Bola.com, Jakarta - Jalan berliku harus dilalui Liliyana Natsir untuk menuntaskan ambisinya meraih medali emas Olimpiade. Ia pernah hampir begitu dekat meraih medali tersebut pada Olimpiade Beijing 2008.
Advertisement
Baca Juga
Kala itu ia masih berpartner dengan Nova Widianto dan menjadi andalan Indonesia di berbagai turnamen. Salah satu gelar juara bergengsi yang diraih Nova/Liliyana adalah mahkota juara dunia 2005 dan 2007.
Tak heran kalau saat tampil di Olimpiade Beijing 2008, Nova/Liliyana diharapkan bisa meraih medali emas. Namun nyatanya mereka gagal. Hal yang menyakitkan adalah kegagalan itu dialami saat mereka begitu dekat, yaitu di laga final.
Nova/Liliyana kalah dari wakil Korsel, Lee Yong-dae/Lee Hyo-jung, 11-21, 17-21. Setelah itu, Nova/Liliyana masih tetap berada di papan atas peringkat Badminton World Federation. Namun saat masih berada di peringkat satu BWF, Nova memutuskan untuk gantung raket alias pensiun pada 2010.
"Saya sempat merasa khawatir juga, apalagi waktu itu sedang di peringkat satu dunia. Tapi saya kemudian berpikir memang harus ada regenerasi," kata Butet, sapaan akrab Liliyana.
Pelatih Richard Mainaky melakukan bongkar pasang pemain demi mencari partner buat Liliyana. Nama Devin Lahardi dan M. Rijal sempat dijajal, namun belum ada yang betul-betul cocok dengan Liliyana.
Richard kemudian mencoba Tontowi Ahmad yang awalnya berpasangan dengan Richi Puspita Dili. Rupanya pilihan Richard tak salah, jodoh Liliyana adalah Tontowi Ahmad.
"Pelatih bilang kalau saat berpasangan dengan Nova, saya yang dibimbing. Setelah Nova pensiun giliran saya yang membimbing partner yang lebih muda. Pelatih memberi tantangan itu pada saya," kenang Liliyana.
"Terima kasih buat pelatih dan juga Tontowi sebagai partner saya. Tanpa mereka saya tak akan bisa meraih prestasi seperti sekarang," lanjut perempuan berusia 30 tahun itu.
Bersama Tontowi, Liliyana meraih berbagai gelar juara. Hattrick juara di turnamen All England dan gelar juara dunia adalah contoh gelar bergengsi yang diraih Tontowi/Liliyana.
Pada ajang Olimpiade, Tontowi/Liliyana tak meraih medali emas dengan mudah. Pada kesempatan pertama, Olimpiade London 2012, mereka yang diharap menyumbang emas malah pulang dengan tangan hampa. Setelah kalah di semifinal, Tontowi/Liliyana kembali kalah di perebutan perunggu.
Belajar dari pengalaman tersebut, Tontowi/Liliyana akhirnya bisa meraih medali emas di Olimpiade Rio 2016. Sebuah pencapaian tertinggi dari karier Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir selama ini.