Sukses


    4 Duel Klasik Timnas Indonesia kontra Singapura di Pentas Piala AFF

    Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia akan meladeni tuan rumah Singapura di laga perdana penyisihan Grup B Piala AFF 2018 di Stadion Nasional Singapura, Jumat (9/11/2018).  Kubu lawan tak boleh dipandang remeh. Tim Negeri Singa selalu jadi rival yang menyulitkan bagi Tim Merah-Putih.

    Bersama Thailand, Singapura jadi pelanggan juara Piala AFF. Bhaihaki Khaizan cs. total sudah lima kali jadi kampiun pada episode 1998, 2004, 2007, dan 2012.

    Sementara itu, Timnas Indonesia paling banter hanya bisa menjadi runner-up. Total enam kali Tim Garuda jadi tim nomor dua di turnamen sepak bola paling bergengsi di kawasan Asia Tenggara. Yakni pada tahun: 1996, 2000, 2002, 2004, 2010, dan 2016.

    Para pemain Timnas Indonesia merayakan keberhasilan menaklukkan Singapura pada laga Piala AFF 2016 di Filipina, Jumat (25/11/2016). Kemenangan ini mengantar Indonesia lolos ke babak semifinal. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun))

    Di edisi 2018 ini Singapura yang diasuh Fandi Ahmad memaksimalkan banyak pemain belia. Sama seperti Timnas Indonesia, yang memberdayakan young guns U-23 veteran Asian Games 2018.

    Bola.com merangkum laga-laga klasik yang mempertemukan Timnas Indonesia kontra Singapura di ajang Piala AFF. Simak keseruannya.

     

    Sajian liputan eksklusif Timnas Indonesia di Piala AFF  2018 bisa pembaca nikmati dengan mengklik tautan ini

    Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

    2 dari 5 halaman

    Semifinal Piala AFF 1998

    Piala AFF 1998 menyisakan sejarah kelam bagi Timnas Indonesia. Kasus sepak bola duel Tim Merah-Putih melawan Thailand tersaji di fase akhir penyisihan. 

    Tidak diduga, pertandingan yang diprediksi berjalan panas karena dua tim terbaik di Grup A berhadapan, justru memunculkan keanehan sejak awal pertandingan. Kedua tim bermain dalam tempo lambat dan tampak tidak bergairah untuk memenangi pertandingan.

    Situasi membaik kala Miro Baldo Bento menjebol gawang Thailand pada menit ke-53. Kemudian susul-menyusul skor terjadi. Thailand lantas menjebol gawang Indonesia yang dikawal Kurnia Sandy. Indonesia balas memimpin 2-1 lewat gol Aji Santoso menit ke-84 dan segera disamakan Thailand dua menit kemudian.

    Di pengujung waktu normal, kejadian menyesakkan ini terjadi. Adalah Mursyid Effendi yang jadi pelaku gol bunuh diri pada menit ke-90 yang membuat Indonesia kalah 2-3.

    Gol bunuh diri itu tidak hanya mengagetkan penonton di Stadion Thong Nat, Ho Chi Minh, Vietnam, namun juga suporter setia Indonesia yang berada di Tanah Air menyaksikan siaran langsung lewat layar kaca. Nyaris tidak ada yang percaya gol bunuh diri itu terjadi, membuat Indonesia kalah dan jadi runner-up

    Unsur kesengajaan dalam proses gol bunuh diri itu sangat jelas terlihat. Melalui layar kaca, penggemar sepak bola di Tanah Air tersentak karena seusai membobol gawang sendiri, Mursyid disambut beberapa rekan setim justru melakukan selebrasi.

    Motif menghindari Vietnam di semifinal diduga kuat sebagai alasan Timnas Indonesia dan Thailand enggan menang di partai terakhir penyisihan Grup A hingga akhirnya memilih memainkan sepak bola gajah. 

    Saat itu Vietnam dianggap menakutkan untuk dihadapi karena permainan yang diperlihatkan selama penyisihan grup. Padahal, justru Singapura yang keluar sebagai juara Grup B.

    Apesnya, rencana menghindari Vietnam di semifinal tetap tidak mampu membawa Indonesia ke final karena di semifinal, Yusuf Ekodono cs. dikalahkan Singapura 1-2 pada 3 September 1998. Sama seperti Indonesia, Thailand juga menyerah dengan skor 0-3 dari Vietnam.

    Gol kemenangan Singapura dicetak Rafi Ali (menit 12'), Nazri Nasir (30'). Sementara, sebiji gol Timnas Indonesia disumbang bomber berdarah Timor Leste, Miro Baldo Bento (34').

    Singapura akhirnya memenangi gelar juara Piala AFF 1998, gelar pertama mereka, setelah menundukkan tuan rumah Vietnam 1-0. Sedangkan Indonesia, mengakhiri Piala AFF 1998 dengan berada di peringkat ketiga setelah mengalahkan Thailand lewat adu penalti (5-4) setelah di waktu normal bermain sama kuat, 3-3.

    3 dari 5 halaman

    Final Piala AFF 2004

    Timnas Singapura adalah satu-satunya tim di babak grup yang mampu menahan imbang Indonesia dengan skor akhir tanpa gol. Publik sepak bola Indonesia pun menjadi yang pertama menyaksikan pertandingan puncak antara Tim Garuda dengan Singapura, seperti halnya yang terjadi di semifinal.

