Jakarta Kota Sheffield dikenal sebagai kota industri baja. Sebuah industri yang sudah muncul di sana sejak abad ke-16. Dan di kota ini juga pertama kali temuan baja tak berkarat membuat banyak orang terpukau, tepatnya pada tahun 1912.
Jauh setelah penemuan itu, tepatnya pada 5 Maret 1993, bahan yang nantinya akan menjadi elemen penting di benteng baja nan kokoh pertahanan timnas Inggris dilahirkan. Adalah Harry Jacob Maguire, putra asli Sheffield yang mewarisi darah baja terkuat tiada berkarat dan menyalurkannya di benteng pertahanan The Three Lions di Piala Dunia 2018 tahun ini.
Baca Juga
Advertisement
Ketika namanya mulai menarik perhatian Gareth Southgate, dan mendapatkan panggilan memperkuat timnas senior Inggris, banyak yang meragukan talentanya. Pasalnya, pengalaman internasionalnya bersama Inggris hanya sekali bermain di Inggris U21 dan 'hanya' bermain di klub seperti Leicester City.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Karir Sepakbola
Sebagaimana anak-anak Inggris, bermain sepakbola adalah olahraga 'wajib' di setiap harinya, dan bermimpi menjadi pesepakbola profesional adalah fardhu ain bagi mereka. Dan tak berbeda pula bagi Harry Maguire kecil.
Tumbuh dan besar di Sheffield, Maguire menimba ilmu sepakbolanya di tim muda Sheffield United. Pada usia menginjak 18 tahun, namanya sudah menjadi langganan tim utama Sheffield United, dan itu pula yang tak membuat heran ketika baru berusi 20 tahun, Maguire sudah memiliki pengalaman bermain lebih dari 160 pertandingan profesional.
Bermain di klub lokal seperti Sheffield yang berkompetisi di Championship dan kemudian di League One, nyatanya justru disyukuri oleh Maguire. Karena itu pula, kemampuannya benar-benar terlatih sejak usia sangat muda, di saat pemain muda lain seusianya yang ada di klub Premier League masih menunggu kesempatan dipercaya oleh pelatih.
"Satu hal yang jelas adalah bahwa ketika anda bermain di liga yang lebih rendah, anda mendapatkan pengalaman dengan bermain setiap pekan, di mana ini benar-benar berharga, terutama sebagai pemain muda," terangnya kepada Independent.
"Anda bisa lihat banyak para pemain di Premier League yang sangat bertalenta di usia muda, tapi tak benar-benar bermain atau menembus tim utama sampai usia 21 atau 22 tahun," tambahnya.
"Di sekitar usia 20 tahun, saya telah bermain sekitar 160 pertandingan, di mana itu cukup banyak untuk pemuda di usia itu. Anda lihat beberapa pemain yang mungkin tak mendapatkan kesempatan itu. Bila anda tak bermain, anda tak bisa meningkatkan diri, serius. Anda tak bisa membangun pengalaman anda sebagai pemain," tandasnya.
Setelah empat musim di Sheffield United, dan tampil gemilang di sana, termasuk terpilih menjadi pemain terbaik Sheffield United untuk tiga musim beruntun, dan masuk PFA Team of the Year League One tiga musim beruntun, Maguire bergabung dengan Hull City pada Juli 2014.
Setelah dua musim pertama yang berjalan sedikit sulit bagi Maguire, termasuk dipinjamkan ke Wigan, perjalanan karir pesepakbola bertinggi 194 cm tersebut mulai menarik perhatian di tahun ketiganya di Hull. Di dua tahun terakhirnya itu, Maguire tampil solid di pertahanan dan sukses membawa Hull promosi ke Premier League musim 2016-2017.
Tampil gemilang di Hull, pada 15 Juni 2017 Maguire bergabung dengan Leicester City dengan biaya 12 juta poundsterling. Di tahun pertamanya, ketangguhan Maguire semakin teruji. Di tahun itu juga dia terpilih sebagai pemain terbaik Leicester.
Seiring performa gemilangnya bersama Leicester yang mendapatkan banyak pujian, di saat yang sama kesempatan untuk membela timnas Inggris juga datang.
