Bola.com, Surabaya - Timnas Indonesia lagi-lagi harus menanggung malu dalam keikutsertaan di Piala AFF 2018. Tim Garuda takluk 2-4 dari Thailand pada penyisihan Grup B di Stadion Rajamangala, Bangkok, Sabtu malam (17/11/2018).
Advertisement
Baca Juga
Tim Merah-Putih mampu unggul terlebih dulu pada menit ke-29 berkat gol Zulfiandi. Namun, tim tuan rumah menunjukkan penampilan menggila dengan membalas empat gol.
Masing-masing gol Thailand dicetak Korrakot Wiriyaudomsiri (31’), Pansa Hemviboon (45+3’), Adisak Kraisorn (65’), dan Pokkhao Anan (74’). Kemudian, Timnas Indonesia sempat menambah gol lewat Fachruddin Aryanto jelang bubaran.
Ini merupakan kekalahan kedua Timnas Indonesia dalam turnamen dua tahunan pada edisi kali ini. Sebelumnya, Stefano Lilipaly dkk. kalah, juga pada laga tandang pula melawan Singapura dengan skor 0-1 (9/11/2018).
Alhasil, Timnas Indonesia baru berhasil mengemas tiga poin hasil satu kemenangan melawan Timor Leste (13/11/2018). Tim asuhan Bima Sakti itu harus menghuni peringkat keempat di klasemen
Peluang untuk lolos ke semifinal memang masih ada, namun sangat kecil. Sebab, Skuat Garuda harus bergantung pada hasil tim lain, yaitu Singapura dan Filipina, yang memiliki peluang lebih besar.
Pada pertandingan melawan Thailand, Timnas Indonesia terlihat tidak berdaya meladeni permainan tuan rumah. Skuat Gajah Perang mampu menunjukkan ketenangan dan bermain cerdas untuk menekan tim tamu.
Hasil negatif ini mendapat respons dari pengamat sepan bola asal Jawa Timur, Hanafing. Kepada Bola.com, pemain Timnas Indonesia era 1980-an dan 1990-an itu menguraikan analisisnya terkait pertandingan ini. Berikut ulasannya:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Terlalu Bermain Bertahan
Selama pertandingan, pemain Timnas Indonesia terlihat kesulitan menghadapi gaya bermain Thailand. Lini pertahanan kerap kali kecolongan dengan mudah karena lawan mampu memberikan tekanan.
Pilihan memakai cara ini tidak diimbangi kemampuan menjaga pergerakan lawan dengan baik. Thailand justru leluasa mencari celah untuk menembus barisan belakang Timnas Indonesia.
"Coach Bima Sakti menerapkan pola bermain defensive football, menguatkan pertahanan dan mengandalkan serangan balik dari kaki ke kaki. Jika bermain bertahan, pemain belakang harus kuat dalam duel man to man marking," ucap Hanafing.
Selama pertandingan, pemain Thailand kerap menembus kotak penalti Timnas Indonesia dengan mudah. Upaya untuk menghalau serangan itu juga tidak maksimal.
Advertisement
Banyak Melakukan Kesalahan Dasar
Lini belakang skuat Garuda mendapat banyak sorotan akibat kebobolan empat gol ini. Rapuhnya pertahanan membuat penjaga gawang Awan Setho terpaksa berkali-kali memungut bola dari gawangnya.
Lini pertahanan juga banyak melakukan kesalahan yang mendasar yang berhasil dieksploitasi lawan. Hal itu bahkan terjadi berulang kali.
Sebagai contoh, stoper sekaligus kapten Hansamu Yama, melakukan salah umpan pada pertengahan babak pertama. Kecerobohan itu dimanfaatkan pemain Thailand untuk melakukan serangan, meski saat itu gagal berbuah gol.
"Di babak pertama, pertahanan Timnas Indonesia banyak melakukan kesalahan mendasar. Hansamu selaku kapten, dan juga penjaga gawang (Awan Setho) tidak fokus sehingga terjadi gol," urai mantan pemain NIAC Mitra itu.
Keputusan menurunkan Awan Setho juga menjadi tanda tanya mengingat Andritany Ardhiyasa selalu berada di mistar di dua laga pertama. Bima Sakti sempat mengungkap alasan, Awan mampu menunjukkan kemampuannya selama latihan hingga masuk sebagai starter pada laga ini.
Thailand Bermain Sabar
Hanafing menilai Thailand mampu bermain dengan sabar saat menghadapi Timnas Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan gaya umpan pendek tiki taka yang kurang tenang dihadapi Skuat Garuda.
"Pemain Thailand bermain sabar dengan sentuhan bola dari kaki ke kaki, tiki taka ala Thailand dan pemain Timnas Indonesia tidak bisa mengantisipasinya sehingga sangat mudah pemain Thailand menerobos pertahanan Timnas Indonesia," jelas pria berlisensi kepelatihan A AFC itu.
"Begitu pula saat Thailand diserang, mampu menerapkan compact defense di lini tengah sehingga Timnas Indonesia sangat sulit menerobos pertahanan ketat Thailand. Di babak kedua, Thailand semakin perkasa menunjukkan tiki taka," imbuh pemain Timnas Indonesia yang meraih emas SEA Games 1991 itu.
Advertisement