    Namun, kekecewaan kembali didapatkan oleh penggemar Tim Merah-Putih di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Singapura berhasil mencuri tiga gol terlebih dulu sebelum akhirnya Mahyadi Panggabean mencetak satu gol di menit terakhir pertandingan. Indonesia pun kalah 1-3 dalam leg pertama final Piala AFF 2004, di mana saat itu Boaz juga mengalami cedera karena tekel keras Baihakki Khaizan.

    Kekecewaan di Senayan pun tak membuat Timnas Indonesia gentar harus tampil di Stadion Nasional Kallang, Singapura, di leg kedua pertandingan final.

    Pengalaman mengejar ketertinggalan dari Malaysia di semifinal dan meraih kemenangan di laga tandang di babak empat besar itu membuat tim asuhan Peter Withe terbang ke Singapura dengan optimistis. Bahkan sang pelatih pun mengungkap tekad timnya untuk melakukan pembalasan.

    "Saya optimistis bisa bisa membalikkan keadaan pada final kedua di Singapura nanti," ujar Peter Withe dengan penuh keyakinan seperti dilansir Harian Republika, 9 Januari 2005.

    Namun, Singapura yang bermain imbang dengan Indonesia di fase grup tampaknya sudah menjadi lebih kuat di pertandingan puncak. Gol Elie Aiboy pada babak kedua tidak berhasil menyelamatkan Indonesia dari kekalahan 1-2 di pertandingan tersebut.

    Indonesia kalah 2-5 secara agregat dari Singapura dan untuk ketiga kali berturut-turut Timnas Indonesia harus membiarkan lawan di partai final mengambil trofi juara dari tangan mereka.

    Indonesia hanya melengkapi kegagalan setelah tiga edisi berturut-turut hanya selesai sebagai finalis. Namun, Timnas Indonesia juga melanjutkan tradisi dengan menjadikan Ilham Jaya Kesuma sebagai top scorer, melanjutkan prestasi Gendut Doni Christiawan dan Bambang Pamungkas di dua edisi Piala Tiger sebelumnya.

    4 dari 5 halaman

    Penyisihan Piala AFF 2007

    Tetapi, apa daya. Pada Piala AFF 2007 Indonesia bak dinaungi kesialan. Pasalnya, Indonesia sebenarnya mengumpulkan poin lima, poin yang sama dengan dua tim yang lolos semifinal dari Grup B, yaitu Singapura dan Vietnam. Tim Merah-Putih terjegal karena selisih gol kalah jauh dari dua negara itu.

    Vietnam dan Singapura punya selisih gol masing-masing 11 dan sembilan, sementara Tim Merah-Putih hanya surplus dua gol saja.

    Penyebab semua itu, kendati Indonesia tidak terkalahkan di tiga pertandingan penyisihan grup, Tim Garuda tidak mampu menang banyak atas tim yang dianggap terlemah di Grup B, yaitu Laos. Di Grup B, Indonesia tergabung bersama Laos, Vietnam, dan tuan rumah Singapura.

    Saat berjumpa Singapura, Timnas Indonesia bermain imbang 2-2. Gol Tim Merah-Putih dicetak duo striker: Ilham Jaya Kesuma (27') dan Zaenal Arief (56'). Sementara itu, gol Tim Singa dilesakkan Noh Alam Shah (10') (pen), Indra Sahdan (52').

    Kegagalan Timnas Indonesia lolos ke semifinal membuat pelatih Peter Withe kehilangan jabatan. Ia kemudian digantikan oleh nahkoda asal Bulgaria, Ivan Kolev.

    5 dari 5 halaman

    Penyisihan Piala AFF 2016

    Timnas Indonesia berhasil lolos ke semifinal Piala AFF 2016 setelah secara dramatis mengalahkan Singapura dengan skor 2-1 pada laga terakhir penyisihan Grup A di Stadion Rizal Memorial, Jumat (25/11/2016).

    Sempat tertinggal terlebih dahulu pada babak pertama, Tim Garuda bangkit pada babak kedua dan mencetak gol melalui Andik Vermansah dan Stefano Lilipaly. Indonesia lolos sebagai runner-up dengan merangkum empat poin. Tim Garuda melangkah ke semifinal bersama Thailand.

    Thailand yang terlebih dulu lolos berhasil mengalahkan Filipina dengan skor 1-0. Pelatih Alfred Riedl melakukan perubahan dengan mencadangkan Lerby Eliandry. Sebagai pengganti Lerby, Riedl memainkan Bayu Pradana untuk memperkuat lini tengah.

    Tampilnya Bayu membuat Evan Dimas menjadi penyerang lubang. Sementara itu, Stefano Lilipaly tampil sebagai pengatur serangan. Timnas Indonesia bermain dengan formasi 4-2-3-1, setelah di dua laga sebelumnya bermain dengan patron klasik 4-4-2.

    Timnas Indonesia sendiri menyudahi turnamen sebagai runner-up. Mengalahkan Vietnam di laga semifinal, Boaz Solossa dkk. kalah agregat 3-2 dari Thailand.

    Walau gagal juara penampilan Timnas Indonesia sepanjang turnamen dipuji. Selepas menjalani sanksi FIFA berkecimpung di percaturan sepak bola internasional selama setahun, Indonesia bisa kembali menujukkan kelasnya sebagai negara elite di persaingan kawasan Asia Tenggara.

    Padahal persiapan jelang Piala AFF 2016 amat minimalis. Timnas Indonesia hanya menggelar pelatnas dengan sistem buka tutup tiga bulan jelang turnamen. Alfred Riedl pun harus mengalah, hanya memilih maksimal dua pemain dari klub kompetisi kasta elite Tanah Air tengah berjalan.

    Video Populer

    Foto Populer