Setelah terakhir kali mendapatkan panggilan memperkuat timnas Inggris U-21 pada 2012 silam, Maguire mendapatkan panggilan pertamanya pada 24 Agustus 2017. Pelatih Inggris, Gareth Southgate saat itu memanggil Maguire untuk pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2018 melawan Malta dan Slovakia, meskipun baru menjalani debut ketika Inggris menang 1-0 melawan Lithuania di pertandingan terakhir kualifikasi penyisihan grup Piala Dunia zona Eropa.
Setelah penampilannya itu, Maguire selalu menjadi pilihan pertama Southgate di pertandingan-pertandingan timnas Inggris. Termasuk di putaran final Piala Dunia 2018, menyingkirkan mantan kapten The Three Lions, Gary Cahill yang harus puas duduk di bangku cadangan.
Advertisement
Bersinar di Rusia
Pilihan Gareth Southgate tak salah. Bermain di sebelah kiri dalam sistem pertahanan 3 bek yang diusung Inggris, Maguire tampil begitu solid dan kokoh. Bersama John Stones di tengah dan Kyle Walker di kanan, kombinasi tersebut menjadi salah satu alasan kenapa gawang Inggris baru kebobolan empat gol hingga perempat final.
Salah satu bukti bagaimana begitu dominannya Maguire di pertahanan adalah data dari Opta. Menurut catatan hingga perempat final, atau setelah mengalahkan Swedia. Harry Maguire tercatat sebagai bek dengan statistik kemenangan di duel udara terbanyak di Piala Dunia 2018, yakni dengan 33 kemenangan duel udara.
Salah satu yang mungkin menjadi kemenangan di duel udara yang paling penting baginya adalah ketika mencetak gol pertama ke gawang Swedia di perempat final lalu. Secara total, Maguire memenangkan 10 duel udara di pertandingan itu.
Dari data Whoscored, Maguire juga memiliki rata-rata statistik yang gemilang di lima pertandingan yang dia mainkan. Dari sisi defensif, Maguire tercatat melakukan 1 tekel sukses di tiap pertandingan, 0,8 blok, 2 sapuan, 87,3 persen umpan sukses dan juga memiliki satu gol dan satu assist. Sebuah catatan luar biasa bagi seorang bek yang baru tahun lalu mendapatkan kepercayaan tampil di level internasional.
Panen Pujian
Seiring bersinarnya performa Maguire di Piala Dunia 2018, pujian pun mulai berdatangan menghampiri. Salah satu pujiannya datang dari Martin Keown, mantan bek timnas Inggris.
"Dia memiliki kekuatan. Setiap kali berduel udara, dia seperti mengatakan 'itu adalah bola saya, tak boleh ada orang lain yang mendapatkannya'. Dia melompat ke udara dan lihat power dalam sundulannya. Luar biasa" puji Keown usai pertandingan Inggris vs Swedia.
"Kehadirannya di dalam tim Inggris nyaris sebesar patung Bobby Moore di luar Wembley," tutupnya.
Tak mau ketinggalan, pelatih timnas Inggris, Gareth Southgate juga memberikan pujian kepada Maguire.
"Maguire telah menjadi raksasa di kedua sisi kotak penalti sepanjang turnamen. Saya sangat senang. Ketika saya mengawasinya selama musim ini, saya sangat ingin dia tetap fit karena saya pikir ini adalah tahap di mana saya yakin dia bisa bermain," ucap Southgate.
Mengamini apa yang dikatakan oleh banyak orang, Gary Neville juga memberikan pujian kepada bek Leicester City itu.
"Saya bisa bilang bahwa dia [Maguire] sudah tampil dengan brillian. Dia memiliki keberanian untuk bermain lebih ke tengah dan menunjukan otoritasnya di area itu. Apa yang dia lakukan itu benar-benar fantastis." puji Neville.
Advertisement
Tugas Berat di Semifinal
Dengan banyaknya harapan yang digantungkan kepada timnas Inggris setelah mereka melaju hingga semifinal, para penggawa Tiga Singa mau tak mau harus tetap fokus dan tak boleh jemawa. Pasalnya, di partai semifinal mereka sudah ditunggu oleh salah satu kejutan Kroasia yang di babak sebelumnya sukses menyingkirkan Rusia dan Denmark. Bahkan saat penyisihan grup, Kroasia mampu mengalahkan Argentina tiga gol tanpa balas.
Mampukah Inggris mengakhiri penantian gelar mayor pertama mereka sejak terakhir juara pada Piala Dunia 1966 silam? Menarik untuk dinanti.
Sumber: Bola.Net