Bola.com, Jakarta - Satu momen indah pernah terjadi pada semifinal leg 2 Piala AFF (dulu masih Piala Tiger) 2004 di Stadion Bukit Jalil. Timnas Indonesia sukses membantai Malaysia 4-1, yang mana hasil ini mungkin jadi kemenangan paling manis Merah Putih dalam tiga dekade terakhir.
Timnas Indonesia berhasil mencetak hattrick di Piala AFF 2004 yang fase penyisihannya digelar di Vietnam dan Malaysia. Namun, hattrick yang dicetak Timnas Indonesia pada edisi terakhir kejuaraan tersebut dengan nama Piala Tiger adalah tiga kali menjadi runner-up berturut-turut.
Baca Juga
BRI Liga 1: Transisi Bertahannya Lemah, Persis Dibuat Tak Berdaya oleh Dua Winger Timnas Indonesia
Semangat Membara Bang Jay Idzes Menyambut Lanjutan R3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Maret 2025!
Erick Thohir Ingin Timnas Indonesia Tuntaskan Putaran 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan 12 Poin: Ada Bonusnya
Advertisement
Setelah menyelesaikan dua edisi sebelumnya, Piala Tiger 2000 dan 2002, sebagai runner-up karena kalah dari Thailand, Timnas Indonesia berangkat ke Vietnam dengan penuh percaya diri. Tim Garuda bermain di Vietnam karena bergabung di dalam Grup A, bersama tuan rumah Vietnam, Singapura, Laos, dan Kamboja.
Timnas Indonesia berangkat dengan dipimpin Peter Withe, yang baru saja gagal membimbing Tim Garuda di Kualifikasi Piala Dunia 2006. Namun, gagal di kualifikasi menuju Jerman tidak membuat Indonesia terlihat buruk di Piala Tiger 2004. Indonesia justru menjadi yang terbaik di Grup A, di mana Boaz Solossa hadir sebagai bintang muda yang cemerlang.
Setelah menang 6-0 atas Laos dan ditahan imbang 0-0 oleh Singapura, Timnas Indonesia meledak dalam dua pertandingan berikutnya. Boaz membantu Indonesia menghajar Vietnam 3-0 dan hattrick Ilham Jaya Kesuma membantu Tim Garuda membantai Kamboja 8-0.
Dua kemenangan telak itu membuat Timnas Indonesia lolos ke semifinal sebagai tim terbaik dengan jumlah gol terbanyak, yaitu 17 gol, dan menjadi satu-satunya tim yang tidak kebobolan sama sekali di fase grup. Peter Withe pun sukses membungkam keraguan publik pecinta sepak bola Indonesia yang kecewa karena kegagalan Indonesia di Pra-Piala Dunia 2006.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Duka di Senayan
Indonesia yang berhasil melangkah ke semifinal Piala Tiger 2004 menjadi tuan rumah pada leg pertama babak empat besar di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada 28 Desember 2004, dua hari setelah bencana besar Tsunami 2004 yang disebabkan gempa bumi di Samudra Hindia dan berdampak besar di Aceh.
Indonesia pun tengah berduka karena bencana skala besar yang terjadi di ujung barat wilayah Nusantara itu. Sayangnya, kecemerlangan Timnas Indonesia di Hanoi tidak berlanjut di Senayan dan tidak bisa menjadi pelipur lara publik Indonesia.
Suporter Indonesia ingin melihat Tim Garuda yang menghadapi Malaysia di semifinal bisa membungkam salah satu rival abadinya di ASEAN itu di stadion kebanggaan Indonesia.
Dalam pertandingan yang diawali dengan mengheningkan cipta untuk korban Tsunami 2004 itu, Indonesia sempat unggul lebih dulu melalui gol yang yang diciptakan Kurniawan Dwi Yulianto saat laga baru berjalan enam menit. Namun, keunggulan itu menjadi sebuah euforia semu karena Timnas Malaysia kemudian bangkit dan meraih kemenangan 2-1.
Kegagalan Timnas Indonesia di stadion utama di ibu kota itu membuat kemarahan pendukung Indonesia pun meledak. Hasilnya, Timnas Malaysia pun harus terkurung di dalam ruang ganti pemain selama berjam-jam sambil menunggu suasana panas berangsur-angsur mereda.
Kekalahan di Senayan sebenarnya memang harus dimaklumi. Ilham Jaya Kesuma yang menjadi goal hunter Timnas Indonesia, dan Boaz Solossa yang tampil cemerlang di babak grup tak bisa tampil di pertandingan leg pertama semifinal.
Ilham Jaya Kesuma terkena kartu merah saat menghadapi Kamboja, sementara Boaz pun terkena kartu kuning kedua dalam pertandingan terakhir babak grup itu.
Advertisement
Perfect Comeback, tapi...
Pembalasan terjadi di Stadion Nasional Bukit Jalil. Empat gol diciptakan oleh Kurniawan, Charis Yulianto, Ilham, dan Boaz, membuat Timnas Indonesia menang 4-1 dan lolos ke final dengan agregat 5-3. Untuk tiga kali berturut-turut Indonesia sukses melangkah ke pertandingan puncak, dan kali ini mereka menghadapi tim berbeda di partai puncak, yaitu Singapura.
Timnas Singapura adalah satu-satunya tim di babak grup yang mampu menahan imbang Indonesia dengan skor akhir tanpa gol. Publik sepak bola Indonesia pun menjadi yang pertama menyaksikan pertandingan puncak antara Tim Garuda dengan Singapura, seperti halnya yang terjadi di semifinal.
Namun, kekecewaan kembali didapatkan oleh penggemar Tim Merah-Putih di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Singapura berhasil mencuri tiga gol terlebih dulu sebelum akhirnya Mahyadi Panggabean mencetak satu gol di menit terakhir pertandingan. Indonesia pun kalah 1-3 dalam leg pertama final Piala AFF 2004, di mana saat itu Boaz juga mengalami cedera karena tekel keras Baihakki Khaizan.