Bola.com, Wuppertal - Kalau di Indonesia pemilahan sampah paling banyak dibagi jadi tiga bagian, kalau di Jerman pemilahannya bisa sampai enam bagian. Menariknya, Pemerintah Jerman juga punya program yang membuat masyarakat mendapatkan uang dari sampah botol atau kaleng yang mereka kumpulkan.
Sejak awal tiba di Jerman, pemandangan bersih di negara ini sebenarnya sudah terlihat. Namun, mengingat Jerman adalah negara maju, Bola.com berpikir ini adalah hal yang lumrah terjadi.
Baca Juga
Advertisement
Namun, yang sempat menarik perhatian adalah ketika saya selesai menghabiskan roti sandwich yang saya beli dan hendak membuang plastik pembungkus dan tisu yang ada di dalamnya.
Saya dihadapkan dengan sebuah tempat sampah dengan enam lubang berbeda yang keterangannya ditulis menggunakan bahasa Jerman.
Tidak ingin salah melakukan sesuatu di negara orang, saya pun mengintip isi dari masing-masing lubang di tempat sampah itu dan baru kemudian memutuskan untuk membuang sampah saya tadi secara terpisah, tisu di bagian kertas sementara plastik pembungkus ada di bagian sampah kemasan.
Sempat terpikir pembagian sampah di Jerman ini bisa dua kali lipat dibandingkan dengan pembagian di Indonesia, Bola.com berpikir itu masih wajar.
Hingga pada akhirnya, saya dengan mata kepala saya sendiri melihat dan merasa bingung dengan kebiasaan warga Jerman yang kerap memungut sampah botol dan kaleng yang mereka temukan, bahkan jika itu sudah ada di tempat sampah.
Dari situ Bola.com akhirnya merasakan bahwa ada sesuatu prosedur yang sangat berbeda di Jerman dan itu membuatnya sangat menarik.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pemilahan Sampah yang Lebih Spesifik
Dari pengalaman Bola.com melihat adanya enam lubang di tempat sampah di stasiun besar Frankfurt, Bola.com pun mencari tahu mengenai apa saja detail pemilahan sampah tersebut.
Pertama ada lubang berwarna hijau dengan penjelasan atglas. Ini merupakan tempat untuk membuag sampah yang terbuat dari kaca, seperti botol kaca, gelas kaca, dan bahan-bahan yang bisa menjadi beling.
Kemudian ada yang berwarna kuning atau galbe sacke yang khusus untuk sampah kemasan makanan seperti yang saya buang setelah usai makan sandwich.
Selain itu juga bisa digunakan untuk membuang kemasan susu, saus, hingga botol sampo dan sabun yang tidak terbuat dari kaca.
Sementara untuk membuang bahan-bahan yang terbuat dari kertas, seperti koran, buku, kardus, dan tisu, masuk ke yang berwarna biru, atau yang tertulis blaue mulltonne. Ini adalah sampah organik tetapi bukan yang sisa makanan.
Nah untuk sampah organik bekas makanan, seperti sayuran, kulit buah, dan daun masuk di tempat sampah dengan label braune mulltonne. Biasanya ditandai dengan warna coklat.
Kemudian ada juga yang berwarna jingga. Tempat sampah ini khusus untuk barang-barang elektronik yang rusak, termasuk kaset dan CD. Barang berbahan metal yang ingin dibuang pun harus ditempatkan di sini.
Sementara terakhir ada yang berwarna hitam. Biasanya ini untuk sampah yang sulit dipilah, seperti pembalut, perabotan rumah tangga, popok bayi, atau mainan yang sudah rusak.
Advertisement
Simbiosis Mutualisme! Masyarakat Ikut Kumpulkan Sampah dan Dapat Uang
Selain itu ada satu yang paling menarik untuk Bola.com, yaitu kesadaran masyarakat Jerman untuk mengumpulkan sampah botol plastik atau kaleng bekas minuman.
Bahkan tak hanya mereka konsumsi, tetapi kadang mereka pun mencarinya di dalam tempat sampah dengan menyalakan lampu senter yang mereka bawa.
Mungkin terkesan seperti seorang pemulung. Namun, hampir di semua lapisan melakukan hal serupa. Botol dan kaleng itu kemudian nantinya akan ditukarkan ke supermarket dan akan ada uang yang diberikan kepada mereka setelah botol dan kaleng tersebut dipindai oleh pihak supermarket.
Hal ini sempat Bola.com tanyakan kepada mahasiswa Indonesia di Dortmund. Satu yang cukup mengagetkan, hal serupa juga dilakukannya. Ia membuka tasnya dan ada kaleng minuman soda bekas yang dibawanya di dalam tas.
"Jadi ini lumayan mas, satu kaleng atau botol itu nilainya 25 sen. Nah orang-orang itu kalau mengumpulkan 12 botol atau kaleng saja sudah bisa dapat 3 euro," ujarnya kepada Bola.com.
"Saya pun di rumah saya kumpulkan sisa botol atau kaleng yang sudah saya konsumsi. Nanti biasanya ketika sudah akhir bulan, saya tukarkan. Jumlahnya kan banyak tuh, jadi lumayan dapat uang tambahan dari situ," lanjutnya.
Boleh dibilang ini adalah proses simbiosis mutualisme antara penyelenggara negara dan masyarakatnya. Kebersihan bisa tetap terjaga, sementara masyarakatnya mendapatkan apresiasi untuk apa yang mereka lakukan demi menjaga kebersihan tersebut.
Beli Minuman di Fan Zone, Kembalikan Gelas Dapat Cashback
Seperti sudah sempat saya tuliskan juga ketika saya main di fan zone Friedensplatz, Dortmund. Setiap orang yang membeli bir di stall resmi di dalam fan zone akan dikenakan biaya sekitar 5-6 euro. Mereka bisa menikmati 250 mililiter bir selama nonton bareng.
Namun, yang menarik banyak orang-orang yang terus memegang gelas bir yang terbuat dari plastik itu, bahkan sampai mengumpulkannya hingga lebih dari 10 dengan cara ditumpuk.
Ternyata setelah selesai nonton, mereka kembali ke stall dan mengembalikan semua gelas dan menerima uang dari penjaga stall tersebut.
Bola.com pun penasaran dan bertanya kepada salah satu penjaga stall minuman. Berapa yang didapatkan oleh mereka yang mengembalikan gelas. Jawabannya cukup mengejutkan.
"Setiap kali gelas Anda kembalikan, Anda berhak mendapatkan 2 euro," jawabnya yang membuat Bola.com sedikit terkejut. Artinya jika ada orang yang mengembalikan gelas hingga 10 buah, maka ia akan mendapatkan 20 euro.
Jadi tidak heran jika ada orang-orang yang datang ke fan zone Euro 2024 kemudian hanya berkeliling untuk mencari gelas-gelas yang terbuang begitu saja.
Biasanya gelas-gelas itu berserakan karena fans banyak yang melemparkan gelas bir mereka ke arah suporter lain karena kecewa jika timnya kebobolan atau kalah.
Dan ketika itu terjadi, itu menjadi ladang bagi mereka yang berniat untuk mengumpulkan uang dari pengembalian gelas-gelas tersebut.
Advertisement