Bola.com, Jakarta - Ketika tengah berjalan-jalan sembari mengambil foto suasana saat menunggu berlangsungnya pertandingan Euro 2024, Bola.com sempat mendapat teguran dari warga di Gelsenkirchen. Dengan bahasa Inggris sederhana, dia mengatakan “no photo.”
Dalam kesempatan lain, ada pula pemandangan seorang turis yang membawa perlengkapan vlog, termasuk tripod yang menempel di ponselnya.
Baca Juga
Advertisement
Polisi kemudian mendekatinya ketika ia mulai mengeluarkan gesture ajakan kepada orang di sekitarnya untuk ikut direkam. Akhirnya sang vlogger pergi dari tempat itu setelah polisi menanyai dan menegurnya.
Tentu saja ini menarik, karena saya pun berniat untuk bisa melakukan hal yang sama. Melihat keramaian Jerman lewat lensa kamera saya dan membagikannya kepada Anda di Indonesia.
Namun, melihat dan sudah merasakan teguran itu saat meliput Euro 2024, saya pun bertanya-tanya dan berusaha mencari jawabannya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Privasi Sangat Dijaga
Kebetulan, saya pun mendapatkan informasi dan peringatan dari mahasiswa Indonesia yang saya temui di sini. Ia meminta agar saya berhati-hati dalam mengambil gambar, termasuk di ruang publik yang tertutup seperti restoran atau bar.
“Kalau mau ambil gambar santai saia, tapi jangan pakai tongkat atau alat bantu lain. Orang-orang di sini tidak suka kalau mereka direkam atau difoto oleh orang lain, apalagi jika tidak meminta izin terlebih dulu,” ujar mahasiswa yang karib disapa Erry itu kepada Bola.com.
Erry tidak pernah mengetahui apakah ada undang-undang tertulis mengenai hal seperti itu. Namun, sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa di Jerman memang seperti itu.
Advertisement
Mengambil Foto dan Video di Jerman Tidak Bisa Sembarangan
Jika bicara di luar hingar bingar Euro 2024, Jerman adalah sebuah negara yang sangat teratur. Masyarakatnya berkegiatan dengan jalan yang cepat dan saat bertemu teman atau kerabat, hanya bersalaman dan berbicang sesaat untuk kemudian langsung bergegas pergi.
Keteraturan itu juga membuat mereka jarang mengekspresikan diri ke dalam media sosial, terutama ketika berada di tempat umum.
Termasuk kegiatan untuk mengambil foto atau video di tempat umum. Andaipun ada, itu tidak boleh sampai mengambil obyek lain yang bukan merupakan haknya.
“Ada teman saya iseng memotret kereta. Hanya untuk keperluan pribadi dia saja, tapi dia sampai harus berurusan dengan polisi. Ditanya-tanya sampai kemudian diminta untuk menghapusnya,” kisah Erry.
Begitu pun kisah yang pernah diunggah seorang penulis steemit dengan nama Kobold Djawa. Sekitar tujuh tahun silam, ia pernah menuliskan tentang adab mengambil dan meng-upload foto atau video orang lain di Jerman dan permasalahannya.
"Di Jerman, kita enggak boleh sembarangan mengambil foto orang tanpa izin, apalagi jika kemudian meng-upload-nya begitu saja," tulisnya dalam steemit.
Dalam tulisannya, Kobold Djawa menegaskan bahwa orang yang kita foto atau video memiliki hak penuh atas hasil karya yang menggunakan wajah dan tubuhnya.
Namun, sebaliknya sang pemilik badan juga tidak berhak memakai dan menyebarluaskan karya foto/video berisi dirinya tanpa izin dari sang pembuat.