Bola.com, Jakarta - Jika saja masih hidup, Franz Beckenbauer pastinya ikut melayangkan pujian setinggi langit kepada Jamal Musiala yang saat ini bermain bersama Timnas Jerman di Euro 2024.
Franz Beckenbauer adalah legenda Jerman yang sudah memenangkan semuanya bersama Die Mannschaft, baik sebagai pemain maupun saat menjadi pelatih. Ia leader Jerman di lapangan hijau saat menjuarai Piala Dunia 1974 dan Piala Eropa 1972.
Baca Juga
Advertisement
Ketika ditunjuk sebagai pelatih, Der Kaiser membawa Jerman ke singgasana Piala Dunia 1990. Hanya saja, di pentas Piala Eropa yang kini bernama Euro, Franz Beckenbauer tak bernasib mujur. Ia hanya mampu menempatkan Jerman di peringkat ketiga Piala Eropa 1988.
Jerman terakhir kali menjadi yang terkuat di Eropa pada 1996. Setelah itu mereka tak pernah lagi merasakan manisnya gelar juara. Itulah kenapa, saat Jerman ditunjuk sebagai tuan rumah, Franz Beckenbauer berharap Die Mannschaft bisa kembali naik ke podium utama.
Sayang, lima bulan sebelum Euro 2024 digelar, Franz Beckenbauer berpulang pada Januari lalu. Jika saja masih ada, Der Kaiser pastinya menjadi orang Jerman pertama yang menyanjung Jamal Musiala.
Dalam dua laga, Jamal Musiala tampil memesona. Penyerang yang masih berusia 21 tahun kepunyaan Bayern Munchen itu sosok krusial di balik dua kemenangan Jerman di Grup A.
Tatkala Jerman menggiling Skotlandia 5-1 pada laga pembuka, Jamal Musiala terlibat langsung dalam pembantaian di Fußball Arena München. Ia mencatatkan namanya di papan skor pada menit ke-19.
Kemudian, dalam kemenangan 2-0 atas Hungaria di laga terakhir, nama Jamal Musiala menggelegar hebat di Stuttgart Arena. Sang wonderkid hanya butuh waktu 22 menit untuk membawa tuan rumah unggul lebih dulu sebelum Ilkay Gundogan mengunci kemenangan pada menit ke-67.
Sensasi Jamal Musiala menempatkan tim asuhan Julian Nagelsmann memuncaki klasemen dengan torehan enam poin yang sekaligus membuka kans mereka ke fase selanjutnya.
Euro 2024 tentunya tak hanya bercerita tentang pesona seorang anak muda bernama Jamal Musiala, tapi juga ragam kisah lainnya. Satu di antaranya adalah belum turunnya sederet bintang top bersama timnas negaranya masing-masing.
Kebintangan mereka seakan terkubur di antara riuhnya ingar bingar pesta balbalan terakbar empat tahunan Benua Biru. Berikut tiga di antaranya:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Marc-Andre ter Stegen (Jerman)
Berada di bawah bayang-bayang nama besar seseorang memang tak mengenakkan. Itulah yang dialami Marc-Andre ter Stegen. Dalam dua laga Euro 2024, kiper 32 ini masih duduk manis di bangku cadangan.
Pelatih Julian Nagelsmann masih lebih percaya kepada Manuel Neuer, meski usianya hampir mencapai kepala empat.
Meski tak sekinclong Manuel Neuer, Marc-Andre ter Stegen tak bisa dianggap remeh. Ia memenangkan banyak trofi bersama Barcelona, sejak raksasa Spanyol itu memboyongnya dari Borussia Monchengladbach pada 2014.
Kecemerlangan Marc-Andre ter Stegen di bawah mistar tak perlu diragukan. Apalagi ia bukan wajah baru di skuad Tim Panser. Ia sudah berada di timnas sejak 2012 dan masih eksis hingga kini.
Advertisement
Stephan El Shaarawy (Italia)
Italia yang malang. Kekalahan 0-1 dari Spanyol di laga kedua Grup B tentunya membuat langkah sang juara bertahan ke fase selanjutnya menjadi lebih berat.
Gli Azzurri seharusnya tak tersungkur di kaki anak-anak Spanyol, jika saja Riccardo Calafiori tak melakukan gol bunuh diri pada menit ke-55.
Pelatih Luciano Spalletti seharusnya memberi kesempatan kepada Stephan El Shaarawy guna memperkuat lini tengah. Tapi, sampai pertandingan usai, gelandang berusia 31 tahun AS Roma itu masih terlihat di bangku cadangan.
Stephan El Shaarawy tipe gelandang petarung multifungsi. Pemain yang pernah memperkuat AC Milan itu bisa ditugaskan sebagai gelandang serang serta gelandang bertahan sekaligus.
Peran sentralnya itulah yang membuat AS Roma kembali memanggilnya pulang pada 2021 dan menjadi langganan starter I Lupi hingga kini. Musim lalu, ia hadir dalam 48 laga di semua ajang kompetisi.
Bagaimana pada laga Italia selanjutnya? Apakah Luciano Spalletti akan memberinya kesempatan? Semoga.
Cole Palmer (Inggris)
Inggris mulai menunjukkan penyakit lamanya, tampil tak konsisten. Setelah meraih kemenangan atas Serbia pada laga perdana Grup C, Inggris gagal meneruskan tren positif kala bersua Denmark di laga terakhir.
Sempat unggul 1-0 lewat gol Harry Kane pada menit ke-18, Tiga Singa akhirnya harus puas bermain imbang 1-1 menyusul gol balasan Denmark tak lama setelah Kane selebrasi.
Dalam dua laga tadi, Tiga Singa minus Cole Palmer. Tombak Chelsea itu masih sabar menanti perintah bosnya, Gareth Southgate.
Gareth Southgate sejatinya bisa memberi kesempatan kepada Cole Palmer, mengingat dalam dua laga penyerang-penyerang Inggris terlihat kesulitan mencetak gol.
Cole Palmer merupakan monster sejati Inggris. Tak ada yang sebuas dia di pentas Premier League 2023/2024. Torehan 22 gol membuatnya menjadi pemain lokal tersubur musim lalu.
Dengan kilatan berderang seperti itu, sangatlah disayangkan kalau Gareth Southgate masih menepikan penyerang 22 tahun ini.
Sumber: Transfermarkt, UEFA
Advertisement