Bola.com, Surabaya - Kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2018 melahirkan banyak kritikan pedas dari kalangan suporter. Mereka menganggap PSSI sebagai biang kegagalan Tim Merah-Putih melangkah dari fase grup turnamen dua tahunan ini.
Advertisement
Baca Juga
Yang utama, penunjukan Bima Sakti sebagai pelatih kepala dirasa sangat kurang pas. Mantan kapten Timnas Indonesia itu dinilai masih minim pengalaman karena belum pernah menangani tim senior, bahkan level klub sekalipun.
Sepakat dengan itu, pengamat sepak bola Indonesia asal Jawa Timur, Hanafing, menilai pihak yang patut disalahkan atas kegagalan ini adalah PSSI. Pemegang otoritas tertinggi sepak bola Indonesia itu dinilai kurang tepat dalam penunjukan Bima Sakti sebagai pengganti Luis Milla.
"Sebenarnya, kalau untuk sementara, PSSI bisa menunjuk Fakhri Husaini (pelatih Timnas Indonesia U-16). Dia sudah menunjukkan prestasi dan menjuarai Piala AFF U-16 2018. Pengalamannya di level internasional juga sudah ada," kata Hanafing kepada Bola.com, Kamis (22/11/2018).
Lebih lanjut, Hanafing menyebut satu nama pelatih asing yang dinilai cocok untuk menggantikan Bima Sakti. Dia adalah arsitek PSM Makassar asal Belanda, Robert Alberts.
Robert Alberts selama ini dikenal sebagai satu di antara pelatih asing yang sudah lama berkiprah di Indonesia. Pelatih berusia 64 tahun itu pernah membawa Arema menjuarai ISL musim 2009-2010.
"Robert Alberts pernah membawa juara Arema. Dia juga sudah paham dengan sepak bola Indonesia. Jadi, saya pikir dia sangat pantas menjadi pelatih Timnas Indonesia. Apalagi, PSM yang ditanganinya menjadi salah kekuatan di Liga 1," imbuh pemain Timnas Indonesia era 1980-an dan 1990-an tersebut.
Di sisi lain, Hanafing juga menyebut nama pelatih Bali United, Widodo Cahyono Putro, sebagai pengganti yang pas. Dia berpendapat mantan striker Timnas Indonesia itu juga memiliki kapabilitas. Widodo pernah jadi asisten pelatih pada 2010 dan 2014, saat ditangani Alfred Riedl.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Widodo Cahyono Putro
Selain itu, Widodo membuat Bali United menjadi tim besar yang menghuni papan atas Liga 1 dalam dua musim terakhir. Belum lagi, pelatih berusia 48 tahun itu memiliki memori meraih medali emas SEA Games 1991 bersama Hanafing.
"Coach Widodo itu juga merupakan salah satu pelatih lokal berkualitas. Memang untuk melatih Timnas Indonesia itu tidak harus pelatih asing. Coach Widodo inilah salah satu pelatih dalam negeri yang pantas mendapat kesempatan," ucap Hanafing.
Bagi Hanafing, kriteria pelatih yang cocok untuk menangani Timnas Indonesia adalah memahami karakter pemain Indonesia dan gaya bermainnya. Hal itu sebenarnya sudah terlihat saat Skuat Garuda di bawah arahan Luis Milla.
Hanafing kemudian memberikan contoh saat ia bergabung Timnas Indonesia di bawah arahan pelatih asal Rusia, Anatoli Polosin. Saat itu, Polosin terlihat berusaha memahami tim asuhannya dan butuh dua tahun untuk meraih medali emas SEA Games 1991.
"Coach Polosin hanya enam bulan di sini sudah lancar berbahasa Indonesia. Itu salah satu modal untuk bisa berkomunikasi bersama pemain dengan lancar. Dia juga tidak main-main, butuh kerja keras ekstra, dan membuat kami meraih medali emas, gelar bergengsi terakhir yang didapat Timnas Indonesia," lanjut mantan pemain NIAC Mitra itu.
Advertisement