Bola.com, Jakarta - Ada sosok asal Indonesia yang mewarnai gegap gempita perhelatan Euro 2024 di Jerman. Dia adalah Budi Lomban Gaol yang berperan sebagai salah satu volunteer di Euro 2024.
Budi berhasil lolos dari persaingan ketat seleksi volunteer yang diikuti 146 ribu orang. Kemampuannya menguasai beberapa bahasa yaitu Inggris, Belanda, Jerman, Spanyol, dan Prancis menjadi salah satu faktor dirinya terpilih menjadi satu dari 16 ribu volunteer Euro 2024.
Baca Juga
Semangat Membara Bang Jay Idzes Menyambut Lanjutan R3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Maret 2025!
BRI Liga 1: Permohonan Persib Dikabulkan PT LIB, Duel Lawan Bali United Resmi Diundur
Gary Neville Ngamuk-Ngamuk ke Casemiro dan Rashford : MU Peringkat 13, Mainmu Jelek, Pelatih Baru Datang, Kalian Malah Liburan ke AS?
Advertisement
Ada lagi satu faktor yang tak kalah penting. Pria berusia pertengahan 40 tahun tersebut mengaku sangat menyukai sepak bola sejak dulu. Selain tahu banyak tentang seluk beluk sepak bola Jerman, dia juga pernah main di liga kasta terendah di Jerman, yaitu Kreisliga.
Pengalaman Budi bermain di Kreisliga begitu mengesankan. Meskipun hanya berkecimpung di kasta terendah liga, Budi bisa merasakan keseriusan Jerman dalam memandang dan mengurus sepak bola. Mereka tidak pernah main-main untuk urusan sepak bola.
"Sistem pembinaan sepak bola di Jerman benar-benar berjenjang. Ada Bundesliga teratas yang berisi klub-klub seperti Bayern Munchen, Borussia Dortmund, dan lain-lain. Setelah itu Bundesliga 2, kemudian Bundeliga 3 yang berisi tim B klub-klub besar, ini sudah masuk level amatir," kata Budi, dalam percakapan dengan Bola.com, Rabu (10/7/2024).
"Level selanjutnya adalah Regional Liga, Oberliga, Verbandsliga. Kemudian masih ada tiga atau empat tingkat lagi di bawahnya. Nah, Kreisliga ini paling bawah, seperti liga kampung. Pesertanya perkumpulan sepak bola yang ada di Jerman."
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ngenes tapi Happy
Kreisliga ini tingkatnya di kasta terbawah sepak bola Jerman, biasanya jadi ajang menyalurkan hobi. Siapa saja boleh bergabung di perkumpulan sepak bola yang berkompetisi di Kreisliga. Guru, dokter, tukang ledeng, pekerja lainnya, mahasiswa hingga pelajar diterima dengan tangan terbuka.
Budi mengaku bergabung ke salah satu perkumpulan sepak bola, yaitu Sg Wachsnburg Haaraausen, di Thuringen, Jerman. Thuringen adalah salah negara bagian yang dulunya terletak di wilayah Jerman Timur. Posisi bermainnya adalah bek kiri.
Saat itu, dia sedang menjalani program doctoral di kota tersebut. Gara-gara sangat menggandurugi sepak bola, Budi pun gabung ke Sg Wachsnburg Haaraausen, yang didirikan sejak 1984. Dia bermain di perkumpulan sepak bola tersebut pada periode 2004-2005, tak sampai satu musim. Budi terpaksa menghentikan hobinya tersebut karena sakit dan diminta dokter untuk beristirahat.
"Kalau dulu belum ada aturan umur, jadi siapa saja bisa bergabung. Ada yang dokter, guru, tukang bengkel, yang mau masuk tentara, mahasiswa, anak SMA," kenang pria yang lahir di Jakarta tersebut.
Saat itu, pemain Sg Wachsnburg Haaraausen berjumlah 30 orang dan hampir semuanya orang Jerman, kecuali dua orang Indonesia. Mereka adalah Budi dan rekannya asal Surabaya, Ardi.
"Ardi yang mengajak saya untuk main bola dekat rumahnya. Waktu itu posisi saya cadangannya pemain cadangan. Kalau pertandingan tidak pernah diturunkan, tapi kalau kalah ikut menanggung konsekuensi. Kalau memang kami dipuji pelatih, kalau ada sedikit uang yang kami makan barbeque bersama-sama. Kalau kalah ya kami dihukum lari keliling kampung bolak-balik dua kali," ungkap Budi.
"Nah, Ardi lebih sering main di lapangan, walaupun juga pemain cadangan. Kami ngenes tapi happy. Ardi pernah masuk berita di koran lokal lho. Jadi saat itu dia masuk sebagai pemain cadangan. Belum lima menit kena kartu kuning, tetapi menjelang menjelang menit terakhir dia bikin gol. Walaupun golnya busuk, tetap gol dan masuk koran," imbuh Budi sambil tertawa renyah.
Advertisement
Pengelolaan Tetap Serius
Jangan bayangkan liga kampung di Jerman seperti tarkam di Indonesia yang tanpa aturan. Tak ada istilah main sesuka hati. Jerman selalu memandang pertumbuhan sepak bola sepak sebagai sesuatu yang serius.
