Bola.com, Jakarta - Piala AFF 2020 sempat ditunda dan kini dipastikan bakal digelar pada penghujung tahun ini. Timnas Indonesia tentu punya sejarah manis dan juga kelam di turnamen paling bergengsi Asia Tenggara ini.
Ya, kelam, siapa bisa melupakan momen negatif pada Piala AFF 1998 yang saat itu masih disebut dengan Piala Tiger. Kasus sepak bola gajah merusak reputasi Tim Merah-Putih saat itu.
Baca Juga
3 Fakta Seretnya Gol Timnas Indonesia di Piala AFF 2024: Lini Depan Tumpul, STY Nggak Punya Solusi!
Pelatih Persija Sedih Timnas Indonesia Tersingkir dari Piala AFF 2024, Berharap Dony Tri dan Muhammad Ferarri Ikut Away ke Malut United
Deretan Biang Kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 Versi Pengamat
Advertisement
Ya, bila dibandingkan kiprah Timnas Indonesia pada ajang ini, insiden sepak bola gajah yang terjadi pada babak penyisihan, lebih menyita perhatian.
Kejadian bermula ketika Timnas Indonesia tergabung di Grup A bersama Thailand, Myanmar, dan Filipina. Ketika itu Thailand dan Indonesia mendominasi penyisihan grup.
Indonesia mengawali pertandingan pertama Grup A dengan baik. Filipina ditundukkan 3-0. Di laga kedua, giliran Myanmar yang dihajar 6-2 oleh Bima Sakti dkk. Sementara Thailand, imbang 1-1 dengan Myanmar dan menang 3-1 atas Filipina.
Alhasil, Timnas Indonesia yang kala itu dilatih Rusdy Bahalwan (almarhum) dan Thailand memastikan diri tampil di semifinal. Penentuan juara dan runner-up grup ditentukan pada duel terakhir (laga ketiga), yang mempertemukan keduanya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Mursyid Jadi Kambing Hitam
Tidak diduga, pertandingan yang diprediksi berjalan panas karena dua tim terbaik di Grup A berhadapan, justru memunculkan keanehan sejak awal pertandingan. Kedua tim bermain dalam tempo lambat dan tampak tidak bergairah untuk memenangi pertandingan.
Situasi membaik kala Miro Baldo Bento menjebol gawang Thailand pada menit ke-53. Kemudian susul-menyusul skor terjadi. Thailand lantas menjebol gawang Timnas Indonesia yang dikawal Kurnia Sandy. Indonesia balas memimpin 2-1 lewat gol Aji Santoso menit ke-84 dan segera disamakan Thailand dua menit kemudian.
Di pengujung waktu normal, kejadian menyesakkan ini terjadi. Adalah Mursyid Effendi yang jadi pelaku gol bunuh diri pada menit ke-90 yang membuat Indonesia kalah 2-3.
Gol bunuh diri itu tidak hanya mengagetkan penonton di Stadion Thong Nat, Ho Chi Minh, Vietnam, namun juga suporter setia Indonesia yang berada di Tanah Air menyaksikan siaran langsung lewat layar kaca. Nyaris tidak ada yang percaya gol bunuh diri itu terjadi, membuat Indonesia kalah dan jadi runner-up.
Advertisement
Menghindari Vietnam
Unsur kesengajaan dalam proses gol bunuh diri itu sangat jelas terlihat. Melalui layar kaca, penggemar sepak bola di Tanah Air tersentak karena seusai membobol gawang sendiri, Mursyid disambut beberapa rekan setim justru melakukan selebrasi.
Motif menghindari Vietnam di semifinal diduga kuat sebagai alasan Timnas Indonesia dan Thailand enggan menang di partai terakhir penyisihan Grup A hingga akhirnya memilih memainkan sepak bola gajah.
Saat itu Vietnam dianggap menakutkan untuk dihadapi karena permainan yang diperlihatkan selama penyisihan grup. Padahal, justru Singapura yang keluar sebagai juara Grup B.
Apesnya, rencana menghindari Vietnam di semifinal tetap tidak mampu membawa Indonesia ke final karena di semifinal, Yusuf Ekodono cs. dikalahkan Singapura 1-2 pada 3 September 1998. Sama seperti Indonesia, Thailand juga menyerah dengan skor 0-3 dari Vietnam.
Singapura akhirnya memenangi gelar juara Piala AFF 1998, gelar pertama mereka, setelah menundukkan tuan rumah Vietnam 1-0. Sedangkan Indonesia, mengakhiri Piala AFF 1998 dengan berada di peringkat ketiga setelah mengalahkan Thailand lewat adu penalti (5-4) setelah di waktu normal bermain sama kuat, 3-3.