Bola.com, Jakarta - Euro 2024 kian panas dan beringas. Setelah sederet duel di babak 16 besar, kini ajang antarnegara paling bergengsi di Benua Biru memasuki fase perempat final.
Delapan tim akan saling tikam demi menjaga asa ke semifinal. Tuan rumah Jerman bentrok kontra Spanyol, Portugal bersua Prancis, Inggris ditantang Swiss, dan Belanda ditunggu Turki.
Baca Juga
Advertisement
Siapa yang tampil sebagai pemenang dan siapa pula yang akan menjadi pecundang? Baiklah kita tunggu bersama, drama apa yang akan kembali tersaji.
Yang pasti, tak menutup kemungkinan perempat final Euro 2024 juga bakal menghadirkan kejutan seperti yang tersaji di babak 16 besar di mana sang juara bertahan, Italia, tersingkir secara tragis.
Dari delapan tim yang akan bertarung nanti, menarik untuk menanti sensasi apalagi yang akan ditorehkan Swiss dan Turki.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Rekam Jejak Turki
Baik Swiss maupun Turki sama sekali tak masuk daftar unggulan, jauh sebelum Euro edisi ke-17 berlangsung.
Turki baru hadir di Euro pada 1996 dan pencapaian terbaik mereka tersuguh pada 2008. Saat itu mereka finis di posisi ketiga.
Setelah itu, Turki terjun bebas. Di edisi 2020, Turki gagal melewati fase grup. Inilah momen yang tepat bagi tim besutan Vincenzo Montella untuk mengulang sejarah atau melampaui apa yang pernah ditoreh sebelumnya.
Di fase Grup F, Turki finis di posisi kedua dengan torehan enam poin hasil dari dua kemenangan dan sekali kalah.
Mereka mengawali perjuangan dengan mengalahkan Georgia 3-1 dan kemudian sempat disikat Portugal tiga gol tanpa balas pada laga kedua.
Bangkit dari kesedihan, Hakan Calhanoglu dan kawan-kawan melumat Rep Ceska yang sekaligus mengantarkan Ay-Yıldızlılar ke babak 16 besar.
Advertisement
Peran Montella di Turki
Di babak 16 besar, Turki berjumpa Austria dan pasukan Vincenzo Montella menang 2-1 via brace mantan bek Juventus yang kini memperkuat Al-Ahli, Arab Saudi, Merih Demiral.
Peran Vincenzo Montella di balik ketangguhan Turki jelas tak terbantahkah. Legenda Italia yang pernah memperkuat Empoli, Genoa, Sampdoria, dam Roma ini didapuk sebagai nakhoda pada 2023.
Di bawah rezimnya, Turki terkesan "berbau" Italia dengan filosofi bermain bertahan alias catenaccio. Menerapkan pola 4-2-3-1, Turki ingin mengamakan lini tengah dan belakang serta memaksimalkan serangan balik kilat. Strategi ini berbuah manis.
Lantas, bagaimana selanjutnya? Mampukah Turki melabrak Belanda, tim yang mereka tantang di perempatfinal?
Tantangan Hadapi Belanda
Belanda memang dijejali pemain-pemain top, namun tim asuhan Ronald Koeman bukan tanpa kelemahan. Di fase Grup D misalnya, Virgil van Dijk cs. tampil sangat mengecewakan.
Mengawali kemenangan 2-1 atas Polandia, De Oranje hanya mampu bermain imbang tanpa gol versus Prancis, dan di laga terakhir grup kalah 2-3 dari Austria.
Jawara Euro 1988 akhirnya bisa sampai ke babak 16 besar dengan status peringkat ketiga terbaik. Pencapaian yang kurang sedap bagi tim sebesar Belanda. Di fase gugur pertama, Belanda tampil galak dengan melibas Rumania 3-0.
Melihat ketak konsistenan Belanda, Turki pastinya lebih percaya diri. Turki juga lebih enjoi, karena beban berat justru berada di pundak anak-anak Belanda.
Meski begitu, Vincenzo Montella tak mau terlena. Baginya, duel yang mentas di Olympiastadion Berlin, Minggu (7/7/2024) dini hari WIB tetaplah misi yang tak ringan karena Belanda mampu bangkit dari keterpurukan.
"Mereka tetaplah tim yang bertalenta dan laga nanti akan menjadi laga yang berat," kata juru taktik berusia 50 tahun, seperti dilansir situs resmi UEFA.
Advertisement
Rekam Jejak Swiss
Bagaimana pula dengan Swiss? Akankah langkah La Nati akan terhenti di kaki Inggris, musuh yang menanti mereka di babak perempat final? Hanya Tuhan yang tahu.
Seperti Turki, Swiss juga kuda hitam yang menjelma menjadi monster yang menakutkan dan terus mengancam.
Di fase Grup A, Swiss finis di posisi kedua dengan tuaian lima poin atau hanya berjarak dua angka dari Jerman selaku pemuncak klasemen. Swiss sudah menggebrak pada laga awal dengan mengalahkan Hungaria 3-1. Dalam laga selanjutnya melawan Skotlandia dan tuan rumah Jerman, armada Murat Yakın mampu menyudahinya dengan hasil imbang.
Kian menggila, di babak 16 besar giliran juara bertahan Italia yang mereka rubuhkan dua gol tanpa balas. Sukses memulangkan Gli Azzurri sekaligus menjadi sinyal bagi semua pesaing, termasuk Inggris, La Nati bukanlah tim kaleng-kaleng.
Murat Yakın, yang mulai bekerja sejak 2021, berhasil memantik semangat Granit Xhaka and kolega agar tak gampang menyerah meski harus berhadapan dengan tim-tim unggulan. Itu terbukti kala mereka mampu memaksa Jerman bermain sama kuat 1-1 serta mempermalukan Italia.
Hadapi Inggris
Kini, menantang Inggris, Swiss maju tak gentar. Kalau Italia saja bisa dikalahkan, Inggris juga pasti bisa disingkirkan.
"Suasana hati kami sedang bagus-bagusnya. Kami sudah bermain melawan Jerman serta mengalahkan Italia. Sekarang kenapa kami tidak bisa mengalahkan Inggris?," ujar Murat Yakın menebarkan teror ke ruang ganti The Three Lions.
Sejak Euro digulirkan pada 1960, Swiss baru ambil bagian pada 1996. Sejauh ini, pencapaian terbaik baru sampai perempat final dan itu tersaji pertama kali di edisi 2020.
Nah, saatnya sekarang bagi Granit Xhaka cs. untuk membawa La Nati terbang lebih tinggi bahkan sampai ke singgasana juara.
Yuk kita tunggu aksi gokil Turki dan Swiss selanjutnya.
Advertisement