Bola.com, Rio de Janeiro - Tanggal 17 Agustus 2016 menjadi hari yang sangat istimewa bagi ganda campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, dan seluruh rakyat Indonesia. Tepat pada perayaan hari kemerdekaan ke-17 Indonesia, Tontowi/Liliyana menghadiahkan medali emas dari pentas Olimpiade Rio de Janeiro.
Advertisement
Baca Juga
Medali emas tersebut diraih berkat kemenangan atas ganda Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, pada partai final yang berlangsung Rabu (17/8/2016) malam WIB. Ketika pengembalian ganda Malaysia menyangkut di net pada akhir gim kedua, Owi/Butet langsung berteriak girang, begitu juga rakyat Indonesia.
Ini merupakan emas pertama yang diraih Indonesia pada pentas Olimpiade Rio de Janeiro. Emas tersebut juga mengembalikan tradisi yang terputus di Olimpiade London 2012. Ya, sejak bulutangkis dipertandingkan mulai Olimpiade Barcelona 1992, Indonesia selalu bisa mendulang medali emas, kecuali empat tahun lalu.
Emas ini juga jadi yang pertama bagi Butet, panggilan Liliyana, setelah pernah mencicipi medali perak pada Olimpiade Beijing 2008 bersama Nova Widianto. Bagi Owi, ini merupakan medali olimpiade pertamanya. Tak heran, mereka sangat gembira dan bahagia. Begitu pula rakyat Indonesia yang tengah menikmati pesta kemerdekaan ke-71.
Ada beberapa fakta menarik lain yang dibukukan pasangan Tontowi/Liliyana saat memenangi medali emas Olimpiade 2016 di Riocentro, Brasil. Berikut ini empat fakta menarik berikut:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Butuh 17 Shuttlecock, 8 Kemenangan, dan 45 Menit
17 Shuttlecock, 8 Kemenangan, dan 45 Menit
Entah kebetulan atau tidak, pertandingan yang berlangsung pada pukul 23.12 WIB Indonesia tersebut menciptakan fakta yang berhubungan dengan HUT kemerdekaan Indonesia. Laga Owi/Butet melawan pasangan Chan/Goh menghabiskan total 17 shuttlecock atau sama dengan tanggal kemerdekaan Indonesia, 17 Agutus.
Fakta menarik lainnya, Owi/Butet tampil di final bermodal rekor delapan kemenangan dalam sembilan pertemuan dengan Chan/Goh. Angka delapan tersebut sama dengan bulan kemerdekaan Indonesia. Berkat kemenangan semalam, kini rekor kemenangan atas Chan/Goh bertambah menjadi sembilan. Owi/Butet hanya sekali kalah dari ganda Malaysia berperingkat ke-11 dunia tersebut.
Keunikan yang lain adalah Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menuntaskan partai final dalam waktu 45 menit. Angka berbaris menampakkan pukul 23.57 saat laga keduanya berakhir. Angka 45 ini sama dengan tahun kemerdekaan Indonesia (1945). Apakah ini semua hanya kebetulan?
Advertisement
Tak Pernah Kehilangan Gim
Tak Pernah Kehilangan Gim
Tontowi/Liliyana merebut emas Olimpiade Rio 2016 dengan penampilan tanpa cela. Sepanjang tampil di Riocentro, mereka belum pernah kehilangan gim, sejak babak penyisihan grup hingga final.
Mengawali babak pertama grup, ganda senior Indonesia tersebut sukses menumbangkan pasangan nomor satu, Australia Robin Middleton/Leanne Choo, dengan skor telak 21-7, 21-8.
Pada pertai kedua, pasangan nomor tiga dunia tersebut bertemu dengan ganda Thailand, Bodin Issara/Savitree Amitrapai. Meskipun sudah lama tidak berjumpa di turnemen, baik super series maupun grand prix, Owi/Butet sukses mengalahkan pasangan berperingkat 15 dunia tersebut dua gim langsung 21-11 dan 21-13.
Selanjutnya di partai terkahir babak grup C, Owi/Butet bertemu dengan pasangan Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying. Di partai tersebut mereka menang 21-15, 21-11.
Meskipun lolos sebagai juara grup, hasil undian knockout kurang menguntungkan pasangan Indonesia. Pada babak perdelapan final Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir harus berjumpa dengan junior mereka Praveen Jordan/Debby Susanto. Saling tikung terjadi hingga akhirnya ganda campuran senior memenangi pertarungan dengan skor 21-16, 21-11.
Di semifinal Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir bertemu dengan musuh bebuyutan, Zhang Nan/Zhao Yunlei. Namun dengan suntikan moral dan modal bermain yang lebih apik, Owi/Butet sukses lolos ke final dengan kemenangan meyakinkan 21-16, 21-15.
Di partai final, ganda campuran yang telah dipasangkan lebih dari tahun tersebut sukses menggondol medali emas berkat kemenangan meyakinkan saat melawan pasangan nomor satu Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying 21-14, 21-12.
178 Menit untuk Sampai ke Final
178 Menit untuk Sampai ke Final
Owi/Butet membutuhkan setidaknya 173 menit untuk sampai ke babak final ganda campuran Olimpiade Rio 2016. Pada pertandingan pertama melawan pasangan nomor satu Australia Robin Middleton/Leanne Choo, mereka bermain selama 25 menit.
Selanjutnya saat bentrok kontra Bodin Issara/Savitree Amitrapai, Tontowi/Liliyana berhasil membungkam ganda campuran Thailand tersebut dalam waktu 32 menit.
Pada pertandingan terakhir babak grup, mereka bermain selama 36 menit saat bertemu dengan pasangan Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying. Hasil tersebut membuat mereka lolos sebagai juara grup.
Sedangkan pada laga knockout, Owi/Butet terpaksa bertarung dengan kompatriot mereka, Praveen Jordan/Debby Susanto. Duel tersebut berlansung selama 35 menit.
Pertandingan paling berat dilakoni Owi/Butet saat berjumpa pasangan ganda campuran nomor satu dunia Zhang Nan/Zhao Yunlei. Tampil apik Owi/Butet berhasil memenangkan laga dengan tempo 50 menit.
Advertisement
Tak Ada Deuce
Tak Ada Deuce
Selama pertandingan di Olimpiade Rio, mulai babak penyisihan grup hingga final, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, benar-benar tampil dominan atas lawan-lawannya. Buktinya, seluruh pertandingan diakhiri tanpa pernah menyajikan deuce.
Alhasil perolehan poin tertinggi lawan hanya menyentuh angka 16, itupun saat ganda campuran nomor tiga dunia tersebut bertemu pasangan nomor satu dunia, Zhang Nan/Zhao Yunlei.