Bola.com, Jakarta Pemberitaan Olimpiade biasanya lebih banyak tercurah kepada negara-negara besar yang punya berderet atlet dengan talenta dan skill yang menawan. Negara-negara kecil jarang mencuri perhatian, apalagi jika gagal menyabet medali. Kondisi seperti ini juga terjadi di Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Advertisement
Baca Juga
Negara-negara kecil biasanya menjadi perbincangan ketika mampu memberi kejutan, seperti Fiji yang menyabet medali emas di cabang rugbi seven atau Singapura yang mencuri perhatian ketika perenang Joseph Schooling mengalahkan raja kolam renang dunia, Michael Phelps. Adapun negara-negara kecil yang gagal berprestasi, biasanya terabaikan oleh sorotan media.
Jadi, tahukah Anda ada negara yang hanya mengirimkan satu atlet ke Olimpiade Rio de Janeiro 2016?
Peluang negara tersebut membawa pulang medali jelas sangat kecil. Tapi, dengan berpartisipasi di Olimpiade negara tersebut ingin menunjukkan kepada dunia bahwa mereka mampu eksis melalui olahraga. Mencari atlet berbakat dan andal kadang tidak mudah. Ada berbagai macam alasan, seperti negara tersebut memiliki penduduk yang terlalu sedikit hingga kurangnya pengalaman di tingkat internasional.
Berikut ini 6 negara dengan atlet paling sedikit dan prestasinya di Olimpiade Rio:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1
Tuvalu
Pada Olimpiade Rio, negara yang berlokasi di Pasifik Selatan ini, hanya mengirimkan satu atlet, yakni Etimoni Timunani, yang bertanding di nomor lari 100 meter putra.
Timunani sebenarnya adalah seorang pesepak bola yang bermain di liga Divisi A Tuvali. Namun, dia ternyata atlet yang serba bisa. Di Olimpiade, diia mewakili negaranya di cabang atletik.
It's quality, not quantity.
— BBC Sport (@BBCSport) August 6, 2016
Team Tuvalu - the only one-man squad at #Rio2016https://t.co/VU4WHfIkFr https://t.co/U458AcuHFr
Tuvalu bertanding di Olimpiade untuk kali pertama pada 2008 di Beijing, China. Negara ini mengirimkan satu atlet angkat berat, Logona Esau, dan dua atlet atletik, Asenate "Nancy" Manoa yang bertanding di nomor lari 100 m putri, dan Okilani Tinilau, yang bertanding di nomor lari 100 m putra. Mereka juga kembali bertanding di Olimpiade 2016.
Pencapaian Etimoni Timunani di Olimpiade Rio adalah peringkat ke-21 21 di kualifikasi nomor lari 100 meter, dengan catatan waktu 11,81 detik.
Advertisement
2
Nauru
Negara yang hanya berpenduduk 10.000 orang ini mengirimkan 2 atlet ke Olimpiade Rio de Janeiro, yakni Elson Brechtefeld (angkat besi) dan Ovini Uera (judo). Nauru berlaga di Olimpiade untuk pertama kalinya pada 1996, tepatnya di Atlanta. Sejak saat itu, sudah 13 atlet yang dikirimkan oleh negara ini hingga Olimpiade Rio.
Pencapaian Elson di nomor 56 kg pria adalah menempati posisi ketujuh, dengan total angkatan 223 kg, atau selisih 30 kg dari beban yang diangkat oleh atlet yang menyabet medali emas, Luis Alberto Garcia Brito.
Adapun Ovini Uera berhasil melewati babak pertama dengan mengalahkan pejudo dari Belize di kelas 90 kg pria, Renick James. Namun perjalanannya terhenti di babak kedua setelah takluk dari judoka Georgia, Varlem Lapertiani.
3
Guinea Ekuatorial
Negara kecil di Afrika Tengah ini berpenduduk sebanyak 760.000 orang, alias lebih besar daripada Tuvalu dan Nauru. Namun, negara ini hanya mengirimkan dua atlet. Reina-Flor Okori (36) dan Benjamin Enzema (27), masing-masing akan berpartisipasi di nomor 100 meter lari gawang putri dan nomor lari 800 meter pria. Sejak keikutsertaan negara ini di Olimpiade pada pada 1984, mereka sudah mengirim total 34 atlet.
Apa pencapaian Okori dan Enzema di Olimpiade Rio?
Okori melakukan pelanggaran start lebih awal, sehingga dikenakan DNS (Did Not Start). Adapun Enzema tersingkir di babak pertama. Pelari yang mengikuti perlombaan di Heat 3 ini berada di posisi ke-8 dengan catatan waktu 1 menit 52,14 detik atau ranking ke-50 dari semua atlet yang mengikuti babak pertama.
Advertisement
4
Somalia
Negara yang sempat dilanda perang sipil pada 1992, dan menjadi latar belakang film "Black Hawk Down" ini mengirimkan dua atlet ke Olimpiade Rio, yakni Mohamed Daud Mohamed , 20, Maryan Nuh Muse, 19.
Daud Mohames bertanding di cabang lari nomor 5.000 meter pria, sedangkan Maryan bertanding di nomor lari 400 meter putri. Mereka hadir di Olimpiade Rio dengan berbagai kesulitan dan fasilitas seadanya, seperti minimnya tenaga kesehatan bagi mereka.
Kedua atlet Somalia ini sama-sama terhenti langkahnya di babak pertama. Nuh Muse hanya menempati posisi ke-57 di babak pertama, sedangkan Mohamed berada di urutan ke-47 sehingga lolos ke babak berikutnya.
5
Bhutan
Negara yang bertetangga dengan Nepal dan India ini, juga hanya mengirimkan dua atlet ke Olimpiade Rio de Janeiro, yakni Karma, 26, yang bertanding di cabang panahan putri dan Lenchu Kunzang , 24, yang berkompetisi di cabang senapan angin 10 meter.
Sejak Olimpiade 1984, Bhutan sudah mengirimkan 29 atlet, hampir semuanya bertanding di cabang panahan. Lenchu Kunzang menjadi satu-satunya atlet sepanjang sejarah Bhutan di Olimpiade, yang tak berjuang di cabang panahan.
Karma berhasil memasuki babak 64 besar, sebelum dikalahkan oleh pemanah Rusia, Dashidorzhieva Tuiana, dengan skor 135-122. Sedangkan Lenchu Kunzhang, menempati peringkat 45 dari 51 atlet pada babak kualifikasi.
Advertisement
6
Dominika
Negara mungil berpenduduk 72.000 orang ini juga mengirimkan 2 atlet, yakni Yordanys Duranona, 28, dan Thea LaFond, 22. Keduanya bertanding di cabang atletik nomor lompat jangkit. Negara ini kali pertama berpartisipasi pada Olimpiade 1996, dan sejak saat itu sudah mengirimkan 18 atlet.
Duranona tidak mencatat hasil apapun di kualifikasi atau No Mark. Adapun Thea menempati peringkat ke 37 dari 37 atlet dengan lompatan 12,82 meter atau 2 meter lebih pendek, dari peringkat pertama, Ibarguen Caterine dari Kolombia, dengan lompatan sejauh 14,52 meter.
Berbagai Sumber