Budi dan setiap orang yang mau bergabung ke perkumpulan sepak bola di level Kreisliga tetap dituntut punya komitmen berlatih. Dia harus mengajukan izin bermain ke DFB atau Federasi Sepak Bola Jerman, untuk bergabung ikut perkumpulan sepak bola.
Di Sg Wachsnburg Haaraausen, Budi biasanya berlatih dua kali dalam sepekan, Senin dan Selasa, atau Rabu dan Kamis. Mereka kemudian ada jadwal bertanding pada Sabtu atau Minggu.
Seperti apa menu latihan yang dilakoni Budi selama gabung di Sg Wachsnburg Haaraausen? Ternyata, menu latihannya sederhana, passing, taktik, lari, passing lagi, skema permainan, dan seterusnya. Di perkumpulan sepak bola seperti Sg Wachsnburg Haaraausen belum sampai ada penggunaan video analisis. Namun, untuk level sekolah sepak bola (SSB), sudah memakai video analisis.
"Jadi saat bermain setelah mengoper bola, kami harus lari lagi. Setelah lari, komunikasi dengan pemain setim. Di situ kami belajar punya chemistry satu sama lain," kata Budi, yang merampungkan pendidikan S1 di Bandung, Jawa Barat, itu.
Nah, pengelolaan perkumpulan sepak bola yang bertanding di Kriesliga juga tidak asal-asalan. Mereka harus punya kurikulum latihan dan taktik yang terverifikasi DFB. Pelatihnya pun juga harus bersertifikasi. Benar-benar sangat jauh di awang-awang dibandingkan sistem di sepak bola Indonesia. Padahal, semua itu sudah dialami Budi sekitar 20 tahun lalu. Kini, sistemnya sudah makin disempurnakan.
"Cara bermain di Kreisliga itu keras, tapi fair play. Mengutamakan kerja sama tim. Selama bermain apa pun yang terjadi di lapangan harus fokus pada skema yang diterapkan. Tidak boleh bermain terlalu individu," tutur Budi, yang sudah 25 tahun tinggal di Jerman, tepatnya sejak menuntut ilmu S2 dan S3 di Thuringen.
"Cara berpikirnya mungkin kolot, tetapi prinsip sepak bola itu berhasil membuat Jerman bisa empat kali juara dunia dan tiga kali juara Piala Eropa. Sepak bola Jerman berorientasi pada hasil," sambung pria yang memiliki seorang putra dan seorang putri ini.
Meski Kreisliga hanya liga antarkampung, Budi menyebut selalu ada pemandu bakat yang memantau. Jika ada anak yang terlihat berbakat, mereka akan langsung diarahkan ke jalur yang menjanjikan, seperti dimasukkan ke akademi sepak bola klub besar. Namun, biasanya ini hanya berlaku untuk anak-anak yang masih berusia di bawah 10 tahun.
Ikuti Kiprah Persija, PSMS, dan Timnas Indonesia
Kini, Budi lebih banyak sibuk bergelut dengan pekerjaannya sebagai Senior Manager Siemens. Di tengah kesibukannya tersebut, Budi meluangkan waktu untuk menjajal peruntungan menjadi volunteer di Euro 2024. Ternyata, dia masuk seleksi di tengah persaingan yang sangat ketat.
Sepak bola bukan sesuatu yang asing bagi Budi. Sejak dulu dia sudah sering datang ke stadion untuk menonton tim kesayangannya. Ada dua klub Indonesia yang disukai Budi, PSMS Medan dan Persija Jakarta.
"Kalau pulang ke Jakarta, saya akan usahakan nonton Persija ke stadion," tutur Budi.
Jika bicara klub luar negeri, Budi ternyata mendukung beberapa klub. Sudah pasti ia mendukung Bayern Munchen karena kini menetap di Munich, sedangkan di Liga Inggris klub favoritnya adalah Liverpool.
"Kalau di Liga Spanyol saya kadang mendukung Real Madrid, kadang Barcelona. Kalau di Italia sekarang animonya sudah kurang, tapi saya suka Timnas Italia, terutama cara bermainnya."
Budi juga setia mengikuti sepak terjang Timnas Indonesia meskipun hanya memantau dari jauh. Dia menilai Timnas Indonesia menunjukkan perkembangan pesat di era Shin Tae-yong, terutama cara bermainnya.
Ia berdoa Timnas Indonesia bisa membukukan hasil apik di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, meski tergabung di grup neraka bersama Jepang, Australia, Arab Saudi, China, dan Bahrain.
"Di putaran ketiga kita tidak boleh menuntut terlalu banyak, karena Indonesia di grup neraka. Kini mental pemain semakin baik. Kita juga banyak pemain diaspora yang bermental didikan Eropa," kata Budi.
"Meski begitu kita tetap harus perbaiki sistem sepak bola di Indonesia, liganya juga perlu dibagusin, masyarakat juga butuh mendapat edukasi tentang sepak bola, bahwa berbeda pendapat dalam sepak bola dan berbeda tim yang dijagokan bukan menjadi pemecah. Mau saling respek satu sama lain," imbuhnya menutup perbincangan.
Advertisement