Bola.com, Jakarta - Dalam hitungan pekan, Timnas Indonesia akan berkiprah di Piala AFF 2020. Turnamen paling bergengsi di Asia Tenggara itu bakal diputar di Singapura pada 5 Desember 2021-1 Januari 2022.
Sebelum turnamen elite tersebut dimainkan, ada baiknya untuk bernostalgia ke masa edisi sebelumnya. Ketika itu, Piala AFF masih memakai nama Piala Tiger.
Baca Juga
Koreografi Suporter Timnas Indonesia Viral di Jepang: Disebut Cerdas dan Masterpiece, Tanya Lirik Lagu Bernadya
Erick Thohir Buka Suara soal Kemungkinan Ole Romeny Dinaturalisasi Setelah Nonton Timnas Indonesia Vs Jepang di SUGBK, Kapan Salaman?
Cara Erick Thohir Menguatkan Eliano Reijnders: Tatapan Penuh Makna, Pelukan Hangat Sambil Mengusap Kepala
Advertisement
Timnas Indonesia kembali berhasil mencapai pertandingan puncak di Piala AFF 2002. Tetapi, seperti edisi 2000, tim berjuluk Skuad Garuda itu gagal meraih gelar juara.
Yang paling menyakitkan, Timnas Indonesia menelan pil pahit di depan publik sendiri. Pasalnya, pertandingan final melawan Thailand diselenggarakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
Pada Piala AFF edisi keempat ini, untuk kali pertama diperkenalkan dua negara menjadi tuan rumah bersama. Timnas Indonesia untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah di Piala AFF, juga pada Piala AFF 2002. Kala itu Jakarta, menggelar babak penyisihan Grup A sedangkan Singapura jadi tuan rumah Grup B.
Timnas Indonesia tergabung di Grup A bersama Vietnam, Myanmar, Kamboja, dan Filipina. Sementara Grup B dihuni Malaysia, Thailand, Singapura, dan Laos.
Pada penyisihan Grup A, Timnas Indonesia tidak tersentuh kekalahan. Bahkan Skuad Garuda yang saat itu dilatih Ivan Kolev mampu mencetak 19 gol dan hanya kebobolan lima gol.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Perjalanan Timnas Indonesia
Namun, Timnas Indonesia gagal menjadi juara Grup A lantaran mencatat hasil dua kali menang dan dua kali seri. Skuad Garuda hanya berada di peringkat kedua grup, sedangkan juara grup diraih Vietnam yang mampu meraih tiga kemenangan dan sekali seri.
Timnas Indonesia sempat mencatatkan hasil sensasional di fase penyisihan grup saat menggulung Filipina 13-1. Lantaran dalam posisi kritis, agar bisa ke semifinal, Skuad Garuda yang baru mengoleksi poin lima wajib mengalahkan Filipina di laga terakhir dengan skor besar mengingat Vietnam dan Myanmar masing-masing sudah memiliki poin tujuh.
Misi itu tercapai. Pesta gol Timnas Indonesia dibarengi dengan kekalahan Myanmar dari Vietnam dengan skor 2-4 sehingga perolehan poin Skuad Garuda melewati Myanmar. Sempat ada nada sumbang soal kemenangan besar Timnas Indonesia, yang dicurigai karena adanya main mata. Namun, hal itu dibantah AFF, yang menegaskan bila partai Timnas Indonesia kontra Filipina berjalan bersih.
Keberhasilan Timnas Indonesia melaju ke semifinal hingga final tidak lepas dari materi pemain yang diambil Ivan Kolev. Pelatih asal Bulgaria itu secara cermat dan teliti mampu mengumpulkan para pemain di Indonesia, sesuai taktik dan strategi yang diinginkannya.
Ivan Kolev harus cermat mengingat ekspektasi yang dibebankan baik PSSI maupun penggemar si kulit bundar di Tanah Air padanya cukup tinggi pada Piala AFF edisi ini setelah pada tiga edisi sebelumnya gagal meraih prestasi.
Ivan Kolev merupakan pelatih ketujuh dalam kurun waktu enam tahun yang ditunjuk PSSI menduduki kursi panas pelatih kepala demi hadirnya prestasi terbaik.
Sesuai kuota 20 pemain yang ditetapkan dalam regulasi, Ivan Kolev lebih memilih pemain yang bisa bermain dalam dua posisi, terutama di lini tengah dan depan. Apalagi Kolev gemar memainkan pola 4-4-2 dan 4-3-3.
Penerapan pola empat bek sejajar ini terbilang baru untuk Skuad Garuda. Timnas Indonesia bahkan bisa dibilang baru diajari skema ini, beberapa bulan saja sebelum kick-off Piala AFF 2002, karena Timnas Indonesia sebelumnya lebih sering mengusung pola 3-5-2.
