Bola.com, Jakarta - Empat negara kini berada di semifinal Euro 2024. Spanyol dan Prancis akan bertarung di Stadion Allianz Arena, Rabu (10/7/2024) dini hari pukul 02.00 WIB. Kemudian, sehari berselang, Inggris dan Belanda beradu di Stadion Signal Iduna Park, Dortmund, Kamis (11/7/2024) pukul 02.00 WIB.
Entah drama apalagi yang terjadi. Yang pasti, harus ada yang kalah. Tapi siapa?
Advertisement
Spanyol sah-sah saja membusungkan dada karena mereka baru saja merubuhkan tuan rumah Jerman di perempat final. Kehancuran Jerman membuat banyak orang kini berpihak kepada Spanyol untuk memenangkan Piala Eropa edisi ke-17.
Tapi di sepak bola tak ada yang pasti. Prancis, meski kurang meyakinkan di fase sebelumnya, bukan tak mungkin akan menjadi batu sandungan bagi La Furia Roja.
Seperti Prancis, Inggris dan Belanda juga tak segarang yang dibayangkan. Hanya saja, alam semesta masih berpihak kepada keduanya. Meski begitu, di semifinal nanti, harus ada yang menangis. Entah siapa.
Di ajang ini, Spanyol masih yang terhebat dengan tiga trofi. Mereka memenangkannya pada Euro 1964, 2008, dan 2012. Jika bisa memenangkan edisi ini, maka Tim Matador merupakan pengoleksi gelar terbanyak setelah Jerman yang juga mengemas tiga gelar.
Prancis dua gelar 1984 dan 2000, Belanda satu gelar pada 1988, sedangkan Inggris sama sekali belum pernah naik podium kehormatan tertinggi. Pencapaian terbaik The Three Lions tersaji di edisi 2020, di mana ketika itu mereka melaju sampai ke final tapi dikalahkan Italia via adu penalti.
Menoleh sejenak ke belakang, setidaknya ada tiga negara yang harus terhenti dini di luar prediksi. Pedih tentu saja, namun sepak bola selalu saja hadir dengan kegetirannya masing-masing karena di sepak bola tak ada yang pasti. Semua bisa terjadi.
Berikut tiga negara yang flop di Euro 2024:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Italia
Rakyat Italia bisa jadi sudah meninggalkan Euro 2024, tak lagi menyaksikannya. Itu bukan karena mereka tak lagi suka dengan sepak bola, tapi lantaran tim kesayangan mereka sudah pulang lebih awal dari Jerman.
Italia menyambangi Jerman dengan status juara bertahan. Mereka memenangkan Euro 2020 dan siap mempertahankannya tahun ini.
Tapi apa yang terjadi selanjutnya sungguh menyakitkan. Di babak 16 besar, anak-anak asuh Luciano Spalletti diremukkan kuda hitam Swiss dua gol tanpa balas lewat Remo Freuler serta Rubén Vargas.
Semua marah, tak terkecuali sang legenda, Fabrizio Ravanelli. Pengoleksi 22 caps bersama Gli Azzurri itu mengatakan kalau saat ini Italia tak punya identitas dan pemain yang berkarakter.
"Kami tidak memiliki identitas, tapi yang terburuk adalah kami tidak memiliki pemain yang berkarakter," ketus Ravanelli.
Advertisement
Portugal
Buat apa ada Cristiano Ronaldo jika Portugal hanya jadi pecundang? Ronaldo memang tak bisa disalahkan di balik kegagalan Seleccao das Quinas di perempat final melawan Prancis.
Tapi Cristiano Ronaldo juga harus mahfum, rakyat Portugal telah menggantungkan harapan tinggi kepadanya. Di usianya yang tak muda lagi, 39 tahun, Cristiano Ronaldo masih jadi tumpuan skuad besutan Roberto Martínez. Dia masih tak tergantikan.
Sebelum turnamen, Portugal dan Cristiano Ronaldo memang bertekad untuk menjadi yang terkuat di Euro 2024. Ini juga sekaligus laga pamungkas pemilik lima Ballon d'Or tersebut bareng Seleccao das Quinas.
Namun, Portugal harus mengubur mimpinya di siang bolong. Prancis masih terlalu kuat bagi Cristiano Ronaldo dkk.
Jerman
Langit seakan runtuh beberapa saat setelah wasit meniup peluit panjang tanda berakhir laga. Jerman kalah, menyerah 1-2 di kaki pemain-pemain Spanyol.
Ribuan pendukung setia mereka yang memadati Stuttgart Arena pada Jumat (5/7/2024) seakan tak percaya apa yang baru saja mereka lihat.
Der Panzer sebenarnya sempat menyamakan skor menjadi 1-1 lewat gol balasan Florian Wirtz pada menit ke-89 dan tuan rumah berharap duel bisa mereka menangkan.
Sayang, takdir berkata lain. Tandukan dahsyat Mikel Merino pada menit ke-119 memupuskan semuanya.
Spanyol tak hanya musuh besar mereka di ajang ini, tapi juga sebagai pembuktian siapa yang paling banyak mengepak gelar. Spanyol dan Jerman sama-sama mengemas tiga gelar atau terbanyak dari semua tim yang ada.
Spanyol juara pada 1964, 2008, dan 2012. Sedangkan Jerman memenangkan Euro di edisi 1970, 1980, dan 1996.
Jadi, kekalahan di Stuttgart Arena benar-benar tak bisa diterima karena Spanyol berpeluang memenangkan gelar keempatnya di negara mereka.
Advertisement