Bola.com, Rio de Janiero - Indonesia meraih medali emas pertama di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Dari cabang bulutangkis, ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir mempersembahkan medali emas tepat pada Hari Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus.
Pada final, Tontowi/Liliyana menaklukkan pasangan Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, dengan dua gim langsung, 21-14 dan 21-12. Dominasi pasangan nomor 3 dunia itu sangat kentara dengan hanya membutuhkan 43 menit untuk meraih menjadi juara.
Advertisement
Baca Juga
Saat pengembalian pukulan Goh Liu Ying tertahan di net, Tontowi/Liliyana terkulai bahagia. Ekspresi kegembiraan terpancar di wajah mereka yang langsung mendatangi pelatih Richard Mainaky.
Beberapa saat berselang, lagu Indonesia Raya pun berkumandang dalam proses pengalungan medali emas di Riocentro Pavillion 4. Tontowi/Liliyana melakukan gerakan hormat selama Indonesia Raya dimainkan.
Tontowi yang berselisih satu tahun dengan Liliyana, terharu pada momen tersebut. Matanya berkaca-kaca, namun suara lirihnya mengikuti lirik lagu nasional Indonesia itu.
Ya, Indonesia akhirnya mendapatkan medali emas pada Olimpiade kali ini. Medali yang sempat gagal didapat kontingen-kontingen Tanah Air pada perhelatan Olimpiade London 2012.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tradisi emas
Kegagalan empat tahun lalu mampu dibayar lunas Tontowi/Liliyana. Enam pertandingan Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dilalui dengan mulus. Tidak ada satu gim pun yang diberikan kepada lawan-lawannya, termasuk saat menang atas ganda campuran nomor satu dunia, Zhang Nan/Zhao Yunlei, pada babak semifinal.
Sumbangan medali emas dari Tontowi/Liliyana merupakan yang ketujuh sepanjang keikutsertaan Indonesia di Olimpiade. Semua medali berharga itu dipersembahkan para atlet dari cabang bulutangkis.
Indonesia mulai merasakan nikmat meraih medali emas pada Olimpiade Barcelona 1992. Tak tanggung-tanggung, dua medali emas langsung direbut oleh dua tunggal Indonesia, Alan Budikusuma (putra) dan Susi Susanti (putri).
Prestasi medali emas kembali ditorehkan pada perhelatan Olimpiade selanjutnya di Atlanta 1996. Kali ini, ganda putra, Ricky Subagja/Rexy Mainaky, menaklukkan ganda Malaysia, Cheah Soon Kit/Yap Kim Hock, 5-15, 15-13 dan 15-12.
Sektor ganda putra kembali menorehkan tinta emas bagi Indonesia di Olimpiade Sydney 2000. Kali ini, Tony Gunawan/Candra Wijaya, mempersembahkan emas untuk Tanah Air setelah menang atas pasangan Korea Selatan, Lee Dong-soo/Yoo Yong-sung.
Keperkasaan Indonesia kembali ditunjukkan pada Olimpiade Athena 2004. Tunggal putra Indonesia, Taufik Hidayat, membawa pulang medali emas setelah memupus harapan pemain Korea Selatan, Shon Seung-mo, di partai puncak.
Sumbangan medali emas terakhir Indonesia di Olimpiade pun terjadi delapan tahun lalu. Pada Olimpiade Beijing 2008, lagi-lagi ganda putra mempersembahkan medali emas melalui Markis Kido/Hendra Setiawan.
Pada tahun itu pula, Liliyana harus puas mendapatkan perak setelah bersama pasangannya Nova Widianto kalah dari Lee Yong-dae/Lee Hyo-jung dari Korea Selatan. Momen yang kali ini bisa dilakukan lebih baik oleh Liliyana saat berpasangan dengan Tontowi.
Momen kebahagiaan Indonesia mendapatkan medali emas terhenti pada Olimpiade London 2012. Tidak ada satupun wakil Tanah Air yang berjuang hingga babak final. China saat itu begitu dominan dengan menyapu bersih lima medali emas yang disediakan cabang bulutangkis.
Namun kini, tradisi emas pun kembali diukir Indonesia di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Semoga saja, Indonesia bisa kembali mempertahankan tradisi tersebut di Olimpiade Tokyo 2020. Mungkin, tidak hanya dari bulutangkis, cabang lain diharapkan bisa mencetak sejarah menyumbangkan medali emas pertama bagi Indonesia.
Advertisement