Bola.com, Jakarta - Semifinal Piala Dunia 2018 akan tersaji di laga Prancis vs Belgia dan Kroasia vs Inggris. Inikah representasi kualitas sepabola dunia yang berlangsung pada Piala Dunia Rusia 2018?
Advertisement
Baca Juga
Kita tidak perlu kesepahaman dalam menilai situasi ini. Berbeda sudut pandangan tentu sah-sah saja, baik yang setuju maupun sama sekali jauh dalam cara memberi penilaian.
Buat kalangan penggemar Brasil, Argentina, dan Jerman berhak mengatakan bahwa tanpa ketiga negara ini, Piala Dunia seperti sayur tanpa garam. Tidak menarik dan tanpa kualitas memadai, apalagi terjadi all-European semifinal, tidak satupun ada wakil Amerika Latin.
Opini lain menyebutkan bahwa keempat semifinalis ini merupakan potret berwarna cerah sepakbola modern. Tim yang membuka peluang bagi para pemain muda dan tidak lagi menuntut lebih dari pemain super-star.
Permainan kolektif, menyingkirkan model yang mengutamakan ego dan kehebatan sendiri sudah ditinggalkan. Contoh paling nyata soal kesetaraan kemampuan ditampilkan Belgia. Lihat, dari 14 gol yang tercipta, tercatat 9 pemain yang mampu mencetak gol.
Belgia, pendatang baru di elite 4 Besar paling menarik perhatian. Pasukan Red Devils ini memetik sukses melalui sentuhan pelatih asal Spanyol yang berkarir di Liga Inggris, Roberto Martinez.
Pelatih ini meramu kekuatan tim pemain muda didukung sebagian senior yang tak satu pun main di liga lokal. Kekompakan tim dan permainan agresif itulah pilihan Martinez, dan mampu dijalankan karena dukungan fisik luar biasa.
Pola pikir mengutamakan pemain muda juga diterapkan Didier Deschamps bagi Les Bleus, Prancis. Tidak tanggung-tanggung, ia memasukkan Kylian Mbappe (19) menjadi ujung tombak termuda didampingi pemain senior, Oliver Giroud (31).
Walau mendapat kritikan karena tidak memasukkan nama-nama besar, tapi Deschamps tetap kukuh. Ia mencoret bintang Real Madrid, Karim Benzema, begitu juga dengan Adrien Rabiot (Paris Saint-Germain), Kingsley Coman (Muenchen), Alexandre Lacazette (Arsenal) dll.
Berbeda dengan striker tim lain yang selalu mencetak gol, Oliver Giroud malah belum membukukan satu gol pun. Menurut Deschamps, hal itu tidak masalah karena Giroud punya peran penting dalam tim.
Sementara pelatih Inggris Gareth Southgate, yang awalnya diragukan punya kapasitas menangani The Three Lions punya gaya sendiri. Ia tidak tergiur pada kemilau bintang semacam Joe Hart dan Wayne Rooney.
Southgate memilih 10 pemain ‘ingusan’ yang belum pernah sama sekali merasakan atmosfir Piala Dunia. Ini bukan perjudian, tapi pilihan tepat mengutamakan kekompakan dan kebersamaan secara tim.
Sejauh ini, pilihan Southgate sudah tepat. Inggris melaju ke semifinal dengan torehan 11 gol. Bedanya dengan Belgia yang merata, urusan menjebol gawang menjadi tugas pokok striker sekaligus kapten, Harry Kane – 6 gol.
Dua puluh tahun silam Davor Suker cs. mengejutkan dunia dengan keberhasilan menjadi juara ketiga di Prancis. Tonggak kokoh itu terus menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk lebih mencintai sepakbola.
Tahun ini di Rusia 28, impian yang lebih tinggi dipanjatkan. Kapten Luka Modric mau melangkah lebih maju lagi. Pelatih berpenampilan tenang, Zlatko Dalic tahu betul bagaimana memilih pemain inti dan membangun kesebelasan tangguh.
Mengutamakan pemain muda bukan prioritas Dalic. Bagaimana menguasai lapangan tengah, kemudian melakukan tekanan kuat secara efektif, itu yang diterapkan kepada Ivan Rakitic cs.
Lima kali bertanding, Kroasia membukukan 10 gol. Hati-hati, dari 10 gol itu tercatat 8 pemain yang mampu membobol gawang lawan. Ini membuktikan potensi dan kekuatan merata pada setiap pemain.
Walau tanpa wakil Amerika Latin, semifinal Piala Dunia 2018 ini boleh disebut sangat bagus. Ada dua juara dunia: Inggris (1966) dan Prancis (1998) serta dua penantang baru: Belgia dan Kroasia.
Ini pertama akan tercipta sejarah baru sepakbola dunia. Jadilah saksi!