Di lini depan, Ivan Kolev memilih Gendut Doni, Bambang Pamungkas, Zainal Arief, dan Jainal Ichwan. Dua nama pertama dikenal sebagai striker murni.
Sedangkan Zainal Arief dan Jainal Ichwan selain mampu menjadi striker murni, juga bisa berperan sebagai penyerang sayap. Keduanya merupakan muka baru di Timnas Indonesia pada Piala AFF 2002.
Sementara di lini tengah tim pelatih membawa tujuh gelandang. Mulai gelandang bertahan, gelandang menyerang, hingga pemain sayap, dipilih Kolev untuk menyempurnakan taktik dan strateginya.
Sebanyak tujuh gelandang yang dibawa Ivan Kolev adalah Harry Syahputra, Elie Aiboy, Budi Sudarsono, Putu Gede, Yaris Riyadi, Amir Yusuf Pohan, dan Imran Nahumarury. Dia terpaksa menepikan Bima Sakti, yang cedera jelang perhelatan Piala AFF itu.
Di sisi lain untuk materi pemain belakang, Ivan Kolev cukup banyak membawa pemain full back. Dengan patokan empat bek sejajar para pemain belakang yang dibawa adalah Supriyono, Agung Setyabudi, dan Isnan Ali.
Untuk sektor penjaga gawang, hanya dua pemain yang dibawa. Mereka adalah Hendro Kartiko yang pernah dijuluki Fabien Barthez dari Indonesia dan Jendri Pitoy.
Melangkah dengan status peringkat kedua Grup A, Timnas Indonesia menghadapi Malaysia di semifinal. Pertandingan berlangsung ketat. Kedua tim sama-sama menerapkan permainan terbuka.
Tetapi, pada akhirnya Bambang Pamungkas menjadi pahlawan Timnas Indonesia lewat golnya pada menit ke-75. Skuad Garuda menang atas Malaysia yang merupakan musuh bebuyutan dengan skor 1-0.
Advertisement
Pemain yang Bersinar
Bambang Pamungkas menjadi bintang bagi Timnas Indonesia di Piala AFF 2000. Striker yang kala itu membela Persija Jakarta itu mencetak delapan gol sepanjang turnamen.
Perolehan delapan gol menjadikannya sebagai top scorer Piala AFF 2002, unggul dua gol dari rekan senegaranya, Zaenal Arif dan pemain Vietnam, Le Huynh Duc.
Selama Piala AFF 2002, Bambang dua kali mencetak lebih dari tiga gol dalam satu pertandingan. Dia menorehkan hattrick ketika Timnas Indonesia menghajar Kamboja 4-0. Kedua, Bambang menorehkan quattrick alias empat gol saat tim berjuluk Skuad Garuda itu menghajar Filipina 13-1.
Ketika Piala AFF 2002 digelar, Bambang masih berusia 22 tahun. Ivan Kolev menduetkannya dengan sesama penyerang muda, Zainal Arief yang berumur setahun lebih muda.
Thailand Juara Lagi
Namun, di pertandingan final Timnas Indonesia yang bermain di kandang, Skuad Garuda tidak berhasil memberi kebahagiaan buat hampir 100 ribu suporter yang memenuhi SUGBK. Pemenang pertandingan final melawan Thailand ditentukan lewat adu penalti.
Dalam waktu normal ditambah perpanjangan waktu 2x15 menit, skor tetap sama kuat 2-2. Dalam drama adu penalti empat dari lima eksekutor Thailand berhasil menunaikan tugasnya secara sempurna. Mereka adalah Sakda Joemdaee, Terdsak Chaiman, Manit Noyvach, dan Dusit Chalermsan. Sementara Kiatisuk Senamuang, penendang pertama, gagal.
Sedangkan Timnas Indonesia hanya menampilkan empat penendang karena dua di antaranya gagal menceploskan bola ke gawang. Dua pemain yang gagal mengeksekusi penalti itu adalah Bejo Sugiantoro yang tendangannya membentur tiang dan Firmansyah melebar dari gawang Thailand yang dijaga Kittisak Rawangpa.
Kegagalan Timnas Indonesia dalam adu penalti ini memunculkan cerita lain. Banyak dari kalangan pencinta sepak bola nasional yang merasa tidak puas dengan eksekutor penalti pilihan Ivan Kolev.
Kabar yang mencuat ke permukaan, Ivan Kolev kesulitan memilih para eksekutor penalti karena para pemain jeri. Para pemain konon merasa tidak kuat mental menendang penalti yang begitu berat risikonya di depan puluhan ribu suporter.
Meski tidak ada yang berani membenarkan kabar itu, yang pasti, kegagalan ini cukup menyakitkan buat publik Indonesia. Sedikit kebanggaan yang dimiliki adalah komposisi Timnas Indonesia ketika itu dianggap paling kuat dalam sejarah keikutsertaan di Piala AFF.
Advertisement