangkan ganda campuran nomor satu Denmark Joachim Fisher/Pedersen di final.
Hal tersebut yang membuat mereka tak dianggap sebagai ganda campuran kedua Indonesia di bawah Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Mereka juga diberikan target yang sama seperti Tontowi/Liliyana. Laga pertama kontra Lee Chun Hei Reginald/Chau Hoi Wah yang akan ditayangkan langsung SCTV pada Kamis (11/8/2016) pukul 20.45 WIB, dianggap sebagai pertandingan awal yang menentukan.
Praveen/Debby memiliki rekor pertemuan yang kurang bagus kontra pasangan nomor satu Hong Kong tersebut. Dari tujuh kali pertemuan sejak akhir tahun lalu, pasangan yang saat ini bertengger peringkat lima dunia tersebut tertinggal 3-4 dari Lee/Chau.
Namun, kemenangan terakhir atas Lee Chun Hei Reginald/Chau Hoi Wah diraih di kandang lawan, yaitu di turnamen Hong kong Terbuka. Kala itu pasangan muda tersebut menang dua set langsung 21-18, 21 -18.
Sejak awal memang pasangan ini ditargetkan lolos sebagai Runner up Grup. Namun bukan berarti ambisi lolos sebagai Juara Grup A tak dapat dilakukan. Tampil sebagai pemenang di dua laga awal dan menggagalkan revans pasangan nomor satu Cina adalah syarat yang harus dipenuhi.
Advertisement
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir
Memang prestasi naik turun sedang dialami pasangan ganda campuran nomor satu Indonesia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Namun keberhasilan meraih gelar Malaysia terbuka awal tahun lalu memberikan motivasi dan keyakinan tersendiri untuk pasangan senior tersebut.
Gelar tersebut merupakan titel super series pertama mereka sejak puasa gelar dari 2014. Dua tahun belakangan memang merupakan tahun yang suram bagi Owi dan Butet. Buruknya permainan serta menurunnya mental saat poin krusial menjadi faktor utama anjloknya performa mereka.
Di pertandingan pertama, Owi/Butet akan dihadapkan dengan pasangan nomor satu Australia Robin Middleton/Leanne Choo yang saat ini berada di peringkat 33 dunia. Pertandingan ini akan disiarkan langsung SCTV pada Jumat (12/8/2016), mulai pukul 01.30 WIB, Walaupun mereka belum pernah saling berhadapan karena pasangan Mix Double Australia tersebut hanya berkutat di turnamen sekelas IC series bukan tak mungkin kejutan akan terjadi.
Di atas kertas pasangan Indonesia mampu mengatasi pertandingan pertama. Keinginan yang besar dari Owi untuk segera bangkit dan gairah Liliyana yang ingin kembali juara bisa menjadi modal berharga untuk meraih emas. Terlebih performa junior mereka Praveen Jordan/Debby Susanto lagi mentereng seusai Juara All England awal tahun.