Bola.com, Rio de Janeiro - Ada yang menarik saat ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir memastikan kemenangan 21-14, 21-12 di laga final atas Chang Peng Soon/Goh Liu Ying, Rabu (17/8/2016). Seperti layaknya pemain yang berhasil merebut emas, Tontowi dan Liliyana langsung berhamburan ke arah sang pelatih Richard Mainaky yang duduk mendampingi mereka di tepi lapangan selama pertandingan.
Advertisement
Baca Juga
Liliyana berlari lebih dulu dan memeluk Richard. Tak lama berselang Tontowi dan melakukan hal yang sama. Uniknya, Richard justru bersikap tenang dalam selebrasi itu. Tak terlihat perubahan mencolok dari sikap sang pelatih.
Pada masa lalu, keberhasilan pebulutangkis Indonesia meraih emas kerap diwarnai aksi selebrasi pemain dan pelatih hingga ke tengah lapangan. Tak jarang mereka berpelukan sambil berguling-guling di lapangan.
Kehebohan dalam selebrasi itu dilakukan Herry Iman Pierngadi bersama Candra Wijaya/Tony Gunawan di Sydney 2000, begitu juga dengan Sigit Pamungkas dan Markis Kido/Hendra Setiawan di Beijing 2008. Bahkan pelatih yang biasanya terlihat tenang seperti Christian Hadinata juga meluapkan kegembiraan dengan cukup heboh ketika Ricky Subagdja/Rexy Mainaky meraih emas di nomor ganda putra Atlanta 1996.
Lalu apa yang menyebabkan Richard terlihat tetap cool saat anak asuhannya sukses?
"Kegembiraan saya kembalikan ke Tuhan Yang Maha Kuasa. Semua itu berasal dari pemberian dan atas kehendak Yang Maha Kuasa. Jadi kita patut bersyukur," tulis Richard dalam pesan whatsapp yang dikirim ke Bola.com.
Richard harus menunggu cukup lama sampai anak asuhnya bisa meraih emas Olimpiade. Dua medali perak sebelumnya sudah diraih oleh Trikus Harjanto/Minarti Timur di Sydney 2000 dan Nova Widianto/Lilyana Natsir di Beijing 2008. Penantian itu akhirnya usai setelah Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menyabet emas di Olimpiade Rio 2016.