Bola.com, Semarang - Piala AFF 2020 segera digelar pekan depan. Ajang sepak bola paling bergengsi di Asia Tenggara itu bakal digelar lagi tahun ini. Tepatnya mulai 5 Desember mendatang.
Timnas Indonesia sejauh ini masih belum bisa menjadi juara di ajang itu. Cap spesialis runner-up menempel kepada Tim Merah-Putih. Hal itu wajar saja karena di ajang itu Timnas Indonesia hanya jadi juara dua dan itu terjadi sebanyak lima kali.
Advertisement
Pelatih PSIS Semarang, Imran Nahumarury, punya kenangan tersendiri di Piala AFF. Imran bermain di edisi 2002 ketika namanya lebih dikenal dengan sebutan Piala Tiger.
Saat itu Indonesia menyandang status tuan rumah. Tim asuhan Ivan Kolev bermain cukup baik di fase grup. Mereka mengakhiri grup A dengan menjadi runner-up. Bambang Pamungkas dkk. kalah dua poin saja dari Vietnam.
Pada babak semifinal, Timnas Indonesia berhasil menang 1-0 dari rival abadi, Malaysia. Kemenangan itu mengantarkan Indonesia ke babak final untuk jumpa Thailand.
Imran menyebut Piala Tiger 2002 merupakan satu kesempatan terbaik Indonesia menjadi juara. Sebab, menurut dia, penampilan Tim Merah-Putih saat itu terus meningkat.
"Pengalaman itu tak bisa dilupakan, pengalaman bermain di final, sebelumnya kami sudah gagal di Thailand dua tahun sebelumnya. Waktu 2002 itu sebenarnya kesempatan besar untuk juara," kata Imran.
"Tapi, sayang saat penalti kami kalah. Ya sedih saja, momen saat itu harusnya kita juara sebenarnya performa kita meningkat terus," lanjutnya mengenang Piala AFF 2002.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Imran Tampil Impresif di Final
Dalam laga final Piala AFF 2002 itu, Imran baru masuk di babak kedua. Namun, penampilan Imran muda mampu mengubah jalannya permainan. Sosok kelahiran Maluku tahun 1978 itu mampu menciptakan dua assist.
Dua assist itu diberikan Imran kepada Yaris Riyadi dan Gendut Doni Christiawan. Dua gol itu memaksa jalannya laga harus diteruskan ke babak adu tendangan penalti.
Penampilan apik Imran berlanjut hingga babak adu penalti. Ia mampu mengeksekusi tendangan penalti hanya dengan ancang-ancang satu langkah saja.
Namun, di laga itu dua penendang Indonesia, yakni Bejo Sugiantoro dan Firmansyah gagal melakukan tugasnya. Padahal menurut Imran, dirinya sering mengalami kegagalan saat latihan.
"Waktu penalti tiap pemain berbeda. Saya main bagus di laga itu saya percaya diri. Ada beberapa orang yang enggak berani ambil penalti karena mereka takut," kenang Imran.
"Sebelum final ada latihan adu penalti. saya sebenarnya sering gagal saat latihan. Ada pemain yang bagus saat latihan tapi nggak berani ambil penalti," lanjutnya.
Imran kemudian menyebut sosok penting yang membuat dia nekat dan berani mengambil eksekusi tendangan penalti melawan Thailand tersebut. Sosok yang dimaksud adalah Agung Setyabudi.
"Agung hampiri saya dia suruh saya ambil, awalnya saya tolak, tapi saya pede dan cetak gol," tandas Imran.
Advertisement